-Jumat ke-17
Tema 17: Karaktermu bertemu dengan seseorang yang sudah meninggal.
*
Apa? Kau menanyakan kabarku? Hehe. Sangat baik! Sesaat setelah aku memutuskan untuk kembali ke sekolah minggu kemarin, aku langsung bertemu pandang dengan Kiina.
Beberapa detik kemudian, Kiina malah meneteskan air mata, jadi ... aku refleks berlari menuju ke arahnya dan ... memeluknya.
Serius, aku malu banget! Nggak sopan juga!
Katanya dia khawatir padaku, apakah aku tiba-tiba menghilang, tapi tidak mungkin ada dua bencana terjadi bersamaan saat itu.
Omong-omong bencana minggu kemarin, aku tidak dapat melihat apa isi hati dan suasana emosinya Kiina, aneh, ya?
Yah, tapi, mari kita lupakan itu sejenak. Sekarang, aku (bolos sekolah lagi) dan sedang bersama Kiina di sampingku. Aku berada di danau yang ada di puncak bukit di belakang sekolah, di dek yang menjorok, aki melihat seseorang dengan kulit pucat yang tersenyum ke arahku.
Ah, ini adalah bencana hari Jumat yang terulang.
"Aku sudah bertemu dengan saudari kembarku, jadi ketika aku dapat kesempatan lagi, aku bingung ingin melakukan apa."
"Jadi, kau benar-benar saudari kembar Ibuku?"
Dia tersenyum. "Betul!"
"Kenapa tidak melakukan apa yang kau ingin lakukan saat hidup dahulu?" tanya Kiina.
"Tidak boleh." Saudari kembar Ibuku menggelengkan kepalanya. "Yang mati berarti sudah rela meninggalkan dunia. Aku—kami—ke mari hanya karena dapat kesempatan dan melihat apa saja yang sudah terjadi selama kami tiada. Buatku sendiri, dapat bertemu dengan saudariku, lalu anaknya, itu sudah cukup."
Kami termenung, bingung hendak berbicara apa.
"Omong-omong, kabar Ibu sehat," ujarku.
"Oh, baguslah! Apa dia masih panik saat hari Jumat datang?"
"Tidak terlalu, yah, susah kan untuk mengubah kebiasaan dan menyembuhkan diri sendiri."
Orang (?) di depanku mengangguk, lalu duduk di ujung dek.
"Duduk sini saja. Tidak usah memulai pembicaraan jika bingung ingin bicara apa. Nikmati saja danau ini."
Aku dan Kiina saling berpandangan sebentar sebelum akhirnya menurut dan duduk di sampingnya. Aneh rasanya, duduk bersama dan berbincang dengan seseorang yang seharusnya sudah meninggal, yah, singkat cerita, kami hanya duduk dan berkecipan di danau. Sampai matahari terbenam dan kami mengucapkan selamat tinggal terlebih dahulu.
Saat di perjalanan kembali, Kiina menyeletuk. "Aku harap, saudari Ibumu meninggal dengan damai."
Tentu saja, kuharap juga seperti itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top