PART 31.3 - SKAKMAT!




Untuk menunjukkan rasa sayang pada pasangan, tidak harus dengan sifat mengekang atau posesif. Tapi bagaimana caranya satu sama lain bisa saling percaya.
###

YA, pemuda itu adalah Meggy, sepupu Jovi. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba menghampiri Kayra.

Setelah berbincang sedikit dengan cewek itu, ia kemudian berdiri.

"Sampai ketemu lain waktu," katanya.

"Iya," balas Kayra.

Jovi yang tadinya terhenti kemudian dengan cepat menghampiri Kayra setelah siapa yang dilihatnya mulai menjauh dari cewek itu.

"Kak Jo!" Kayra tersenyum ketika melihat Jovi sudah berada di depannya dengan membawa ice cream di bungkusan kresek.

"Tadi siapa?" tanya Jovi mencoba memastikan.

"Oh... itu Kak Meggy. Dia alumni Rodriguez lo Kak," ujar Kayra.

Jovi duduk di sampingnya.

"Alumni? Bisa-bisanya lo ngebodohi dia Meg!" kesalnya dalam hati.

"Kak Jo, kenapa kok ngelamun? Kak jo kenal Kak Meggy?" tanya Kayra.

"Dia... sepupu Kakak."

"Iya?" kKyra bertanya antusias. Jovi mengangguk malas.

"Ini, ice cream-nya. Yang oreo kan?" Jovi mengambilkan ice cream di kresek yang ia pegang.

"Makasih, Kak Jo," ujarnya sambil membuka bungkus atas ice cream tersebut.

"Bicara apa aja sama dia?" tanya Jovi.

"Ditanyain, anak Rodriguez kan? Sama cuma kenalan doang." Jovi mencebikkan bibir.

Jovi masih memikirkan sesuatu. Ice cream-nya masih ia pegang.

"Hm... enaaak." Kayra berucap pelan. Jovi menatap cewek itu senang.

Tiba-tiba seorang bocah kecil berusia sekitar empat tahunan sudah berdiri di depan mereka.

Kayra menghentikan aktivitas makan ice cream-nya. Lalu menatap bocah laki-laki itu.

"Hai, Adek..." sapanya ramah.

Bocah itu tidak menjawab. Matanya terfokus pada ice cream yang dipegang Kayra di tangan kiri. Kayra yang menyadari itu langsung menoleh ke Jovi yang terlihat kikuk.

Ia kemudian mengambil ice cream Jovi yang masih utuh.

"Ini!" Kayra sedikit membungkuk ketika memberikan ice cream itu ke bocah tersebut.

"Makasih Kakak!" kata bocah tersebut lalu berlari meninggalkan mereka.

Jovi menatap Kayra.

"Kok dikasiin?" tanyanya pura-pura.

Kayra memukul paha Jovi.

"Awshh!" keluh Jovi sambil mengusap pahanya dari luar jeans.

"Nanti Kay ganti!" sebal Kayra.

"Yaudah, Kak Jo minta yang di kamu aja."

Kayra mengerucutkan bibirnya. "Enak aja!"

Jovi melotot sambil tersenyum gemas. Dilihatnya Kayra mengupas kertas ice cream itu.

Lalu gadis itu menghadap ke arahnya. Mereka bertatapan. "Mau?" tanyanya menggoda lalu memakan ice cream itu dan---

"Hap! Ehm..." Kayra melotot langsung. Jovi tiba-tiba menggigit ice cream bagian depannya ketika ia juga menggigit ice cream tersebut. Dan hidung mereka sempat bersentuhan tadi.

"Ih...Ih!" lagi-lagi pukulan di paha ia dapatkan.

"Duh... penganiayaan. Orang Kak Jo cuma mau minta sedikit kok," ucapnya polos yang dibuat-buat.

"Huuuh Kak komdis nyebelin!" gumam Kayra lalu memakan ice cream-nya lagi.

"Apa? Kak Jo nggak dengar?" kata Jovi menantang Kayra agar menjawab.

"Kak komdis nyebelin!" ujarnya keras.

"Tapi idaman!" sahut Jovi dengan pedenya.

"Lebay!"

"Hiperbola!" balas Jovi.

"Nggak nyambung!"

"Nyambunglah. Kamu tadi ngatain Kak Jo lebay. Kamu hiperbola, kan sama aja," jawabnya dengan enteng.

"ANAK BAHASA! JELASIN DONG, APA ITU HIPERBOLA KE KOMDIS NYEBELIN SATU INI!" ingin sekali Kayra berteriak seperti itu, tapi ia urungkan. Mengingat tidak ada anak bahasa yang lewat dan ia yakin, pelajaran bahasa Indonesia Jovi tidak buruk.

"Sak bahagiamu Kak!" ujarnya. Dan detik itu pula Jovi menatapnya bingung.

"Eh, apa artinya?"

"Tanya aja Om Gugel!" balasnya ketus sambil melahap ice cream-nya lagi.

"Adekku yang cantiiik diajarin siapa bahasa itu tadi?" bujuk Jovi dengan suara yang ia buat-buat menyerupai guru TK yang sedang membujuk muridnya.

Kayra mengembuskan napanya perlahan.

"Diajarin Juju!"

"Hah? Juju? Itu siapa?" tanya Jovi penasaran.

"Juan, Juan... dia teman sekelas aku pas kelas 10 kemarin. Dia anak OSIS," jelas Kayra.

"Oh... yang ngomongnya medok itu?" Kayra mengangguk.

"Kak Jo nggak marah kan, kalau Kay dekat maupun chat sama teman cowok?" pertanyaan Kayra malah dibalas dengan senyuman kecil oleh Jovi.

"Untuk menunjukkan rasa sayang, nggak harus dengan cara yang mengekang atau posesif, tapi bagaimana caranya satu sama lain saling percaya." Jovi menggenggam telapak tangan Kayra.

"Bener nggak, apa yang Kak Jo ucapin?" tanyanya memastikan.

Kayra mengangguk.

"Habis ini jabatan Kakak selesai sebagai komdis." Jovi tiba-tiba berucap.

"Berarti udah pensiun dong!" Kayra tersenyum mengejek.

Jovi reflek mencubit gemas pipi kanan gadis itu.

"Awsh... Sakit Kak!" kesalnya.

"Aku ngomong serius malah dibuat becanda. Kalau Kakak aja pasti langsung dipukul." Jovi merajuk.

"Ih... Iya, iya maaf."

Kayra tetsenyum manis ke Jovi. "Bakal ada regenerasi baru dong."

"Hmm."

"Siapa kandidatnya?"

"Ada deh, Senin selanjutnya lihat aja. Emang kalau menurut kamu siapa?"

Kayra berpikir sejenak. "Ehm... Juju mungkin."

Kayra malah tertawa.

Jovi mengacak poni gadis itu dengan gemas.

"Ih... Ih! Kay cuma becanda. Kak Dhika mungkin."

Jovi manggut-manggut

"Kok yakin?" tanya Jovi.

"Soalnya sering jadi pemimpin upacara he he..." lagi lagi Kayra menjawab dengan jawaban yang sedikit aneh.

Jovi mengembuskan napasnya pelan "Kamu ada-ada aja. Emang gimana Dhika pas jadi pemimpin upacara? Kalau dibandingin sama aku bagusan siapa?"

Kayra mengetuk-ketukkan jari di pahanya.

"Kak Dhika tegas, mirip Kak Dave. Semua peserta upacara selalu tertib. Kalau Kak Jo... Cewek-cewek banyak yang bisik-bisik Kak..." ujarnya terlihat jengkel.

"Bisik-bisik apa?"

"Ya... Bisik-bisik Jovi ganteng banget ya, keren lah... Pokoknya Kak Jo lovers lah," balasnya sambil mencibir.

"Kamu cemburu?"

"Ih... Enggaklah. Kan waktu itu kita belum Kak." kayra tersenyum kemenangan.

"Belum apaan?"

"Ih...ih! Belum jadian!"

Jovi tersenyum jahil.

"Tapi pasti cemburu," ujar Jovi dengan pedenya.

"Ih... Nyebelin!" kesalnya lalu memukul lengan cowok itu.

Jovi hanya terkekeh melihat Kayra salah tingkah.

"Peri Cantik!"

Kayra hampir tersedak mendengar Jovi berkata lagi.

"Kak Jo ngomong sama siapa?"

"Sama kamu," balasnya enteng.

Kayra salah tingkah. "Ih, apa sih Kak? Aneh deh!"

"Kan betul, kamu emang cantik." Lagi-lagi Kayra dibuat salah tingkah.

"Ya, ya, ya. Sekarang Kak Jo jadi tukang gombal ya. Kay tahu, Kay emang cantik jadi jangan diumbar!" Kayra memutar bola matanya.

"Tapi emang benar, kamu cantik."

"Terus kata perinya itu dari mana?"

"Kak Jo emang pernah ketemu sama peri." Jawaban tersebut kontan membuat Kayra mengerutkan kening.

"Di mana?"

"Ini, di sini. Di depan mata." Jovi tersenyum manis.

Kayra memutar bola matanya lagi. Ia jengah lalu menggigit cone ice cream tersebut.

"Kenapa tiba-tiba manggil Kay gitu?"

"Nggak apa, biar beda dari yang lain," jawab Jovi seadanya.

Kayra manggut-manggut. Ia tersenyum kecil. Jadi Jovi memberinya panggilan kesayangan? Begitu?

"Oh... jadi kalau gitu... Kay harus ada panggilan khusus buat Kakak." Kayra mengetuk-ketukkan telunjuknya di dagunya setelah ice cream itu habis dan telah ia buang.

Jovi mengamati dengan santai. Ia ingin tahu apa yang akan diucapkan gadis itu.

"Gimana kalau... Prince Charming?" kata Kayra senang.

"Hah?" Jovi ternganga.

"Iya, kan tadi awalan hurufnya P sama C. Jadi buat Kak Jo juga gitu. Prince Charming. Pangeran idaman," jelasnya .

"Kak Jo tahu Kakak emang idaman dan menawan. Jadi nggak perlu diumbar!" balas Jovi dengan pedenya.

"Tapi Kay juga tahu kalau Kay cantik, jadi nggak usah diumbar!"

Skakmat!

Jovi mati kutu. Kayra bisa saja membalikkan kata-kata.

***

"Kak Jo, makasih ya, udah mau ajak Kay ke tempat ini," ujar Kayra tiba-tiba lembut.

Jovi tersenyum senang.

"Hmm... sama-sama."

"Kita mau ke mana lagi Kak?" tanyanya.

"Ke mana aja, terserah kamu. Pokoknya hari ini kamu puas," jelas Jovi.

"Oke!"

Mereka berdiri.

"Bentar!" Jovi memgang lengan Kayra.

"Duduk lagi!" perintah Jovi.
Dan detik selanjutnya Jovi sudah berjongkok di depan Kayra.

Kayra ternganga melihat apa yang dilakukan Jovi. Komdis itu membenarkan ikatan tali sepatu sneakers-nya.

"Udah selesai!" Jovi berdiri dan mengulurkan tangannya ke Kayra.

"Ayo!"

"Ayo!"

Mereka berjalan menyusuri jalan raya. Entah sampai mana.

***

"Pastikan ini berhasil!" ucap seorang pemuda pada seorang pria yang tengah menaiki motor.

"Siap, Bos, yang baju biru kan?"
Pria itu mengangguk.

"Jangan sampai gagal!"

"Siap!"

Pria itu kemudian melajukan motornya menuju sebuah jalan.

***

"Puas?" tanya Jovi. Kayra mengangguk.

"Kita lewat sini aja, nanti pasti sampai ke tempat tadi."

"Emang kenapa Kak Jo?"

"Kalau kita putar balik, kelamaan. Pasti jauh. Lagi pula habis ini jalanannya kembali ke semula."

"Oh... gitu ya?"

Jovi menggandeng lengan Kayra untuk melewati sebuah gang namun cukup luas untuk dilewati sebuah mobil.

Namun tiba-tiba sebuah motor melaju kencang dari arah berlawanan.

"KAK JO AWAAAS!"

Bruk

Tubuh Jovi menindih sebagian tubuh cewek itu. Untung saja mereka tidak terjatuh di aspal. Setelah menarik lengan Jovi tadi, Kayra terjengkang ke belakang dan badannya menabrak dinding sebuah rumah.

"BERENGSEK!" Jovi mengumpat dengan keras ke arah pemotor tadi.

"Awshh!"

"Kamu nggak apa kan? Ada yang sakit?" tanya Jovi khawatir.

"Nggak apa, cuma linu aja," katanya sambil mengusap pinggangya.

Jovi mengumpat dalam hati. Ia tidak bisa menerima gadisnya terluka karena ingin menyelamatkannya.

***

"Bodoh! Bodoh!" pemuda itu menendangi pria di depannya.

"Maaf, Bos!"

"Bodoh! Sudah kubilang, bukan? Laki-laki itu! Bukan gadis di sampingnya!" bentaknya lagi.

"Sekarang, lo pergi!" usirnya dengan suara menggelegar.

Ia mengepalkan tangannya.

"Tunggu aja lo, Jo! Gue pastiin lo bakal lenyap selamanya.." ia tertawa sinis.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top