PART 48 - KEDATANGANNYA

"Dek... kok nggak dimakan sih? Nggak suka ya?" Suara Andrew mengagetkan Kayra seketika.

"Ah? Ehm nggak kok Pa. Kay cuma.... ehm... udah kenyang aja." Kayra mencoba tersenyum kecil lalu meminum air putih di hadapannya

"Kenyang dari mana? Jangan bohong, Dek. Kalau perut kamu nggak diisi makanan malah bisa bikin sakit lagi. Kamu mau typhus lagi?" kata Andrew lagi.

"Enggk, Pa..." jawab Kayra lemas.

Andrew dan Maria saling pandang, merasa janggal karena Kayra tidak seceria biasanya.

"Ada masalah di sekolah?" tanya Maria.

"Nggak. Nggak ada."

"Beneran?" Maria mencoba memastikan.

"Iya."

"Kamu tidurnya kemaleman ya? Mata kamu sampai bengkak gitu." Maria kembali bertanya.

"Eh? Iya Ma... kemarin belajar." Lagi-lagi Kayra menjawab dengan lesu.

"Jangan terlalu serius belajar. Kamu juga harus jaga kesehatan kamu," tutur Maria. Andrew mengangguki dengan tersenyum.

"Iya ma, maaf. Kay pamit dulu, Ma, Pa." Kayra bangkit untuk menyalimi kedua orang tuanya. Setelahnya lalu mengambil kotak bekal yang sudah disiapkan di atas meja.

"Hati-hati." Maria berucap dari tempatnya.

"Hm..." Kayra mengangguk dan terus melanjutkan langkahnya.

"Udah selesai makannya?" Tanya Allen dari kejauhan.

Kayra mengangguk.

"Lemes amat? Kenapa?" Allen tersenyum kecil ketika Kayra sudah berada dekatnya.

"Enggak, nggak apa. Udah ayo!" Kayra memelas. Allen kemudian menaruh kanebo yang dipakainya untuk membersihkan motor sport-nya ke atas ranting pohon kecil.

"Ayo!"

"Hm... "

***

Sesampainya Kayra di kelas, teman-temannya yang berada di sana semua diam. Seakan ada sesuatu yang disembunyikan.

Kayra mengetahui itu, setelah memasuki gerbang tadi, tatapan mengejek dan sinis begitu jelas terpancar dari cewek-cewek yang pada dasarnya tidak menyukai hubungannya dengan Jovi. Bisa dibilang Jovi Lovers dan Kayra Haters.

Karena itu ia mencoba menahannya. Tidak ada yang bisa melindunginya saat ini.

"Hai Kay..."sapa Bila.

"Oh? Hai Kak..." Kayra mencoba menampilkan senyum kecilnya.

Cewek itu langsung duduk di kursinya. Ia menyusupkan wajahnya di antara kedua telapak tangan di atas meja.

"Kamu sakit?" tanya Ratih menyentuhkan punggung tangannya di kening cewek itu.

Kayra menggeleng.

"Nggak apa." Kayra bergerak mencari posisi yang nyaman untuk kepalanya.

"Ehm... Dek, sorry nih ya. Ehm... emangnya berita itu bener ya?"

"Ehm... jangan marah ya? Yang nyebarin berita sama foto itu emang... bisa dibilang fans-nya Jovi banget," lanjut Ratih kemudian.

"Bener kok Kak. Nggak ada yang salah." Kayra mengangkat kepalanya menghadap Ratih.

"Iya? Kok bisa? Ehm... maaf..." Ratih mencicit kala mengucapkan kata-katanya.

Kayra menarik napas panjang. "Please... nggak usah dibahas, ya."

"Iya, maaf."

Tidak lama kemudian guru pengajar datang dan semua siswa memasuki kelas pelajaran dimulai seperti biasa.

***

Jam sudah menunjukkan waktu pembelajaran usai. Kayra berjalan cepat sembari menunduk sejak keluar dari kelasnya.

Ia benar-benar kesal. Sejak tadi pagi ia terus saja menjadi sorotan siswa Rodriguez. Terutama cewek-cewek. Ya, berita itu dengan mudahnya tersebar. Apalagi kalau bukan karena media sosial. Dan lagi, ia melihat di grup angkatannya. Entah siswa kelas apa. Yang Kayra tahu, dia mengirimi foto Jovi yang tengah berjalan bersama seorang cewek. Entah apa tujuannya seperti itu yang jelas itu semakin membuatnya kesal.

Ia tidak mampu berbuat apa-apa di grup chat itu. Berkomentar pun makin memperkeruh suasana. Biarlah... mereka para pembenci. Tidak ada gunanya menyangkal. Bukti sudah ada, tinggal menjauh dan yang diharapkan pun selesai.

Tiba-tiba ponselnya bergetar.

"Kak Allen?" ia mengangkat panggilan tersebut.

"Halo."

"Hei! Kak Allen jemput kamu." Allen berucap di seberang sana.

"Hah?"

"Udah, tunggu di sana. Jangan kemana-mana. On the way..."

Panggilan tiba-tiba diputus.

Kayra menarik napas panjang.

Ia membuka aplikasi WhatsApp-nya namun bukan untuk melihat grup. Tapi untuk mengecek apa ada pesan dari Jovi. Ya, tidak bisa dipungkiri jika ia masih mengharapkan cowok itu.

Di riwayat chat terlihat jika Jovi terakhir kali on satu minggu yang lalu.

Apa mungkin ia mengganti nomor? Dan tidak memberitahukan padanya?

Pikirannya mulai liar. Apa jangan-jangan Jovi sengaja berniat tidak memberitahunya karena ia sudah memiliki cewek lain?

Kayra mengerucutkan bibirnya. "Kay benci Kak Jo..." geramnya dan detik itu pula Kayra menghapus history chat serta nomor Jovi.

Ia melanjutkan langkahnya dengan kesal keluar gerbang.

Cewek itu berjalan menuju Allen yang sesaat kemudian datang dengan mengendarai motor sport-nya.

***

"Hati-hati, Sayang..." seru Maria dari ambang pintu.

"Iya, Ma," sahut Kayra

"Udah? Nggak ada yang ketinggalan kan?" tanya Allen.

"Hm..." Kayra menaiki motor Allen.

"Berangkat, Tan." Allen berucap pada Maria. Wanita itu menyahuti dengan senyuman dan anggukan.

Ya, hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Dengan mengenakan dress selutut serta topi baseball putih yang senada dengan atasannyaIa dan juga sepatu sneakers kesayangannya Kayra berangkat bersama Allen. Dan tidak ketinggalan, kamera yang dirasanya terbaik dari semua yang ia miliki.

"Kak Allen nanti temenin Kay sampe selesai ya?" Kayra berucap sedikit berteriak dari samping.

"Hm..." Allen mengangguk.

"Kak Allen jangan ejekin Kay ya kalau Kay kalah atau hasilnya jelek?" Ucapnya lagi.

"Nggak lah. Buat apa? Kakak malah bangga karena kamu sudah mau mencoba." jawab dengan berteriak agar suaranya terdengar walau melebur dengan angin dan suara kebisingan jalanan kota.

"Ehm... gitu... makasih Kak..." Kayra memeluk Allen erat dari belakang. Ia benar-benar bersyukur memiliki kakak seperti Allen yang begitu menyayanginya.

***

"Bentar Kak, Kak Meggy nge-chat..." Kayra berhenti tiba-tiba setelah Allen selesai memarkirkan motornya di lapangan kampus.

"Meggy?"

"Hm...dia ada di..." Kayra menoleh ke sekeliling.

"Hei!" Seseorang yang dimaksudnya melambai ke arah mereka.

"Itu Kak Meggy! Kak Meg!" Seru Kayra senang.

Meggy berjalan mendekati mereka. Cowok itu mengenakan kaos ¾ bewarna biru tua serta celana jeans putih.

"Udah lama?" tanyanya lalu bersalaman dengan Allen setelahnya dengan Kayra.

"Enggak kok barusan datang Kak."

"Udah yuk!"

"Mau kuanter ke ruangannya nggak?"

"Boleh." Kayra tersenyum senang.

"Penilaiannya gimana sih?" Allen bertanya sembari mereka berjalan pelan.

"Di infonya kemarin tuh, semua peserta disuruh masuk ke ruang photograph. Pokonya nanti itu temanya dikasih tahu dan objek yang difoto harus di sekitar kampus. Nggak apa kalo di jalanan. Nanti dijelasin lagi kok batasnya," jelasn Kayra. Allen ber "oh".

"Ini langsung praktik, Len."

"Hm... unik juga. Biasanya yang kutahu lomba fotografi itu cuma ngumpulin hasil jepretan tanpa ke kampusnya buat ngefoto."

"Ini beda Len." Meggy kembali berucap.

"Yaudah deh, temenin Kayra. Gue tunggu lo di sana. Kamu berani kan Dek?"

"Hm... berani dong..." Kayra terkikik pelan.

"Gitu dong." Allen mengacak topi Kayra.

"Duluan..."

"Hm..."

Mereka berjalan bersama, sekilas beberapa pasang mata memandang mereka dengan tatapan tidak biasa.

"Jangan gugup ya, semangat!" ucap Meggy sembari mengepalkan tangannya ke depan.

"Iya Kak, makasih."

"Habis lomba ini kita ke café tempat biasa Kakak sama Allen nongkrong, mau nggak?" tawar Meggy.

"Hm. Boleh. Kira-kira selesainya jam dua siang."

"Iya nggak apa. kutunggu. Tuh, itu ruangannya. Udah banyak yang di sana." Meggy menunjuk ruang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Mereka memelankan langkah.

"Hm.. oh ya, Kak ini selain fotografi ada apa aja?"

"Entah, kayaknya ada juga dari jurusan Bahasa Inggris yang ngadain lomba speech, story telling," jelas cowok itu.

"Kamu masuk ya, Kak Meggy ke Allen dulu. Nanti kalo ada apa-apa telepon aja." Meggy berhenti ketika mereka sudah berada di depan ruangan itu.

"Iya Kak. Makasih."

"Sama-sama. Hati-hati." Allen melambaikan tangannya.

Kayra masuk. Meggy menatap Kayra senang. Sangat tergambar jelas jika cowok itu memiliki perasaan khusus pada cewek lugu itu.

***

Allen menatap Kayra yang cemberut dengan meletakkan kepalanya di atas meja. Inilah yang bisa ia tebak.

"Udah... jangan sedih."

"Iya... udah dong. Lagian nggak apa jadi juara harapan." Meggy ikut berucap.

Kayra mengangkat kepalanya. "Hm..." ia menggeleng lemas.

Meggy menatap Allen meminta apa yang harus dilakukan.

Allen hanya tersenyum kecil. "Dek... udah dong... lain kali coba terus. Tapi Kak Allen bangga kok. Kamu jadi juara harapan satu dari... berapa Meg?" Ia menoleh pada Meggy.

"Lima puluh peserta"

"Tuh kan. Malah bangga. Nggak ada yang perlu disesali." Allen mengelus lembut kepala adik kesayangannya itu.

"Eh, inget nggak? Tadi yang juara itu bukan anak sekolah semua. Dan kamu harus bangga dong, cuma kamu pelajar yang menang. Berarti kamu seenggaknya udah ngalahin yang lain. Bahkan yang punya bakat jadi fotografer."

Kayra tetap menunduk.

"Nggak apa, udah nggak usah sedih. Tuh kan kamu dapat serifikat sama dapat apa lagi tadi?" Meggy bersuara lembut.

"Ini bingkisan. Lihat ah..." Allen membuka paper bag di atas meja.

"Wih.... Tripot kaki tiga, Dek! " Allen berseru senang dengan mengangkat kardus tripot itu ke atas meja.

"Hm... lumayan. Emang tadi yang juara dapet apaan Meg?"

"Yang juara satu kayaknya dapet kamera DSLR, terus yang kedua dapet... digital yang ketiga nggak tahu," ucap Meggy.

"Senyum dong, dek... senyuuum." Allen mendesak Kayra dengan member contoh dirinya sendiri untuk tersenyum. Tetapi malah terlihat konyol.

Kayra menarik napas berat.

"Iya, iya nih..." Kayra memaksakan tersenyu lebar.

"Gitu dong!" Allen mengangkat jempolnya.

"Oh ya, karena kita tadi nggak jadi ke café dan malah ke sini. Kalau gitu gue yang bayarin,gimana?" kata Meggy.

"Sumpah?" Allen terlihat berbinar-binar.

"Hm..." Meggy mengangguk serius.

"Boleh pesen apa aja?" Kayra mulai kembali antusias dengan bertanya dan menatap Meggy .

"Semuanya juga nggak apa." Meggy berucap lembut, seketika Allen menyunggingkan senyum.

Bisa aja lo, Meg. Batinnya.

"Udah... sana milih," suuh Allen.

"Oke!" Kayra mengangkat jempolnya sambil terkikik.

Cewek itu berdiri. Begitu pun Meggy. Mereka berjalan mendekat ke tempat pemesanan. Tampak jelas jika Kayra begitu senang melihat macam-macam hidangan yang terpajang di etalase. Begitupun di daftar menu yang tergantung di dinding.

"Mau yang apa?" tanya Meggy.

"Yang... salt egg sama yang super spicy." Kayra menunjuk ke daftar yang tergantung.

"Minumnya? Yang itu mau nggak?" Meggy menunjuk varian minuman terbaru berbahan dasar mangga.

"Boleh." Kayra mengangguk setuju.

"Udah, itu aja?"

"Iya. Kak Meggy?"

"Disamain aja. Allen sukanya yang apa?" tanya Meggy lagi.

"Ehm... Kak Allen suka ayam yang paha sama yang... a.. itu Kak!" Kayra menunjuk lagi ke daftar yang tergentung.

"Kalau gitu minumannya disamain, ya?" Kayra mengangguk.

"Pesan apa Mas?" tanya seorang pegawai perempuan.

"Yang salt egg tiga porsi. Super spicy 2. Extra packet 1 sama yang itu, Mbak! Minumnya yang itu tiga," jelas Meggy.

"Ada lagi?"

Meggy menggeleng. "Berapa?"

"Tiga ratus dua puluh lima ribu."

Meggy segera mengeluarkan dompet dan memberikan uang pada wanita itu.

"Tunggu sebentar ya. Nanti diantar," ucap wanita itu.

"Iya."

"Ayo Kak ke sana lagi," ajak Kayra. Meggy mengangguk. Kayra berjalan mendahului, sementara Meggy berjalan di belakangnya. Ia tersenyum senang melihat Kayra yang terlihat begitu ceria.

"Kak Allen!" panggilnya.

"Udah?" Allen menoleh.

"Hm.. tinggal nunggu."

Kayra mengambil tempat di sebelah kanan Allen.

"Ih... kak Allen narsis. Foto-foto mulu." Kayra menggeleng heran lalu mengambil kamera dari tangan Allen.

"Dasar narsis!" cibir Kayra setelah melihat puluhan hasil jepretan Allen dengan berbagai gaya.

"Biarin. Yang penting Kakak kece." Allen berucap dengan pedenya.

"Hm... iya, iya. Sini Kay fotoin yang bagus. Coba nanti lihat hasilnya ya." Kayra memposisikan kamera pada Allen.

"Oke."

"Gini?" Allen berpose konyol dengan menjulurkan lidah dan memicingkan sebelah matanya. Dengan jarinya membentuk huuf V.

"Haha... alay." Kayra terkikik geli. Begitu pun Meggy yang baru saja duduk di samping cewek itu.

Klik

Kayra terkikik melihat hasil jepretannya.

"Lihat, tuh jelek mukanya."

Meggy tersenyum melihat kedekatan Allen dan Kayra bak adik dan kakak kandung.

"Giliran kamu, sini kufotoin. Eh sama Meggy juga. Ya Meg?" Allen mengedipkan sebelah matanya pada Meggy.

"Enggak ah, Kay jelek. Enggak." Kayra menggeleng.

"Nggak apa udah sana. Mendekat ke Megg," perintah Allen..

Akhirnya dengan terpaksa Kayra mendekat pada Meggy dan mengukir senyuman.

Klik

"Lagi. Ganti ekspresi dong."

Kayra menurut. Kali ini ia mengerucutkan bibir dan mengangkat kedua tangan yang sudah membentuk V. Meggy tersenyum lebar dengan tatapan menghadap pada Kayra.

Klik

"Hm... cocok banget," celetuknya sambil membentuk jari berbentuk O.

"Kak Allen!"

"Tuh kan merah... ya nggak, Meg?" Allen kembali menggodanya lagi.

"Udah, udah. Lo jangan godain dia mulu Len." Meggy berucap.

"Tau tuh!" Kayr mengerucutkan bibir dan langsung Allen terbahak-bahak karena berhasil menggoda Kayra.

Tidak lama kemudian pesanan mereka datang. Mereka mulai makan dengan senang dan sesekali canda gurau keluar dari Allen maupun Meggy. Yang membuat Kayra tak bisa menahannya.

***

"Udah mau hujan. Ayo pulang Kak." Kayra mengguncang lengan Allen.

"Bentar..." Allen masih memfokuskan pada ponsel yang dipegangnya.

"Ih... "

"Udah Len... kasihan Kayra..." Meggy menyahuti.

"Ah... bentar. Kok dia belum nge-like foto gue sih?" ucapnya sendiri dengan kembali menggulir layar ponselnya.

"Dia siapa? Pacar lo?" Meggy tersenyum mengejek.

"Ya lah!"

"Kak Allen punya pacar? Wow!" Kayra tertawa mengejek.

Pletak

"Awsh... sakit tahu!" Kayra meengusap keningnya yang baru saja disentil.

"Kamu sih ngeremehin. Gini-gini Kak Allen idola di kampus." Allen bekata dengan pedenya sambil mengendikkan bahu.

"Mimpi!" Cibir Meggy.

"Kalo nggak percaya, lihat di instagram gue. Banyak yang nge-tag gue."

"Nih! Cantik kan?" Allen menunjukkan foto di layar ponselnya.

Kayra menggeleng heran.

"Udah ah... Kak Allen ayo... nanti kalo hujan gimana?" Kayra beranjak sambil menarik-narik lengan Allen. Meggy pun ikut berdiri.

"Iya, iya." Allen menggeram lalu berdiri.

"Lo mau balik sekarang juga Meg?"

"Hm..." Cowok itu mengangguk.

"Ayo Kak..."

"Iya-iya bawel."

"Ayo! Kayra merangkul erat lengan Allen menuju parkiran. Dengan diikuti Meggy di belakangnya.

"Dek!"

Seketika Kayra menghentikan langkahnya. Begitu juga Allen.

Ia tidak salah dengar bukan? Suara itu... tidak asing di telinganya. Suara seseorang yang tidak terlalu berat. Ya, suara seseorang yang akhir-akhir ini menghilang bak ditelan bumi.

Ya, Jovi.

Kayra mematung. Tidak percaya dengan siapa yang sudah berdiri di hadapan mereka dengan tatapan tak mengenakkan.

"K-kak Jo?"

***
Nggak berpose gitu juga kok Jovinya hehe

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top