PART 17.3 - HUKUM ARCHIMEDES

Perasaanku layaknya hukum Archimedes, ada tiga kemungkinan. Yaitu terapung, melayang dan tenggelam di saat yang tidak terduga karena suatu alasan.

###

SETELAH selesai makan, mereka berdua kembali ke ruang tamu tadi. Di sana sudah ada beberapa barang yang pastinya alat praktikum dan laptop.

"Ini Kak Jo yang beli?" tanya Kayra ketika melihat barang-barang di dalam paper bag.

"Hmm." hanya itu yang keluar dari bibir Jovi. Ia tengah menyalakan laptopnya.

"Kay nggak bawa uang banyak, besok Kay ganti," ucapnya lalu duduk di sofa samping Jovi.

"Nggak usah, ini nggak mahal kok."

"Jangan Kak!" sergah Kayra cepat.

"Kenapa?" Jovi menoleh ke Kayra.

Kayra gugup. "Yah... kan kita tim. Masa yang modal satu orang," katanya.

Jovi ber "Oh."

"Nggak apa, bayarnya dengan cara lain aja." Jovi tersenyum jahil.

"Apa?" Kayra bingung.

"Ini!" Jovi tiba-tiba menunjuk bibirnya yang sedikit kemerahan itu.

Kayra melotot kaget. Melihat bibir Jovi yang lembab dan kemerahan itu membuatnya hampir kesulitan bernapas.

"Ih... Kak Jo." Kayra cemberut.

"Becanda, Dek. Kalo kamu mau juga nggak apa. Dengan senang hati." Jovi terkikik geli.

"Nyebelin!" gerutu Kayra.

"Tapi ngangenin," godanya lagi. Entah kenapa Jovi saat ini begitu jahil.

Kayra mendengus sebal.

"Yaudah, sekarang kita kerjain," kata Jovi masih fokus dengan file yang dibukanya dari USB Kayra.

"Kak Jo dulu pernah kayak gini juga kan?"

"Kayak gini apaan?" tanya Jovi jahil ia sudah tahu maksud Kayra namun ia berpura-pura.

"Yah... ngerjain project."

"Hmm. Iya, dulu Kak Jo sama kakak kelas Kak Jo buat pembuktian hukum Pascal," jelsnya.

Kayra manggut-manggut.

"Udah hafalin belum?"

"Setengah, dan masih nggak terlalu hafal Kak," ucapnya jujur.

"Hukum Archimedes seperti apa?" Jovi mencoba mengetes Kayra.

Ia menatap gadis itu.

"Jika suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut. Gaya itu disebut gaya Archimedes," jawabnya dengan perlahan namun santai.

"Atau?" tanyanya lagi.

"Suatu benda yang dicelupkan ke dalam zat cair baik sebagian maupun seluruhnya akan mendapat gaya tekan ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh zat cair tersebut," jelas Kayra.

"Wah... udah bisa," kata Jovi.

"Kemungkinan yang akan terjadi?" Jovi mengetes Kayra lagi.

"Kemungkinan ada tiga. Terapung, melayang dan tenggelam," jawab Kayra.

Jovi tersenyum kecil.

Kayra tersenyum kecil. Lalu menatap Jovi yang tengah membuat bahan presentasi di laptop.

"Udah selesai," ujar Jovi.

"Kak Jo hebat!" puji Kayra.

"Sekarang kita tinggal latihan menghafal dan menjalankan teori."

Jovi membuka paper bag di meja tersebut.

Ia mengeluarkan sebuah wadah seperti akuarium kaca. Dan kapal mainan dari besi.
Kayra takjub dengan pola pemikiran Jovi yang cepat. Cowok itu sudah mempersiapkan semuanya.

Hebat. Pujinya dalam hati.

"Ini hydrometer?" tebak Kayra. Ia mengambil alat menyerupai tabung kaca kecil itu.

"Hmm... kita buat penerapan hukum Archimedes 2. Pertama yang kapal selam lalu hydrometer. Catatannya yang udah kamu print itu. Dan juga hafalkan rumusnya," jelas Jovi.

"Praktiknya bisa juga pakai air garam sama telur kan Kak?" tanya Kayra.

"Hmm. Tapi itu praktik yang sederhana, Dek," jelas Jovi. Kayra mengangguk.

"Gaya Archimedes sama dengan?" tanya Jovi pada Kayra.

"Berat zat cair yang dipindah," jawabnya.

"Pinter..." Jovi mengusap gemas rambut Kayra.

"Masih pinteran Kak Jo. Kak Jo jenius," ungkap Kayra sambil menatap Jovi sekilas.

"Iya? Amiiin... Kalo Kak Jo jenius, kamu juga harus!" ucap Jovi.

Cewek itu mengangguk antusias "Sekarang Kak Jo, rumus gaya Archimedes adalah?"

"Gaya tekan A sama dengan (V) besar dikali Rho dikali (g). Atau, masa jenis zat cair kali volume zat cair yang dipindah, kali percepatan gravitasi bumi," jawab Jovi dengan pedenya.

"Hebat!" puji Kayra lagi. Jovi tersenyum tipis.

"Tahu kan, cara pakai ini?" Jovi menunjuk hydrometer.

Kayra mengangguk.

"Kalau ini nanti kita sama-sama. Pas presentasi kita isi air," jelas Jovi.

"Presentasinya di ruang aksel?"

"Enggak, kayaknya di aula. Semua guru datang ke sana dan lihat bagaimana anak aksel mempresentasikan project mereka masing-masing. Yang fisika ya fisika, matematika ya matematika, geografi ya geografi. Tergantung bidang study-nya," jelas Jovi panjang lebar.

Kayra menciut tiba-tiba. "Kalo orangnya sebanyak itu, Kay pasti takut Kak... gimana kalo gara-gara Kay... project-nya jadi berantakan." Kayra bersuara pesimis.

"Tuh kan, selalu aja pesimis. Kak jo nggak suka kalau kamu mudah nyerah!" Jovi berucap kesal.

"Coba deh, Dek, kamu percaya diri. Dulu Kak Jo malah penakut. Tapi sekarang apa? Kak Jo berani menatap mata semua orang," jelasnya.

"Kak Jo akan ajari kamu." Jovi menggenggem tangan Kayra.

Kayra mengangguk ragu.

Entahlah... kenapa Kayra selalu tidak percaya diri.

***

Malam harinya, Kayra dan keluarganya makan malam bersama. Seperti biasa.

Yah, sore tadi Jovi lah yang mengantarnya pulang. Dan bisa dipastikan mamanya menghujaninya dengan macam-macam pertanyaan. Dan ia menjawab dengan sedikit jujur.

"Dek, bulan depan Allen mau ke sini," ujar ayahnya. Yah, ayahnya selalu memanggil dengan panggilan Adek. Itu panggilan kesayangannya.

"Iya, Pa?" Kayra terlihat antusias.

"Hmm."

"Wah... Pasti seru tuh!" ucapnya senang.

Mamanya hanya tersenyum melihat kelucuan putrinya itu.

"Terus kuliahnya Kak Allen gimana?" tanyanya.

"Dia liburan ke sini."

Kayra memium air putih di gelas depannya.

"Gimana sekolah kamu?" tanya Andrew, ayahnya.

"Yah... gitu," ucapnya singkat.

"Seneng lah, Pa, kan ada cowoknya," celetuk mamanya dengan pedenya. Kayra mencebik geram.

Mamanya tahu?

"Iya?" tanya ayahnya memastikan.

"Enggak, Pa. Mama ngawur," elaknya. Namun Andrew bisa melihat jika anaknya salah tingkah dan sedang berbohong.

Andrew menggeleng pelan sambil tersenyum. "Papa nggak pernah ngelarang kamu Dek, asal kamu hati-hati dan bisa bedain mana tempat dan waktu yang tepat," jelas Andrew.

Kayra menunduk malu.

"Kamu besok habis kelas aksel nggak keman-mana kan?"

"Nggak, lah. Emangnya Kay mau kemana?"

"Ouh... Kirain mau kencan," goda mamanya yang membuat wajah Kayra memanas seketika menahan malu.

Hah... mamanya memang seperti itu.

"Mama!" kata Kayra.

"Besok kamu ikut Mama ke salon sama butik ya," jelas Maria.

"Hmm." hanya itu yang keluar dari mulut Kayra.

"Yaudah, Kay mau tidur dulu Ma," pamitnya lalu bergegas ke lantai atas.

***

Setibanya di kamarnya. Ia menata buku-bukunya dan mempersiapkan buku pelajaran aksel.

Yah, karena ia masih kelas 11 jadi jadwal kelas aksel tetap. Sabtu dan Minggu. Kecuali kelas 12, hanya Sabtu. Dan itu pun sepertinya tidak akan efektif karena ada ujian sekolah untuk kelas 12 dan try out.

Kembali ke Kayra. Ia mengambil ponselnya. Lalu menghempaskan badanya ke tempat tidur.

Sudah lama ia tidak bermain social media. Terutama instagram. Baginya sosmed seperti instagram sangat membantunya dalam hal menambah wawasan dan juga berita terkini.

Ia juga memiliki idola. Artis Thailand.

Entah kenapa ia sangat menyukai artis Thailand dibandingkan Korea yang jelas-jelas selalu menjadi tren. Baik drama maupun boy band-nya
Ia membuka di kolom pencarian.

Ia mengetikkan huruf-huruf dan muncul lah nama Jovianalviero.
Ia tersenyum kecil.

Ia sudah mengikuti si komdis itu sedari kelas 10 dulu dan jika dilihat-lihat perbedaan jumlah followers dan following-nya sangat mencolok.

Ia dapat melihat jumlah followers Jovi sekitar 30.000 followers dan yang diikiti hanya 10 orang yang Kayra yakin hanya teman terdekatnya. Dan postingan instagram-nya hanya ada 6 foto.

Enam foto.

Dan foto terakhir diposting adalah 3 bulan yang lalu. Ia bisa menyimpulkan jika Jovi tidak terlalu memperioritaskan social media. Buktinya tidak satupun komentar yang ditanggapi. Jangankan ditanggapi, jangan-jangan Jovi tidak tahu jika Kayra mem-follow-nya.

Ia tidak mempermasalahkan hal itu. Mungkin saja Jovi tidak tahu saking banyaknya orang yang mem-follow dirinya.

Namun seketika matanya terbelalak melihat nama di notifikasi itu.

~Jovianalviero started following you.~

"Kak Jo, follback aku," ucapnya pelan sambil tersenyum. Jadi saat ini Jovi juga membuka akunnya itu. Notifikasi itu sampai 5 detik yang lalu.
Jadi sekarang following jovi ada 11 akun.

Kayra diam. Apa ini akan berpengaruh dengan yang lainnya? Pikirnya.

Ia takut jika semua tahu hubungan mereka.

Lalu beberapa detik kemudian ada pesan masuk.

Kak Jo: Semangat, Dek. Jangan nyerah! Kak Jo akan ada buat kamu.

Kayra tersenyum tipis.

Ternyata Jovi perhatian juga. Batinnya.

Lalu ia mengetikkan sesuatu di keypad-nya.

Me: Iya Kak Jo.

Dan balasan itu adalah yang terakhir sebelum ia memejamkan matanya untuk tidur.

***

Hari pun berganti. Setelah kelas aksel selesai, ternyata mama Kayra sudah menjemptnya di depan gerbang.

"Kita ngapain sih, Ma, ke salon?" Kayra berucap bête.

Ia menaruh tasnya di kursi bagian belakang. "Ada lah... Pasti kamu suka."

Kayra hanya mendengus pasrah.
Sekitar 15 menit-an, mobil mereka tiba di sebuah salon yang cukup besar dengan dominan warna biru muda.

"Ayo, masuk. Udah ditungguin," kata Maria.

Kayra berjalan dengan malasnya. Tempat itu tampak agak ramai.

"Maria!" panggil seorang wanita paruh baya cantik. Wanita itu berjalan ke arah Kayra dan mamanya.

"Hai!" Maria memeluk wanita itu sebentar.

"Ini Kayra? Wah.. udah besar ya," tanya wanita itu.

Kayra tersenyum lalu mencium punggung tangan wanita itu sopan. "Siang, Tan."

"Hah... Cantiknya. Sama seperti kamu Ria," ujarnya.

"Kenalin, ini Tante Dian. Teman Mama," ucap Maria.

"Ayo duduk sini." Dian mempersilahkan Maria duduk di sofa salon tersebut. Sedangkan ia mengarahkan Kayra untuk duduk di kursi yang di depannya sudah banyak peralatan make up, rambut dan masih banyak lagi.

"Oke, kita mulai."

"Hah? Mulai apa?" Kayra terkejut lalu menoleh ke Dian.

"Merapikan rambut kamu, sayang," kata Dian.

"Kok dipotong sih, Ma," protesnya.

"Biar rapi dan cantik kamu."

Kayra mendengus pasrah.
Keinginan mamanya sepertiya tidak bisa diganggu gugat.

Ia membiarkan Dian mengramasi rambutnya dan masih banyak lagi hal yang dilakukan pada rambutnya.

Setelah sekitar sejam-an. Akhirnya perawatan pada rambut Kayra sudah selesai.

Kayra menatap dirinya di cermin tempat itu.

Merasa aneh dengan perubahan rambutnya.

"Hmm... Anak Mama cantik banget," puji Maria ketika melihat anaknya mengaca.

Kayra masih diam.

Di pikirannya saat ini adalah: Apa kata teman-temannnya nanti? Terutama Jovi.

Apa komdis satu itu akan menertawakan lalu menjauhinya?

Ia bingung. Ia merasa tidak percaya diri.

"Iya, lah. Sesuai untuk wajahnya yang oval. Kulit putih bersih... hah... pasti pacar kamu terpesona," goda Dian.

"Tentu!" sahut mamanya.

"Mama!" Kayra geram karena sejak kemarin mamanya itu tidak bisa diam.

"Tuh kan... malu. Pacarnya gimana Ria?"

"Ouh... dia ganteng, tinggi, putih. Wajahnya ketimur tengahan gitu," sahut mamanya sambil tersenyum menggoda.

Sepertinya dua wanita itu sengaja menggoda Kayra.

Kayra mendengus sebal. Semua ciri-ciri yang disebutkan mamanya ada di Jovi.

Ia berjalan menuju sofa tempat mamanya duduk.

"Ria, gaun yang sudah dipesan anakku minggu kemarin sudah jadi?" tanya Dian lalu duduk di sofa itu.

"Sudah, tinggal memeriksa ulang, minggu depan bisa kamu ambil," jawab Maria.

Ya, Maria memang seorang designer.

"Oh.. syukurlah."

"Ayo diminum. Udah lama kan, kau nggak ke sini Ria," kata Dian.

Mereka tersenyum.

Sebenarnya di salon itu banyak karyawannya. Dan ketika Kayra tadi di-make over rambutnya, Dian lah yang langsung menangani.

"Lihat, tuh, Kayra. Mama kamu emang pinter nge-design. Sejak SMA di kelas dia yang paling jago gambar," kata wanita berambut sebahu itu sambil tersenyum tipis.

Kayra tersenyum kecil sambil meminum jus jeruk yang disajikan.

"Biasa aja," sahut Maria.

"Tuh kan. Kamu kalau mau nikah nggak perlu susah-susah cari gaun yang bagus, pasti Mamamu akan membuatkan yang paling bagus Kay," ucap Dian dengan bangganya pada teman lamanya itu.

Kayra tidak habis pikir. Kenapa dua wanita di depannya saat ini membicarakan tentang pernikahan?

"Iya, lah. Sebentar lagi dia lulus, katanya mau langsung nikah," jawab Maria dengan pedenya dan tentunya ngawur.

"Mama!" Kayra kesal dengan omongan mamanya itu.

Bisa-bisanya membuat anaknya sendiri malu.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top