-Jumat ke-23

Tema 23:
Buat karya yang wajib menggunakan potongan dialog ini:

"Sebenarnya, aku sama sekali tidak punya kesempatan, bukan?"

"Tidak, kau salah. Kau pernah punya, sekali."

*

"Sebenarnya, aku sama sekali tidak punya kesempatan, bukan?" ujarku, sambil menggenggam gantungan kunci pensil yang terjatuh jumat minggu kemarin.

Walaupun cuma mimpi, kami benar-benar kembali ke dunia asli, dan saat Kiina berlari setelah dia menciumku, gantungan kunci pensil itu terjatuh dari saku rok yang ia kenakan.

Gantungan kunci pensil yang membuat hatiku mencelus, dan kebingungan, apa maksud ciumannya, jika dia selalu membawa "Rino" ini dalam genggamannya. Juga, siapa itu Rino? Apa benar perasaan kami bertaut? Maksudku, jika mau mengalah aku pun sanggup, malah sudah kulakukan sejak tujuh hari yang lalu, sampai Kiina benar-benar mengejarku dan mendesak untuk kembali berbicara.

"Gantungan ini, pasti sangat berharga buatmu, 'kan?" Aku menyodorkan gantungan itu. "Berbahagialah dengannya, aku tidak apa-apa kalau pada akhirnya tidak punya kesempatan, tetapi ...."

Mataku panas, aku tidak sanggup berkata apa-apa. Kiina juga tampak terkejut minggu lalu, sesaat setelah ia menciumku. Aku tidak paham apa maksudnya, aku tidak bisa memahami gadis itu, gadis "puncak" gunung es yang ada di tengah laut dalam. Aku tidak mengerti apapun, aku tidak mengerti kenapa dadaku terasa sesak sekali.

"Tidak, kau salah. Kau pernah punya, sekali."

Aku mendongak, mendengar perkataannya. Tangannya yang lembut meraih tanganku, menangkup gantungan kunci itu.

"Kau pernah punya sekali, tapi gagal." Pandangan matanya terasa memandang sesuatu masa yang sangat jauh. Lagi-lagi aku benar-benar tidak bisa memahaminya.

"Aku ... tidak paham."

"Maaf." Kiina menunduk, ia menggigit bibir bawahnya. "Maaf telah membuatmu kebingungan, tapi ... di sini, aku sedang mencoba untuk memberimu kesempatan sekali lagi. Jadi, perjuangkan itu, tolong." Kemudian bahunya bergetar.

"Tapi, aku benar-benar tidak bisa memahamimu, sedikit pun ... Dan juga Rino adalah seseorang sangat berharga bukan?"

Kiina menghentikan dirinya yang sesenggukan.

"Rino dan dirimu adalah seseorang yang sangat berharga buatku."

"Kalau begitu pilihlah," ujarku tegas.

Gadis itu mendongak, matanya yang sembab  berserobok dengan tatapan mataku.

"Pilih lah, aku akan memperjuangkan apa yang harus aku perjuangkan, aku berjanji. Tapi, kau harus memilih. Bukannya hubungan baru yang hanya berdasarkan pelarian hanya akan berujung buruk?" Di detik ini, aku tidak tahu kenapa aku mengatakan itu.

Aku hanya mengikuti pikiranku, kalau Roni adalah seseorang yang berharga, yang tidak dapat ia capai, dan aku, mungkin, adalah suatu objek bagi Kiina untuk memproyeksikan perasaannya yang dulu sempat ada, tapi untuk orang lain.

Gadis itu hanya terdiam, menatapku.

"Pikirkan saja dulu. Saat kau datang dengan jawabanmu, aku juga akan datang dengan jawabanku. Aku tidak mau kita saling terluka lebih dalam lagi, meskipun aku siap untuk sakit saat mengalami perasaan yang seperti ini."

Aku berbalik. Saat aku melangkah kembali ke ruangan tempat kami akan menghabiskan malam, air mata kembali meleleh dari ujung kedua mataku. Sedu-sedanku seirama dengan senggukan Kiina, dan seirama dengan rintik hujan di luar gedung serbaguna—deras.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top