PART 27.3 - MENCOBA MENGHIBUR/ROMANTIS?

I will do anything whenever you're near me
###

JAM pelajaran telah usai. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Waktunya pulang bagi siswa Rodriguez.

"Te! Minggu besok kita CFD-an yuk!" ajak Bila pada Ratih yang tengah menyandang tasnya dan berdiri.

"Oke!" jawabnya.

"Kamu ikut nggak?" tanya Ratih pada Kayra.

"Car free day?" Kayra berucap antusias. Kedua temannya itu mengangguk mantab.

"Kamu nggak pernah ke sana?"

Kayra menggeleng dengan polosnya. "Kay nggak pernah ke sana dan kayaknya nggak dibolehin," jelasnya.

"Izin dulu aja, mungkin dibolehin. Lagi pula kita ke sananya sama-sama." Ratih mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan Bila.

Kayra berpikir sejenak lalu berbicara. "Oke, nanti Kay bakal izin."

"Bagus!" sahut keduanya.

Mereka berjalan beriringan keluar kelas.

"Gue lewat gerbang depan Te! Lo mana?" ucap Bila.

"Gue juga ikut deh," jawab Ratih.

"Terus, Kayra?"

"Em... Kay nunggu di sana aja." Kayra menunjuk area lapangan.

"Oke deh, kita duluan ya. Bye!" Mereka berdua melambaikan telapak tangan ke Kayra.

Seperti biasa, pulang sekolah, Kayra selalu menunggu sopir yang akan menjemputnya di bangku pinggiran lapangan. Sejak kejadian Senin kemarin, orang tuanya lebih protektif padanya. Karena itu saat pulang ia akan selalu dijemput oleh sopirnya.

Tiba-tiba kesedihannya kembali lagi. Ia belum bisa tenang saat ini.

"Ma... Pa... Kay minta maaf," ujarnya dalam hati. Ia menunduk lesu.

Di sela lamunannya, tanpa ia sadari seseorang berjalan mengendap di belakangnya.

"DOR!"

"HWAA!" teriaknya reflek langsung menutup matanya dengan telapak tangan.

"Ha ha ha" terdengar suara tertawa.

"Hei!"

Kayra mencoba membuka matanya. Dan betapa kesalnya ia melihat siapa yang berada di depannya saat ini.

"KAK JOOO!" kesalnya.

Jovi malah tertawa seperti orang tanpa dosa sedikitpun.

Jovi duduk di sebelah Kayra. Ia menoleh ke gadisnya itu yang tengah mengerucutkan bibirnya,

"Hei, kenapa?" tanya Jovi.

Tiba-tiba mata Kayra berkaca-kaca. Jovi yang melihat itu lalu menyentuh dagu gadis itu agar menatapnya.

"Kak Jo nggak suka lihat kamu nangis. Cerita aja, nggak apa," bujuk Jovi dengan suara lembut.

"Kay... Nggak masuk seleksi itu." Kayra berucap pelan.

Jovi malah tersenyum tipis.

"Nggak ada yang perlu disesali."

"Kay ngecewain semuanya Kak..." air mata yang sedari tadi ditahan agar tidak jatuh pun mengingkari kenyataan.

Jovi tahu pasti Kayra sangat... sangat sedih. Karena ia juga tahu jika sang kekasih sudah sangat berusaha dengan keras agar menyamai dirinya dalam hal memenangkan kejuaraan-kejuaraan.

Jovi mengarahkan kepala Kayra agar bersandar di bahunya.

"Kak Jo akan selalu siap meminjamkan bahu Kakak jika kamu dalam keadaan seperti ini."

Kayra semakin menangis.

"Kay bodoh Kak..." ujarnya sambil memukul paha Jovi pelan. Sedangkan tangan kanan Jovi mengelus sayang rambut Kayra.

"Jangan bilang gitu!" tegas Jovi.

"Hiks... Hiks... Itu kenyataan Kak..." Kayra berucap terbata-bata menahan tangisnya agar tidak semakin pecah.

"Sst... Udah, jangan nangis. Kak Jo malah bangga sama kamu."

"Kak Jo bohong!" pungkasnya.

"Kak Jo nggak pernah bohong!"

"Kak Jo pasti kecewa. Apalagi Mama sama Papa Kak..." Kayra bersuara pelan. Ia menelusupkan wajahnya di ceruk leher Jovi.

"Kak Joy yakin, pasti mereka lebih bangga sama kamu," jelas Jovi.

"Keberhasilan bukan hasil sebenarnya. Tapi proses itulah yang akan kamu pahami,"

"inget Dek, jangan bergantung pada satu bidang."

"Maksudnya?" Kayra mengangkat wajahnya untuk menatap Jovi sambil menghapus air matanya sendiri.

Jovi tersenyum kecil. "Kembangkan bakat kamu yang lain juga."

Kayra bingung, masih belum mengerti apa yang dikatakan Jovi. Jovi yang mengetahui gadisnya masih bingung langsung bicara lagi. "Jangan hanya menekuni satu bidang, tapi coba yang lain. Contohnya... non akademik mungkin," kata jovi.

"Emang Kay punya kemampuan non akademik?" Kayra malah balik bertanya ke Jovi.

Jovi menghela napas. Ia harus sabar menjelaskan dengan sejelas-jelasnya.

"Kak Jo nggak berfokus pada satu bidang. Nggak hanya fisika."

"Emang Kak Jo bidang apa lagi? ..." Kayra bertanya penasaran.

"Ck. Ba..." Jovi menggantung katanya. Berharap Kayra akan tahu apa maksudnya.

"Ba..." tirunya.

Jovi mengembuskan napas berat.

"Kayra... Kayra..." batinnya.

"Bahasa!" pungkasnya kemudian.

"Ah... iya, baru ngeh hehe..." Kayra tersenyum kikuk.

Jovi menggeram gemas.

"Wah... hebat! Kay baru sadar kalo Kak Jo jago bahasa. Bahasa Inggris bisa, Jepang... Perancis... Jerman." Kayra berucap sambil berhitung dengan kelima jarinya.

Jovi terkikik dibuatnya. Kayra mulai kembali ceria.

"Jangan lupa, Spanyol juga," ujar Jovi dengan pedenya.

Kayra mengangguki saja.

"Semua profesi pasti membutuhkan adanya bahasa. Karena itu jangan sepelekan anak dari jurusan bahasa."

"Tapi Kay..."

"Photographer dan reporter," pungkas jovi.

"Tapi..."

"Sst... Kak Jo nggak suka banyak alasan. Itu bakatmu, kembangkan siapa tahu nanti kamu jadi photographer dan jurnalis professional." Jovi menggenggam telapak tangan Kayra.

Kayra mengangguk senang. Begitupun dengan Jovi, ia serasa berhasil melunakkan perasaan Kayra.

"Sekarang, dari pada sedih-sedih, Kak Jo ada sesuatu buat kamu. Tapi tutup mata dulu," kata Jovi. Kayra dengan semangat melakukan apa yang diperitahkan.

Jovi menaruh lengannya di belakang punggungnya sedangakan Kayra masih menutup mata.

"Udah?"

"Sekarang buka mata kamu!"

Kayra membuka mata. Dilihatnya Jovi tersenyum manis kepadanya dan mengarahkan tangan kanan ke depan.

"Apa sih, Kak Jo?" Kayra tersenyum geli. Ia belum mengerti.

"Mini love buat kamu," katanya sambil menunjuk dengan dagu ke arah jarinya. Jari jempol dan telunjuknya ia tautkan dan ia miringkan. Sehingga terlihat seperti bentuk hati bagian atasnya.

Kayra dibuat merona. Jovi menurutnya so sweet.

"Mini love?" tanyanya lagi sambil menirukan apa yang dibuat jari Jovi.

"Kak Jo kan nggak pernah ngasih apa-apa ke kamu. Jadi Kak Jo cuma bisa kasih ini." ucapan Jovi berhasil membuat wajahnya tiba-tiba memanas.

"This love just for you. Only you," ujarnya lagi.

"Merci." Kayra menirukan bahasa yang Jovi biasa gunakan.

Jovi tersenyum mendengarnya. Karena pengucapannya menurutnya sedikit salah. Namun ia diamkan saja.

"Kak Jo ada sesuatu lagi." Jovi menyugar rambutnya sekilas.

"Apa?" tanya Kayra.

"Kayaknya kamu butuh refreshing. Gimana kalo minggu besok kita CFD?"

Kayra ternganga.

Ini adalah pertama kalinya Jovi mengajaknya keluar.

"Mauu!"

"Izin dulu ya, sama orang tua." Kayra mengangguk antusias.

"Emangnya kalo car free day ada apa sih, Kak?" tanyanya. Karena memang Kayra belum pernah dan bahkan tidak tahu sama sekali.

"Ada deh!" jawab Jovi dengan entengnya.

"Kalo diizinin hubungi Kak Jo. Kita berangkat pagi-pagi. Oke?!"

Kayra memberi jawaban dengan jempolnya. Jovi mengacak gemas poni Kayra.

"Ih... Ih!"

"Kak Jo minta maaf waktu kemarin pas kamu pulang," ujarnya tiba-tiba.

"Nggak apa. Tapi beneran kan Kak kita ke CFD?" tanyanya memastikan dengan wajah berbinar-binar.

Jovi mengangguk mantab.

"Yeay!"

Seketika ia menoleh ke trotoar di depan gerbang. Ada mobil miliknya di sana.

"Kak Jo, Kay udah dijemput. Kay pulang dulu ya," pamitnya lalu berdiri. Jovi juga ikut berdiri.

"Bye!" Kayra melambaikan tangannya ke Jovi dan dibalas dengan senyuman tipis oleh komdis itu.

Jovi mengamati gadisnya yang berjalan cepat keluar gerbang sampai masuk ke sebuah mobil SUV hitam.

***

Di rumahnya ketika malam hari ia menceritakan semuanya. Dan kedua orangtuanya tidak kecewa. Tidak seperti yang ia bayangkan.

Ia sedikit lega.

Saat ini ia tengah bersantai sambil memakan camilan di ruang tamu. Dan menonton tivi saluran luar.

Seketika matanya tertuju pada sebuah buku gambar besar.

Ia mengambilnya dari meja depannya.

"Mama! Ini proyeksi siapa, kok ditaruh sini?" teriaknya.

Maria kemudian datang dengan heran. Wanita paruh baya berpiyama tidur itu menghampiri sang putri.

"Mana?"

"Ini." Kayra membuka lembar demi lembar buku gambar tersebut.

Dilihatnya sebuah sketsa bangunan besar.

Maria melihat gambar itu.

"Itu punya Papa."

"Papa mau bangun proyek lagi?"

Maria mengangguk.

"Itu yang sama Om Fero. Di mana ya..." Maria berpikir sebentar.

"Pokoknya yang ada di Jawa Timur," lanjutnya.

Kayra mengangguk takjub dengan pekerjaan sang ayah.

"Ini... mall apa apartemen?" ia menunjuk gambar sketsa yang dipegangnya.

"Dua-duanya." Ia dibuat terpukau lagi. Kerja sama sang ayah dan partnernya sungguh hebat. Dan partnernya tidak lain adalah ayah dari kekasihnya. Jovi.

Kayra manggut-manggut.

"Ma..."

"Hmm" sahut Maria sambil mengambil alih remote tivi. Wanita itu mengganti ke film luar.

"Minggu besok ada car free day."

"Terus?"

"Ih... Ih! Kay mau ke sana. Kan Kay belum pernah, Ma."

"Oke, sama Mama aja," balas Maria.

"No no no no Kay sama..." ujarnya menggantung.

"Jovi?" tebak Maria sambil tersenyum.

Kayra meringis.

"Boleh nggak Ma?"

"Izin dulu ke Papa," sahut Maria dengan entengnya.

"Yah... Kok gitu sih, ayolah Ma... Jangan Kay. Mama aja yang bilang, tapi jangan bilang sama Kak Jo Ma," katanya penuh permohonan.

Maria mengembuskan napasnya pelan.

"Oke, oke, nanti mama izinin. Tapi ingat! Hati-hati. Dan sekarang kamu masuk ke kamar. Jangan sampai besok telat!" ingat Maria.

"Siap kapten!" jawabnya sambil memberi tanda hormat. Maria menggeleng heran melihat anak satu-satunya itu.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top