-Jumat ke-25

Tema 25: Gacha untuk kesekian kalinya hhhh cape, bisa diliat di mulmed aja dah temanya

*

"Memilih salah satu artinya juga memilih kalian berdua." Itu jawaban yang diberikan Kiina, seminggu yang lalu.

Aku semakin bingung, dan gadis itu seperti mengerti kebungkamanku setelah mendengar jawabannya. Apa yang dia lakukan dan aku lakukan, sama sekali tidak memperbaiki hubungan kami.

Selain bingung, aku juga merasa kesal, padanya yang tak bisa memilih dan pada diriku sendiri yang tidak bisa bodo amat dan langsung gas saja, toh yang penting, setidaknya, aku merasa lega. Walau pun nanti dia tidak memilihku.

Nah, yang jadi masalah adalah, ketika dia tidak memilihku dan memilih Rino, kalau sesuai yang dia katakan, secara tidak langsung ia juga memilihku dan menjalani hubungan bersamaku juga?

"Pikiran gadis itu memang rumit sekali." Aku membuang batu kerikil ke kolam buatan di depanku.

"Siapa?"

Sedikit terkejut, aku menoleh dan menemukan Tante Rania. Orang ini adalah orang yang terkenal baik, walaupun sudah yatim piatu, tetapi kebaikan orang tuanya tetap ia lanjutkan sampai usianya sekarang menjelang lima puluh tahunan.

Ia duduk di sebelahku bersama dengan seekor kucing oranye di gendongan tangannya. Oh ya, untuk informasi saja, sebenarnya aku sedang duduk di halaman rumahnya. Tante Rania memang membongkar pagar rumahnya, dan mempersilakan semua orang untuk duduk bersantai di halaman rumahnya yang berbentuk miring, mengarah ke kolam retensi dan kolam renang.

Tante Rania hidup sendiri bersama kucing-kucingnya, di lereng bukit tak jauh di belakang sekolah. Tidak ada yang tahu kenapa keluarganya yang kaya raya membangun rumah yang terpencil (padahal mereka juga termasuk supel) dari pemukiman, juga tidak ada yang tahu alasannya kenapa ia memilih untuk hidup sendiri.

"Sedang ada masalah? Walaupun aku tak sempat buat teh, cerita saja, nanti setelah cerita baru, pergilah ke teras belakang rumahku dan kita minum teh hangat."

Aku tersenyum dan menggeleng ramah. "Tidak usah repot-repot."

Ia memandangku dengan senyumnya. "Aku sama sekali tidak kerepotan."

Selama beberapa saat keheningan sempat terjadi di antara kami, aku mukai bercerita tentangku dan Kiina juga perasaan dan tindakan yang rumit di antara kami. Aku sempat melihat gerakan tangannya yang sedang mengelus kucing itu sempat terhenti, lalu matanya memandang ke masa yang sangat jauh, sampai ia mengembalikan fokus dan gerakan tangannya hanya dalam beberapa saat.

"Ohoho, masalah anak muda."

Hening sebentar.

"Ikuti kata hatimu saja, 'kan?" tiba-tiba dia berujar seperti itu.

Aku menoleh.

"Kalau dipikir memang rumit, tapi kalau kau bersikukuh untuk menyatakan perasaanmu, dan memberitahunya apa yang kau ingin lakukan setelah itu, kurasa dia akan paham."

"Tahu dari mana?" tanyaku.

Ia tersenyum simpul kepadaku. "Insting wanita?"

Aku memandang ke depan, ke kolam retensi yang airnya tenang dan memantulkan pemandangan sekitar.

"Lakukan saja apa yang perlu kau lakukan dan jangan mempersulit dirimu sendiri. Masalah dia yang tidak bisa memilih, kau kembalikan saja kepada dia, dan apa yang dia katakan itu betul."

"Betul?" Aku memiringkan kepala.

"Memilih salah satu artinya dia juga memilih keduanya. Itu betul, dan tidak ada ruginya. Pada akhirnya nanti, kedua orang itu akan hidup bersamanya, satu di dalam hati dan kenangannya, satu di sisinya."

Saat Tante Rania tersenyum setelah mengatakan itu, embusan angin yang kuat menerpa tubuh kami.

"Sepertinya sebentar lagi akan ada badai, bencana yang terulang? Cepat kembali ke rumah, aku janji aku akan mengundangmu lagi untuk sekadar minum teh."

"Ah, baik." Aku berdiri. "Umm, dan tidak usah-usah repot untuk soal minum teh itu."

Ia kembali menggeleng. "Memang aku yang ingin menjamumu, cepat pergi sebelum badai datang, aku juga akan bersiap-siap."

Aku membungkuk dan beranjak pergi, tapi Tante Rania memanggilku setelah aku berlari selama sepuluh langkah.

"Katakan pada gadis itu, bahwa akhirnya, masa depan akan berubah!"

Sampai cerita ini aku sampaikan pada penulis, aku tidak mengerti apa maksud kalimat terakhir dan makna senyuman-sentumannya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top