PART 23. 1 - RAPAT PENSI
Apapun yang dipersiapkan dengan matang pasti hasilnya akan memusakan, bukan?
###
BIG PENSI Rodriguez tinggal menghitung beberapa hari saja. Dan pastinya semua persiapansudah dipersiapkan secara matang-matang oleh pihak sekolah.Begitu pula para anggota OSIS.
Para anggota OSIS yang sudah dibagi tugas mulai melaksanakan dengan maksimal.
Contohnya, karena tema pensi tahun ini adalah "Keluar dari Box" maksudnya, Rodriguez sendiri ingin mencoba hal baru.
Hal baru yang pada tahun-tahun sebelumnya belum dicoba. Dan ide itu dicetuskan oleh salah satu anggota OSIS yaitu Andika, ketika rapat rapat OSIS beberapa minggu lalu.
Jumlah anggota OSIS yang lumayan banyak memungkinkan pembagian tugas merata dan terkoordinir.
Bagi beberapa anggota OSIS diberikan tugas untuk ke beberapa sekolah SMA tetangga. Dengan maksud mengundang mereka pada acara pensi yang akan datang. Tentunya mereka juga harus menampilkan sesuatu.
Lalu ada juga koordinator lapangan, yang bertugas menyiapkan berbagai keperluan seperti dokumentasi, peralatan keamanan. Dan masih banyak lagi.
Dan Dion juga tidak segan untuk membahas itu semua bersama-sama dalam waktu yang terbilang tidak sebentar.
Pernah waktu itu Dion mengadakan rapat untuk membagi tugas. Dan itu dimulai dari pulang sekolah sampai jam sembilan malam. Yang pastinya ada beberapa anggota OSIS rela bermalam. Karena esok harinya libur. Sehingga mereka bisa mengatur dengan baik.
Pihak sekolah sangat setuju dengan tema maupun konsep yang disusun oleh para komdis dan anggota OSIS.
Karena itu Pak Warnoto, selaku kepala Rodriguez high school juga ikut andil dalam mempersiapkan semuanya. Pria paruh baya itu melakukan sebuah pendekatan dengan pihak SMA tetangga. Demi melancarkan acara tahunan Rodriguez yang selalu meriah itu.
Dan untuk pemilik yayasan itu sendiri yaitu James Rodriguez membiayai semua kebutuhan yang akan diperlukan dalam pensi nanti. Ayah dari Raka itu melakukan itu semua karena ia juga merasa bangga melihat siswanya yang selalu membanggakan almamater miliknya itu.
Balik ke Dion, saat ini ia dan semua anggota OSIS tengah mengadakan rapat di ruang OSIS seperti biasa.
Karena hari senin, jadi waktu pulang agak cepat.
Anggota OSIS yang lainnya duduk di kursi masing-masing, begitu pula dengan komdis.
Dion memimpin rapat tersebut dengan duduk di bagian paling depan. Dan juga menghadap ke arah mereka semua.
Dilihatnya beberapa anggota OSIS membawa sebuah dokumen.
"Siang semua!" sapa Dion mengawali rapat hari ini.
"Siang!" sahut mereka semua.
"Oke lansung saja, agenda hari ini adalah membahas kelengkapan persiapan dari setiap panitia!" ujar Dion.
"Dimulai dari koordinator pengisi acara!" tunjuk Dion pada salah satu anggota OSIS kelas 11.
Cewek itu berdiri sambil memegang sebuah buku catatan.
"Untuk saat ini saya sudah bisa memastikan siapa saja yang lolos dalam seleksi pengisi acara minggu kemarin. Dari anak marching band sudah siap dan mereka juga sudah latihan maksimal untuk opening, karena mereka termasuk pengisi acara awal di pagi hari."
Dion mengangguk sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya. Mengingat semua pengisi acara bukan main-main, harus diseleksi. Semua itu demi kelancaran acara
Sedangkan yang lainnya mendengarkan cewek itu dengan serius. Termasuk Jovi.
"Dan untuk SMA tetangga, yang ingin menjadi pengisi acara ada banyak. Namun oleh para komite dan beberapa dewan guru hanya memilih 5 sekolah saja, karena beberapa alasan yang bisa dilihat sendiri," lanjutnya.
"Dan untuk urutan tampil sesuai persetujuan akan ada dua sesi. Pagi sampai sore lalu di malam harinya adalah acara puncak dan juga penampilan semua pengisi acara dari siswa-siswa Rodriguez sendiri. Tetapi urutan tamoir s tiap oengisinya belum kami fix kan."
"Tolong sebutkan apa sja yang sudah fix menjadi pengisi acara!" kata Dion.
"Di pagi hari ada penampilan 5 SMA yang menampilkan persembahan terbaiknya, dan kita belum mengkonfirmasikan. Mungkin besok akan kami konfirmasi bersama beberapa dewan guru pendamping. Lalu pengisi acara yang lolos seleksi ada grup vocal dari kelas 12 ,tim padus, lalu tradisional dance dari ekstra tari, modern dance, 2 grup band SKA. PMS band, Craving Prince, dan juga Over Leadership pastinya."
"Oke, jadi hanya tinggal mengkonfirmasi dari SMA tetangga dan menentukan urutan tampil?" tanya Dion. Dan cewek itu mengangguk.
Ia kemudian kembali duduk.
"Koordinator keamanan silahkan!" lanjut Dion.
Lima orang anggota OSIS berdiri.
"Kami sudah mengatur strategi pengamanan mulai dari pemeriksaan barang bawaan di pintu masuk di pagi harinya." salah satu di antara mereka bersuara.
"Apa kalian sudah meminta bantuan anak pramuka dan PMR?"
Semua diam, sepertinya ada yabg terlewatkan.
Dion menatap intens.
"Jangan bilang kalian belum? Bagaimana bisa belum?! Acara tinggal beberapa hari. Apa kalain sanggup hanya dengan 5 orang?" tanya Dion dengan nada sedikit membentak.
Semua menunduk kecuali para komdis.
"Tidak mungkin anak pramuka dan PMR menolak. Kalau perlu saya yang akan memberikan surat permohonan!" ujar Dion.
"Maaf Kak, kita janji akan mengatur semua dan akan memberitahu pada Kakak setelahnya."
"Jangan hanya bisa janji! Tunjukkan! Itu tanggung jawab kalian!" benyak Dion dengan sedikit emosi.
"Dan satu lagi, saya dan para komite menginginkan pengamanan diperketat. Geledah semua isi tas pengisi acara dari SMA lain maupun dari siswa sini. Ambil barang yang kemungkinan berpeluang menjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Seperti bahan yang terbuat dari besi. tahan dulu lalu tanyakan!" jelas Dion.
Kelima anggota OSIS kelas 10 dan 11 itu mengangguk patuh.
Dan seketika Bryan mengangkat tangannya.
"Boleh saya memberi tambahan?"
"Silahkan!" ujar Dion dengan bahasa formal karena memang ini rapat sebuah organisasi.
"Sesuai dengan pembahasan rapat kemarin, jika pensi pertama kemungkinan selesai jam 4 sore, itu akan lebih baik jika koor keamanan melakukan pemeriksaan sekeliling sekolah. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Dan perketat setiap sudut sekolah. Dan untuk ruang kelas maupun ruang lainnya yang tidak dipakai lebih baik dikunci," kata Bryan.
"Saya setuju, mengingat acara ini sangat besar dan yang datang di sesi pertama bukan hanya siswa sini, alangkah baiknya jika diperketat. Itu untuk menjaga keamanan dan kenyamanan selama acara berlangsung," sahut Dhika
"Dan untuk gerbang utama setidaknya jam 5 sore harus ditutup. Jika ada yang ingin masuk suruh ijin dulu. Karena selama sesi kedua atau malam harinya semua siswa Rodriguez harus ada di lokasi acara," lanjutnya lagi.
Dion mengangguk setuju.
"Setuju! Jadi bicarakan hal ini dengan anak PMR dan pramuka! Minta bantuan mereka. Untuk selebihnya aan saya omongkndengan Pak Warnoto dan para komite. Jangan individu, karen kita semua tim! Ingat itu!" ujar Dion. Dan kelima anggota koor itu mengangguk paham.
"Lalu... Koor dokumenasi!" kata Dion. Dua orang anggota OSIS berdiri.
"Sejauh ini persiapan sudah sangat baik dan komunikasi dengan anak photographer jurnalistik juga baik," kata salah satu cewek yang berdiri itu.
Lalu yanh satunya lagi menyahuti. "Untuk anggota jurnalis hampir semua ditugaskan meliput, dan ada yang meliput sesi pertama maupun yang kedua. Divisi photographer yang menggunakan drone ada 3. Kamera shooting ada 4 dan photographer jurnalis sendiri ada sekitar... Belasan."
"Baik, terus jalin komunikasi agar tidak ada kendala yang mengakibatkan kefatalan," komentar Dion.
Dua koor dokumentasi itu kembali duduk.
"Lanjut!"
Lalu seorang siswa kelas 10 berdiri.
"Untuk masalah konsumsi sudah fix. Dan itu sudah diatur juga oleh para komite," katanya.
Dion mengangguk.
Siswa itu lalu duduk kembali.
Dan rapat masih terus berlangsung selama kurang lebih sejaman kedepan. Mereka semua meng-fix-kan hari itu juga.
"BIG PENSI RODRIGUEZ?!"
"WE KNOW! WE CAN! YES!!" ucap mereka bersamaan sebelum mengakhiri rapat.
***
Malam harinya...
"Yon! Gimana kata Pak Warnoto, tentang keberangkatan kamu ke Amerika?" tanya Hendra pada anaknya itu.
Dion yang tengah bersantai sambil selonjoran di sofa ruang tengah lalu mengarahkan pandangannya ke sang ayah yang tengah mengetik di laptopnya.
"Udah diurus Pa, Dion tinggal berangkat setelah UN. Mungkin seminggu setelah UN," jawab Dion.
Dion meminum kopi di depannya sebelum melanjutkan bicaranya.
"Papa sangat bangga denganmu dan Jovi Yon!" ujar ayahnya.
Dion mengangguk.
"Setelah kamu sampai di New York, langsung aja ke apartemen yang udah Papa siapain," ujar Hendra lalu beranjak dari duduknya.
Ia berjalan menuju tempat anaknya.
"Makasih Pa."
"Hmm."
Hendra menyesap kopi di depannya sambil duduk di samping Dion.
Ayah dan anak itu sama-sama kompak suka kopi ternyata.
"Jovi gimana?"
"Dion nggak tanya Pa, dia mungkin berangkatnya habis UN juga kayaknya ke Oxford," kata Dion.
Hendra mengangguk
"Fero sangat beruntung memiliki anak seperti Jovi." Hendra berkata.
Dion mencebik gemas.
Kenapa selalu Jovi. Bukan, bukan ia tidak suka.
Tapi... Tidak sang ibu ataupun sang ayah sama-sama mengunggulkan Jovi juga.
Kadang pertanyaan. Konyol melintas di benaknya.
Apa mungkin mereka sebenarnya saudara yang terpisahkan?
Dion menggeleng cepat.
Tidak mungkin!
***
Akan cepat next part jika ada sesuatu yang kalian tinggalkan untuk bab ini. Oke?!
Merci beaucoup buat yang udah menaruh cerita ini di RL-nya. Yang memfollow juga.Yang udah menjadikanku following pertamanya. Merci. Aku seneng banget.
Aku hargai itu.
----Nadya----
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top