Kos Sultan 1.0
Taiga menunggu di bangku penonton bersama rekan-rekan setimnya, menonton pertandingan tim Rakuzan dan tim Shuutoku. Perlu diakui Seijuurou memiliki taktik yang cerdas, lawan tidak mengetahui jika berada di dalam perangkapnya. Apapun taktik yang dilancarkan Shuutoku, taktik itu dapat dipatahkan dengan mudah.
Mengembuskan pelan napasnya, Taiga bersyukur Seijuurou dan teman-teman bukanlah lawan tandingnya.
"Taiga, bisa kita ngomong sebentar?" panggil Tatsuya.
"Hm? Boleh?"
Mengikuti langkah sang kakak, Taiga dibawa Tatsuya menuju kafe dengan kearifan lokal kepunyaan Mpok Emi. Bulu kuduk Taiga berdiri dan ia tak sanggup menatap senyuman horor Mpok Emi lebih lama.
Tatsuya membeli dua potong es lilin coklat.
"Kedua-duanya untuk saia kah?" Taiga tersenyum penuh harap.
"Nggak boleh tamak, Taiga. Satu aja ya."
Sedikit cemberut, Taiga menerima pemberian kakaknya. Tatsuya selalu saja menasihati Taiga, makanya Taiga tidak bisa lepas dari kakaknya tersebut.
"Taiga, gue mau ngomong serius sama lo."
"Hm. Jangan serius serius. Aku belum siap diseriusin." Taiga menyahut sambil memgemut es lilinnya.
Enak, batin Taiga.
"Seandainya nanti tim lo yang menang, kita bukan adek kakak lagi," ujar Tatsuya keberatan. Sebenarnya ia ingin tetap menjadi kakak Taiga, nasib mereka sesama anak tunggal memberi perasaan sayang sebatas adik kakak biasanya.
Adik kakak saja ya. Jangan ada salah paham di sini.
"Terus? Bapak anak? Boleh juga?" Taiga langsung menyimpulkan. Ia pikir nasib mereka yang jauh di tanah rantau akan menimbulkan rasa rindu dan akhirnya muncullah perasaan seperti ayah anak biasanya.
"Bukan. Kita jadi rival. Kalau kita tetap jadi adek kakak, gue nggak akan bisa menang dari lo. Dan lo sengaja mengalah 'kan supaya gue menang? Pada akhirnya lo juga yang menang. Karena ikatan nggak terlihat ini kita nggak bisa berkembang sesuai kemampuan masing-masing.
"Kita buang kalung ini tanda kita bukan lagi saudara," jelas Tatsuya.
Mendengar penjelasan Tatsuya, tentunya Taiga terkejut. Ingin jadi rival? Bukankah selama ini mereka bermain biasa-biasa saja? Memang Taiga selalu menang, tapi ia tidak ingin kehilangan saudaranya.
Tatsuya adalah temannya yang pertama di Amerika dan mengajarinya basket dengan sabar. Apa bayaran kemenangan harus sepahit ini?
Dulu Taiga pernah sengaja kalah dari Tatsuya agar persaudaraan mereka putus. Alih-alih senang, Tatsuya memukul Taiga dan menyuruh sang adik bertanding tanpa menahan diri.
Termenung di pikirannya, Taiga tidak sadar keberadaan Tatsuya digantikan Tetsuya.
"Hai," sapa Tetsuya.
"AYAM! AYAM! AYAM! Buset, hobi banget bikin gue jantungan sih!" umpat Taiga. Jantungnya langsung terpacu cepat disapa Tetsuya tiba-tiba.
"Aku juga hampir jantungan lihat kamu bisa mikir. Biasanya 'kan kamu nggak ada mikir apa-apa sebelum bertindak," ucap Tetsuya. Entah meledek atau apa tidak ada yang tahu. Nada Tetsuya tetap datar tanpa ada nada penghinaan.
Taiga tentunya tersinggung atas ucapan yang dilontarkan Tetsuya dengan polos tersebut. "Lu suka banget ngajak berantem!"
Tak puas cuma menjitak kepala si teman sekamar, Taiga juga mengacak-acak surai biru langit Tetsuya menggunakan kepalan tangannya. "Aku mau bayar pop ice dulu."
Inginnya sih Taiga minta traktir ke Tetsuya, namun karena Tetsuya saja masih berhutang membeli pop ice, Taiga mengurungkan niat mulianya.
"Bayar dari mana kalau ngutang gitu?" sindir Taiga.
"Nanti bayar kok. Kalau mau kamu aja yang bayarin," sahut Tetsuya santai yang lagi-lagi menaikkan tensi Taiga.
"Gue juga lagi bokek."
Hening di antara mereka berdua berlangsung sesaat, Taiga melepas kalung besi yang sudah lama ia pasang di lehernya. Mungkin sejak SD ia pasang? Sampai sekarang Taiga tidak rela melepas kalung tersebut.
"Tet, tolong buang kalung ini kalau kita menang," pinta Taiga mengulurkan kalungnya.
"Emangnya kenapa?"
"Ih, kepo kayak Dora. Buang aja pokoknya."
"Kamu yakin banget sih kita bakalan menang."
Iya juga ya.
Taiga sedikit ragu dengan keberadaan Tetsuya di timnya, apakah mereka bisa menang? Secara 'kan Tetsuya tidak bisa apa-apa. Mungkin dia hanya berdiri seperti patung selama pertandingan.
Bagus sih jika nanti mereka kalah, hubungannya dengan Tatsuya tidak akan putus. Mereka akan tetap seperti adik kakak, sesuai janji mereka sejak SD. Berat bagi Taiga untuk membuang kalung yang menghubungkan hatinya dengan Tatsuya ketika jarak mereka jauh.
Jadi anak tunggal ada juga tidak enaknya, akan ada rasa kesepian dan akhirnya mencari seseorang yang bisa jadi saudara. Sulit untuk menemukan orang yang pas, disebabkan di zaman sekarang banyaknya orang-orang berwajah koin. Wajah di depan dan di belakang berbeda.
"Yuk kita balik ke lapangan," ajak Taiga.
Di lapangan, pertandingan kedua berakhir dan dimenangkan oleh tim Rakuzan.
Seijuurou pendek-pendek gitu ganas juga ya, batin Taiga. Seketika Seijuurou menatap ke arahnya dengan senyum menawannya.
Bukannya terpukau, Taiga justru merinding melihat senyum iblis dari seorang Akashi Seijuurou. Bibirnya memang melengkungkan senyuman, namun tatapan matanya seakan mencabik-cabik tubuh Taiga saking tajam tatapannya.
Berarti beneran dong Seijuurou sebenarnya psikopat, pikir Taiga.
Nggak, gue nggak mau mati muda. Mending diam aja deh.
Kedua belah tim yang akan bertanding melakukan pemanasan terlebih dahulu. Taiga menatap Tatsuya yang menyeret Atsushi supaya mau ikut pemanasan. Di pertandingan ini Taiga tidak boleh menang-tapi bagaimana caranya? Apa perlu Taiga menahan dirinya?
Tatsuya adalah satu-satunya saudara yang ia miliki dan Taiga tidak ingin kehilangan saudara. Jadi anak tunggal itu tidak enak juga, guys.
***
Hanji meninggalkan lapangan untuk sementara, ia membawa kedua anjing peliharaannya dan Nigou ke kos-kosan yang ia miliki. Alasannya supaya ketiga anjing itu tidak bermain ke jalan raya dan ditabrak oleh pengendara motor ataupun mobil.
"Titip dulu di sini ya, Historia," pesan Hanji memberi tali pengikat anjingnya pada Historia.
"Oke, Bu. Mereka semua lucu-lucu ih."
Historia tersenyum senang menerima tali yang diberi Hanji, gadis bersurai pirang itu menggaruk-garuk bawah leher Sawney dan Bean. Nigou memanjat ke pangkuan Historia, minta dimanjakan juga.
Keluar dari perkarangan kosnya, Hanji menyebrang menuju kos bercat ungu milik sang sahabat.
"Permisi." Hanji beberapa kali mengetuk pintu cokelat tersebut, sahabat yang dicari-carinya dari tadi yang membukakan pintu.
"Eh, Hanji. Masuk aja, nggak usah sungkan-sungkan."
Hanji memasuki rumah tersebut setelah diberi ruang masuk oleh pemilik kos, ia tersenyum menyapa sosok pria berambut putih yang duduk di sofa panjang. Ia bersalaman dengan pria tersebut.
"Jadi ... Bu Keyzi yang mengurus kos ini sekarang?" tanya Arima Kishou, pria berambut putih itu selain menjadi dokter bedah, juga mengajar di kampus yang sama dengan Hanji dan Keyzi-pemilik kos ungu tersebut secara official.
"Iya, Satsuki sebentar lulus SMA. Levi tidak mungkin saya bebankan terus, dia ada pekerjaannya sendiri," jawab Keyzi.
"Sudah kenal semua penghuni di sini?"
"Sudah tahu identitas semua penghuni, tapi tidak sampai berkenalan lebih dekat."
Sejak kos itu beroperasi, Keyzi belum pernah datang untuk memeriksa keadaannya. Satsuki yang memberi laporan apa-apa saja yang terjadi.
Kemampuan Satsuki mengumpulkan informasi memberi keuntungan yang banyak, identitas semua penghuni kos dapat terkumpulkan secara detail.
Sehingga siapapun kriminal yang hendak bersembunyi di sana, dapat langsung dilaporkan ke polisi. Apalagi ayah Daiki yang sudah berteman dekat dengan Keyzi adalah polisi, penangkapan dipermudah.
Sesi tanya jawab singkat itu berakhir pada keheningan di ruang tamu, Hanji mengakhiri suasana canggung itu dengan sebuah ajakan.
"Bagaimana kalau kita menonton pertandingan basket?" ajak Hanji yang memang masih ada jiwa remaja di tubuhnya.
Untunglah Hanji ada di sana, jika tidak rumah itu benar-benar hening. Kishou maupun Keyzi sama-sama dua manusia yang pendiam, sehingga suara semut berjalan dapat terdengar jika tidak ada orang lain.
"Maaf, saya tidak bisa. Mau kembali lagi ke rumah sakit," tolak Kishou halus.
"Ya sudah, ya. Maaf kalau saya mengganggu, saya dan Hanji mau pergi dulu," pamit Keyzi.
"Tidak apa-apa. Bu Keyzi jangan sungkan begitu, lagipula yang punya kos ini 'kan Anda."
Buset. Kaku amat nih berdua kayak jas CEO-CEO, batin Hanji.
Sambil berpamitan, Hanji dan Keyzi tersenyum bersalaman dengan Kishou. Sayangnya dokter bedah muda tersebut terlalu berat mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas.
Jika di Kos Sultan ketuanya adalah Seijuurou, maka di kos ini Kishou sebagai ketuanya. Perbedaannya adalah Kos Sultan memiliki wakil ketua kosnya yaitu Junpei dan kos milik Keyzi ini belum memiliki wakil ketua.
Lagi pula Kishou dapat menangani semua masalah tanpa bantuan siapa-siapa dan dirinya tidaklah sesibuk Seijuurou yang sering keluar kota.
"Kiseki no Sedai ada di satu tim?" tanya Keyzi.
"Nggak. Mereka semua dipencar, nggak adil juga sih kalau mereka satu tim. Oh ya, si Kagami Taiga, anak baru itu memiliki kemampuan yang hampir menyamai KiseDai."
"Hm." Hanji tidak memedulikan respons singkat sang sahabat, sudah biasa mah Hanji mendapat respons seperti itu.
Omong-omong, Kiseki no Sedai atau Generation of Miracle, gampangnya Generasi Keajaiban adalah sebuah tim street ball terkuat. Semua pemain tim KiseDai memiliki kemampuan fisik dan bermain basket di atas rata-rata, akibatnya mereka selalu menang di pertandingan apapun.
Sampai sekarang belum ada yang bisa mengalahkan KiseDai, bahkan tim street ball dari luar kota sekalipun. Kekuatan mereka sudah terkenal di mana-mana. Bagi orang-orang yang benar menyukai basket tentunya mengenali mereka. Sayangnya orang awam tidak terlalu peduli akan prestasi KiseDai.
Siapa sajakah mereka? Kalian tentunya sudah kenal semua anggotanya.
Akashi Seijuurou adalah kapten tim KiseDai dan wakilnya adalah Midorima Shintarou, calon dokter di masa depan (mungkin calon suami kamu juga di masa depan).
Berlanjut ada tiga orang lainnya yaitu Aomine Daiki yang terkenal dengan kelincahan dan kecepatannya. Murasakibara Atsushi yang mempunyai ukuran tubuh di atas rata-rata dan refleks yang hebat. Serta anggota terbaru mereka Kise Ryouta dengan kemampuan meniru pemain lainnya.
Kabarnya KiseDai sebenarnya berisi enam orang, satu orang lagi misterius dan dijuluki Sixth Phantom Man. Banyak yang berpendapat pemain keenam hanya bualan semata.
Setibanya di lapangan, pertandingan sudah berakhir dimenangkan tim Yosen.
"Yah ... udah selesai. Nggak apa-apa deh, yuk hompipah untuk menentukan juaranya," ujar Hanji setibanya di lapangan.
Keyzi mengekori Hanji, ia menahan topi bundarnya tidak diterbangkan angin. Seijuurou, Shouichi, dan Kenichi sebagai kapten masing-masing tim yang menang, saling mengimpit telapak tangan mereka.
"Telapak tangan gergasi," ledek Wei Liu disusul cekikikan genit ala Kensuke. Hobi banget dah dua manusia ini membuli Kenichi.
"Berisik nyet," semprot Kenichi.
"Wah hujan. Lindungi gue dong, Tat-chin." Atsushi menyembunyikan tubuh besarnya di balik Tatsuya. Si pelindung malah tersenyum ganteng, Eto mengambil kesempatan mengabadikan senyum lembut Tatsuya.
Anggota tim gue kampret semua, batin Kenichi nelangsa.
"Hompipah alayum gambreng. Mpok Emi pakai baju rombeng. Anaknya cakep-cakep gembel."
Seijuurou keluar dari tim hompipah, alhasil timnya juara pertama. Kenichi dan Shouichi melakukan suit. Hasil terakhirnya adalah tim Rakuzan menempati juara pertama, tim Yosen juara kedua, dan tim Touou juara ketiga.
"Untung jempol raksasa lo berguna juga," sindir Kensuke.
"Masih untung ya gue masih mau jadi kapten kalian."
Tatsuya memisahkan diri dari pertengkaran kecil teman-teman setimnya, ia memang tidak suka cari ribut. "Oh, Taiga," sapa Tatsuya ke adiknya. Ia mendongak agar bisa melihat alis cabang Taiga.
Maksudnya bertemu mata Taiga.
"Hm," Taiga menjawab singkat, "kita masih jadi adek kakak 'kan?" lirih Taiga, ia sempat menyalurkan kemarahannya ke pohon ketapang yang tidak bersalah, numpang hidup doang jadi pelampiasan kekesalan manusia. Sabar, ya.
"Nggak."
"Eh?"
Jawaban singkat Tatsuya memperlebar mata Taiga. "Bercanda kok. Emangnya lo tahan kita nggak jadi adek kakak?" sambung Tatsuya disusul kekehan lembutnya. Benar-benar cowok elegan. Minat? DM di akun instagram @himurotatsuya.
"Woi, lu berdua nggak mau makan?" panggil Junpei.
"Bentar! Gue duluan, ya!"
Tatsuya duluan menuju meja yang sudah diisi kotak-kotak makanan, ia bersiap menjadi pawang Atsushi yang selalu menggila melihat makanan enak.
Ah ... Taiga ingat sesuatu. Tatsuya dulu hampir mengakhiri hubungan adik kakak mereka kalau Taiga dapat mengalahkannya lagi di pertandingan basket. Memang saat itu Taiga yang memenangkan pertandingan mereka, namun Taiga kena prank April Mop.
Seharusnya Taiga ingat Tatsuya tidak akan pernah bisa membencinya. Salahkan memori otaknya yang tidak sampai 1 MB.
"Oh, kalian damai juga jadinya," ujar Tetsuya.
"TEEEEET! UDAH BERAPA KALI GUE BILANG NORMAL DIKIT KEK MUNCULNYA!" pekik Taiga tepat di depan wajah Tetsuya. Kasihan Tetsuya yang berusaha menghindari hujan lokal dari Taiga.
"Kamu sih bengong nggak jelas," tegur Tetsuya dibumbui ajakan berkelahi.
"Mana kalung gue tadi?" tagih Taiga.
"Beneran aku buang."
"HAAAAH?"
"Ya nggak lah, aku simpan kok."
Tetsuya tersenyum kecil berhasil mengerjai teman sekamarnya ini. "Bisa juga lo bercanda ya," ucap Taiga mendengkus, tak lagi bersitatap dengan Tetsuya.
Bukan. Taiga tidak deg-degan kok melihat wajah imut-tapi-tampan Tetsuya, ia ingin menikmati keheningan di bawah pohon ketapang yang melindunginya dari terik matahari.
Suasana Kompleks Beringin jauh dari kasak-kusuk kendaraan dan udaranya bersih dari polusi. Inilah satu-satunya tempat di pusat kota yang terlindungi dari gemerlapnya dunia malam.
Untung pikiran Taiga untuk pindah dari Kos Sultan berubah, hatinya sudah terbuka menerima keanehan teman-teman barunya.
Pintu dari kehidupan barunya sudah terbuka lebar, Taiga mulai memasuki kenyamanan yang ia dapat dari hidup barunya tersebut. Jauh dari keramaian Kota Julikarta. Jauh juga dari polusi yang bertebaran di mana-mana.
Cita-citanya membentuk tim basket sendiri dipermudah.
"Mas Tetsuuu! Aku bawain makanan!"
Kulit Tetsuya yang pucat semakin pucat. Tangannya patah-patah menerima kotak makan yang dihulurkan Satsuki.
"Kalian berdua jangan menyendiri aja, gabung sama yang lain!" ajak Satsuki ceria. Ia melompat-lompat kecil menghampiri sang ibu yang sudah memanggilnya.
Pelan-pelan Tetsuya membuka kotak merah muda yang diberi Satsuki. Terakhir kali ia menerima masakan Satsuki saat Valentine. Coklat yang diberikannya mirip tanah yang terkena siraman air hujan.
Jantung Tetsuya berdebar seakan ia sedang lomba lari, napasnya tercekat seiring makanan yang dibuat Satsuki mulai terlihat sebagian.
"Lebay amat, biar gue bukain."
Taiga sudah gemas menanti makanan yang dibuat Satsuki, ia mengambil tutup kotak dari tangan Tetsuya, salahkan aroma lezat lasagna yang membangunkan cacing-cacing di perutnya.
Barulah napas Tetsuya terhembus penuh kelegaan. Lasagna di dalam kotak merah muda itu utuh, kulitnya tidak terobek sesenti pun dan dagingnya terjepit rapi oleh kulit lasagna.
"Akhirnya masakan Satsuki waras."
Palingan dibantuin mamanya sih.
First Arc: Beginner
Status: End
Author Note
Berakhirnya arc pertama ini bukan berarti Kos Sultan udah tamat, ya. Masih panjang lagi perjalanan Taiga di kehidupan barunya ini. Ada bonus chapter sebagai pembatas arc pertama dan arc kedua. Selamat menikmati!
Pengennya sih aku kasih jeda, tapi kayaknya nggak memungkinkan deh :'). Mungkin agak spam aku update-nya
Tapi... besok aku update malam-malam kok biar kalian ada waktu baca update-annya :3
Btw, Keyzi alias mama Satsuki itu aku :'v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top