-Jumat ke-3

Tema 3:
Kata-kata di bawah ini wajib ada:

• Dunia bawah tanah
• Pesta teh
• Perhiasan yang hilang

*

"Jadi, apakah kamu menyukaiku?"

Hoi! Bukankah ini terlalu cepat!

"A-aku ... aku ...." Aku menunduk. Mukaku pasti semerah kepiting rebus di detik ini juga.

"Pfftt!" Kiina tiba-tiba saja tertawa.

Aku mendongak dan menggaruk tengkuk yang memang gatal, mungkin di perjalanan ke mari tadi, aku benar-benar kejatuhan kutu ... kutu tanah.

Harus kuakui, Kiina memang gadis yang sangat unik dan berani. Ralat, dia adalah gadis yang "eksentrik"!

Saat ini kami berada di ... bawah tanah. Setelah permasalahan Doni dengan Lilian selesai minggu lalu (dengan Doni yang harus diisolasi, menggantikan Lilian yang sudah normal), Jumat minggu ketiga di bulan ini dimulai dengan suara dentuman di gunung terdekat di kota kami.

Gunungnya sudah mati kok, tapi kemudian kami menemukan gua. Tim geologi sudah diturunkan dan hari ini, di dalam berita, muncul keberadaan sebuah dunia bawah tanah dengan gravitasi yang terbalik dari dunia di permukaan.

Kemudian apa yang Kiina lakukan? Mengajakku menerobos barikade untuk masuk ke dalam gua tersebut.

Motto hidupnya adalah, ayo hidup semaksimal mungkin di hari Jumat, karena kita bisa mati kapan saja!

Jadi, yah, aku dan Kiina kembali membolos dan menerobos masuk di saat-saat yang tepat tanpa ketahuan. Sampai di kedalaman tertentu, kami melihat sebuah lubang di lantai gua, saat kami merangkak masuk, ajaibnya kami tidak jatuh semakin dalam. Tim geologi benar, gravitasi di sini kebalikan dari gravitasi di permukaan, aku benar-benar terpana.

"Ada dunia seindah ini, ya?" gumam Kiina.

Di bawah tanah, di dalam gua ini ada bangunan-bangunan tinggi seperti kastel dan rumah-rumah antik di film fantasi. Kami berjalan santai sampai Kiina masuk ke dalam sebuah kafe—ada papan nama di dindingnya—lalu meraih teko dan meracik teh.

Seperti ... dia sudah hapal dengan dunia tak berpenghuni ini.

"Ayo kita pesta teh!" ujarnya, menyalakan kompor.

"Kalau cuman kita berdua bukan pesta namanya," balasku.

"Terus apa, kencan?"

Aku terdiam, mukaku terasa panas.

Singkat cerita, ya kami menikmati suasana dunia bawah tanah di depan jendela kafe dengan dua cangkir teh dan sebuah teko keramik.

"Hari Jumat ini kayanya kita selamat." Kiina menuangkan teh yang terakhir ke cangkir kami.

Aku mengangguk setuju.

Kiina meneguk cangkirnya sambil salah satu tangan berada di telinganya. Dia pasti hendak memainkan anting-antingnya yang memiliki bandul bunga, sebuah kebiasaan kecil yang entah kenapa aku perhatikan.

Tunggu, anting ....

Gadis itu meletakan cangkirnya.

"Antingku ...?"

Tanpa basa-basi apalagi menata kembali teko dan cangkir ke tempat yang seharusnya, kami segera menelusuri kembali jalan kami masuk.

"Pasti jatuh di sekitar rute kita tadi kan?" ujarku.

Dengan teliti, kami terus menyusuri jalan tempat kami masuk dengan suasana remang-remang dari senter yang kami pegang, mata kami awas mencari perhiasan yang hilang.

"Ketemu!" Kiina terpekik sambil mengangkat benda kecil berwarna keperakan itu. Cahaya senter berkelip saat diarahkan ke permukaannya.

Aku menghela napas. "Untung jatuh di dekat pintu masuk."

Kiina segera memasang anting itu kembali. "Ini anting yang sangat berarti buatku, gawat kalau sampai hilang. Yuk, kembali!"

Aku mengangguk, membuntuti Kiina, berjalan ke permukaan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top