PART 1.4 - SEBUAH JEBAKAN
Pasti ada saja hal yang berkesan di dunia putih abu-abu dan masih diingat sampai sekarang, benar tidak?
###
KEESOKAN harinya Kayra berangkat sekolah tepat waktu, mungkin itu semua karena tragedi di hari pertamanya sekolah. Semua murid baru sudah berada di aula atas perintah dari kepala sekolah.
Dan tetap saja, karena ini masih dalam masa orientasi, mereka pun masih mengenakan id card-nya. Fungsi dari id card itu adalah agar memudahkan guru, anggota OSIS maupun sesama muba agar saling mengenal.
Sesuai dengan jadwalnya, hari ini semua murid baru mengenakan seragam olahraga. Tidak ada yang tahu kenapa. Paling-paling akan ada kegiatan di luar ruangan lagi.
Terlihat ketujuh grup sudah berada di sana, mulai dari ujung kanan yaitu grup Einstein dan yang paling ujung adalah Archimedes. Di setiap grup ada seseorang yang berada paling depan menjadi ketua, tidak terkecuali di Archimedes. Ya, Raka ketua grup Archimedes. Ia dipilih kemarin oleh semua muba Archimedes.
Sedangkan semua kakak OSIS berdiri di pinggiran aula. Semua muba berdiri mengarah ke depan podium.
Pak Warnoto memasuki aula, di belakangnya sudah ada dua anggota OSIS yang mengikuti.
"Eh Pak War udah datang, kira-kira kita mau diapain ya kok disuruh pakai pakaian olahraga terus disuruh ke aula sini lagi?" celetuk seorang siswa dari arah grup Coloumb.
"Tau, tuh!" jawab teman sebelahnya.
Sedangkan Kayra berdiri di samping Bella, sepertinya mereka berdua sudah akrab sejak awal pertama MOS ini. Bella tidak membeda-bedakan teman, ia sangat terbuka pada semua terutama Raka dan Devan.
"Pagi! Salam sejahtera untuk kita semua," ucap Kepsek itu saat sudah berada di podium dan semua siswa menjawab dengan antusias.
Semua muba duduk setelah mendapat komando dari salah satu OSIS. Semua diam dan mendengarkan ceramah kepsek dengan hikmat.
"Bagaimana kabar kalian?"
"Baik, Pak!" jawab semua muba bersamaan.
"Langsung saja saya akan memberitahukan kepada kalian semua, besok hari terakhir kalian MOS, bukan? Dan setelah itu kalian akan resmi menjadi murid Rodriguez High School," semua muba bertepuk tangan senang.
"Besok ada mini pensi untuk acara penutupan masa orientasi, jadi saya harapkan dari setiap grup ini untuk mempersembahkan sebuah penampilan," ucapnya serius.
"Kalian dapat menampilkan tarian, menyanyi, atau yang lainnya. Terserah kalian ingin mengenakan kostum apa. Buktikan bahwa kalian mempunyai bakat itu dan pasti bisa dikembangkan lagi dengan mengikuti ekstrakurikuler yang ada di sini. Jadi tampilkan yang terbaik karena tidak hanya saya dan OSIS saja yang melihat, tapi semua dewan guru dan kakak kelas kalian juga. Jangan sia-siakan kesempatan ini karena kami sudah bersusah payah menyiapkan dengan baik untuk besok," lanjutnya lagi.
Semua siswa terlihat mengangguk paham. Kemudian kepsek meninggalkan tempat tadi setelah memberi salam pada mereka semua.
Selang beberapa saat salah satu anggota OSIS maju ke podium.
"Langsung saja Kakak akan memberitahukan info penting yang berhubungan dengan acara besok," ucapnya dengan tegas dan semua muba sangat serius mendengarkannya.
"Kalian kemarin sudah diberi materi di luar ruangan 'kan? Pembelajaran pengenalan lingkungan sekolah, guru dan staf. Jadi untuk hari ini waktunya kalian mengenal siapa saja keanggotaan dalam OSIS agar kalian bisa tahu mereka dan tidak hanya berpikiran negatif saja tentang mereka," ucapnya panjang lebar seakan memperingatkan.
"Jadi hari ini kalian semua diwajibkan mengetahui namanya. Kalau bisa minta tanda tangan atau fotonya sebagai bukti karena semua akan diperiksa. Apabila ada yang tidak mengetahui dan tidak mendapatkannya akan diberi keistimewaan sendiri, kalian mengerti siapa mereka?" ucapnya penuh arti seolah menekankan siapa 'mereka'.
"Mengerti, Kak!" jawab semua bersamaan dan seketika suasana menjadi sedikit gaduh.
"Njir! Kita disuruh nemuin komdis? Tanya namanya juga? Wow!" celetuk Raka sedikit bergumam.
Devan mengangguki.
"Gila! Mana mungkin?"
"Sifatnya aja kayak gitu, gimana mau ditanyain siapa namanya? Bisa-bisa gue ditelan."
"DIAM SEMUA! SEKARANG KALIAN CARI MEREKA DAN JIKA BERTEMU HARUS SOPAN! UCAPKAN PERMISI KALAU NGGAK KALIAN SENDIRI YANG AKAN RUGI! KALIAN JANGAN ADA YANG DIAM! USAHA CARI MEREKA DI PENJURU SEKOLAH!" teriaknya dengan keras.
"Cukup itu yang bisa saya sampaikan dan ya! Untuk acara besok dimulai malam hari jam 7 malam sampai selesai jadi pagi harinya kalian diliburkan, diskusikan saja apa yang mau kalian tampilkan, agar tidak memalukan karena penampilan kalian akan dikomentari oleh mereka! Jelas?!" ucapnya lagi lalu turun dari podium.
Setelah keluar dari aula semua murid berkumpul sesuai grupnya. Grup Archimedes berkumpul di taman tengah untuk mendiskusikan penampilan apa yang akan mereka bawakan.
"Gimana nih kita mau nampilin apa? Setiap grup seenggaknya nampilin satu penampilan," ucap Devan membuka pembicaraan.
"Gini aja! Di sini siapa yang bisa main gitar? Gimana kalau kita nampilin akustikan? Gue yang main gitar dan butuh satu orang lagi nih!" sahut Raka.
Semua sedang menimbang-nimbang apa yang dikatakan Raka.
"Kay mau!" tiba-tiba Kayra memecah kebimbangan di antara yang lain.
"Yaudah! Jadi gue sama Kayra bakal main akustikan dan ada yang ngasih pilihan lagi? Masa kita cuma nampilin satu? Ayo buktiin kalau Archimedes grup yang kompak!" ucap Raka antusias dan serius.
Tetap tidak ada sahutan.
"Kalian mau nyanyi lagu apa Ka?" tanya Bella seperti ingin tahu.
"Ada deh! Oh ya Kay, besok pagi kita kan nggak sekolah gimana kalau kita latihan di rumahku? Nanti aku chat kamu di WA alamat rumahku," ujar Raka sembari menoleh ke arah Kayra meminta pendapat.
"Di rumah Kay aja, Ka."
"Yaudah terserah kamu Kay, oh ya, kita disuruh nyari tuh komdis sekarang, kalau nggak pasti OSIS sama tuh komdis bakal nyerocos aja mulutnya. Ayo!" Raka mengingatkan yang lain agar segera membubarkan diri langsung.
"Ka! Cepet dong lo nggak mau ketemu sama komdis cantik itu?" teriak Devan ke arah Raka yang masih menatap Kayra dan Bella.
Raka menatap kesal pada Devan karena telah nengucapkan kata-kata yang menurutnya sangat rahasia.
"Diem lo!" Raka berlalu menyusul Devan yang sudah lebih dulu berjalan. Wajahnya agak kesal dengan ucapan Devan yang bisa-bisanya mengeraskan suara di depan teman se-grupnya.
Dia juga punya malu!
***
"Haduh Kay gimana nih udah siang kayak gini nggak ada satu pun komdis yang kita lihat," ucap Bella frustrasi karena dari tadi keduanya tidak melihat tanda-tanda keberadaan mereka.
Dan sepertinya dari grup lain juga sama... hasilnya nihil.
"Iya nih Bell, Kay juga udah capek, tapi mau gimana lagi kalau kita nggak dapat buktinya pasti kita dikasih reward," ucap Kayra sambil mengusap keringat yang mulai bercucuran di keningnya.
"Eh, kamu udah ketemu nggak sama komdis? Aku dari tadi nggak lihat mereka," tanya Bella ketika melihat muba dari grup Kirchoff berjalan di depan mereka.
Ia bisa mengetahui grup apa itu dari warna id card yang memang sengaja dibedakan.
"Enggak, aku juga nggak ketemu sama mereka, sama, yang lainnya juga kayak gitu," ucap muba itu dan kemudian berlalu pergi setelah dipanggil oleh temannya.
Sepertinya hari ini adalah ajang kucing-kucingan. Bagaimana tidak? Banyak muba mencari komdis tapi tidak ada satupun komdis yang menunjukkan batang hidungnya.
Menyebalkan!
Hari sudah mulai sore dan kakak kelas sepertinya sudah pulang semua, hanya menyisakan muba dan para OSIS.
Kayra dan Bella duduk di gazebo taman sambil mengamati suasana, terlihat masih banyak yang belum pulang dan beberapa anggota OSIS sekilas terlihat berlalu lalang.
"Haduh, Bell gimana nih, sampai sore gini kita belum satu pun tau identitas mereka, nggak dapat tanda tangannya apalagi fotonya," ucap Kayra sambil meletakkan ID Card yang dipakainya ke meja di depannya.
Bella hanya mengendikkan bahunya sambil mencebikkan bibirnya.
Karena mereka lelah akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke kantin membeli beberapa minuman untuk menghilangkan dahaga sebentar.
"Kay kamu yang mana?" Bella bertanya sambil menunjuk softdrink yang dibawanya.
"Yang itu aja nggak apa-apa," jawabnya singkat. Saat ini di kantin hanya ada beberapa stan yang masih buka dan tidak ada sama sekali murid yang berlalu lalang di sana.
"Kay! Bell!" teriakan itu membuat Kayra dan Bella hampir tersedak minuman yang sedang mereka minum. Sontak mereka pun menoleh ke arah sumber suara, ternyata Raka.
"Apaan sih Ka? Manggil keras banget lihat nih basahkan seragam gue?" omel Bella sambil menunjuk seragamnya yang basah karena minumannya muncrat tadi.
"Maaf deh," Raka mendekat ke arah mereka dan berdiri di depan kedua gadis yang tengah duduk di salah satu kursi kantin.
"Kalian berdua nggak pulang?" Raka memicingkan sedikit matanya.
Kayra menghela nafas dan sedikit tersenyum.
"Raka... kamu nggak lihat kita lagi apa? Kita sama sekali belum dapat tanda tangan komdis, boro-boro dapat ketemu aja enggak!" ucap Kayra lembut yang dibuat-buat agar Raka mengerti.
"Aku juga tahu Kayrasya Aditama... untung aku nyamperin kalian di sini, kalau nggak gimana? Semua muba udah pulang sekarang. Mereka kesal soalnya belum ketemu tuh komdis. Jadi kalian nggak pulang? Yaudah gue tingga," ucap Raka agak sedikit kesal namun tidak serius.
Raka membalikkan badannya meninggalkan mereka berdua.
"Eh! Eh, Ka! Tunggu dong. Jangan marah gitu, kalau kita pulang terus tugas kita gimana?" Raka menatap Bella yang memanggilnya.
"Gue nggak peduli! Kalau dihukum palingan semua, mereka kayaknya belum tau gue deh!" tukas Raka dengan sombongnya, membuat dua gadis di depannya hanya mengernyit keheranan.
"Emang lo siapa? Bentar, bentar, nama lo Eraka Rodriguez. Jangan bilang lo anak pemilik nih sekolah!" Bella hanya menatap bingung setelah menanyakan hal itu.
Apa tebakannya benar?
"Yap betul! Tapi tenang aja gue masuk ke sini bukan karena gue anak pemilik nih sekolahan, tapi gue ngandalin nih otak," ucapnya sambil menunjuk kepalanya.
"Ooh..." Kayra dan Bella hanya bisa melongo tak percaya.
***
Pagi harinya, Raka sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah Kayra setelah mendapat chat dari gadis itu.
Ia menyalakan mesin motor sport nya dan sudah membawa tas berisi gitar di punggungnya menuju perumahan tempat Kayra.
Raka hanya mengenakan outer kemeja flanel dan dalaman kaos berwarna putih serta sepatu sneakers nya. Walaupun begitu ia masih terlihat berkelas dengan wajah tampannya yang kebarat-baratan.
Sedangkan di rumahnya, Kayra turun menuju meja makan untuk sarapan bersama orang tuanya pagi ini.
"Kamu nggak sekolah Kay? Masa orientasimu 'kan belum selesai," tanya Andrew-ayahnya.
"Em... emang sih, tapi hari ini hari terakhir MOS Pa! Nanti malam ada mini pensi jadi pagi ini cuma latihan sama anak grup," ucap Kayra sambil mengunyah roti yang sudah diolesi selai oleh ibunnya.
"Terus kamu mau nampilin apa?" tanya Maria-ibunya.
"Maunya sih akustikan, terus pagi ini teman Kay mau ke sini buat latihan, nggak apa-apa kan Ma?" ucapnya setelah menenggak habis jus di gelasnya.
Setelah mendapat persetujuan dari kerua orangtua, dia pun berjalan ke arah pintu depan.
Kayra hanya mengenakan T-Shirt dan celana jeans selututnya. Dengan rambut yang ia cepol.
Suara mesin motor sport terdengar masuk ke area depan rumahnya, Kayra segera keluar dan memang benar itu Raka.
"Hai Ka masuk aja! Parkirin motormu di situ, nggak papa kok ada satpam di sini," ucap Kayra sambil menunjuk tempat di samping garasi rumahnya.
"Bentar Kay," Raka memarkirkan motornya di tempat yang sudah Kayra tunjukkan dan berjalan mengikuti Kayra sambil membawa tas gitarnya.
"Ma, Pa, ini Raka teman Kay yang mau latihan sama Kay," Kayra memperkenalkan cowok di sampingnya itu dan orangtuanya menyambut dengan senyuman ramah. Begitu juga dengan Raka yang kemudian mencium punggung tangan orangtua Kayra. Raka sungguh sopan tidak terduga dari penampilannya.
"Raka, Tante, Om," ucap Raka ramah.
"Oh iya! Suruh temanmu ke taman belakang aja nanti Mama anterin makanannya ke sana," ucap Maria.
Sesampainya di taman belakang mereka berdua duduk di gazebo mini dekat kolam renang.
"Mau minum apa Ka?" tanya Kayra pada Raka yang sedang sibuk mencoba gitarnya.
"Terserah deh," ucapnya singkat.
"Yaudah tunggu sini biar aku juga ambil gitarku."
Kayra pun beranjak menuju ke kamarnya.
Tak lama kemudian Kayra datang dengan membawa dua orange juice dan sebuah tas gitar di punggungnya.
Kayra meletakkan gelas itu ke meja di samping Raka. Dan tak lama kemudian seorang pembantu menyuguhkan beberapa camilan ke meja gazebo.
"Gimana kalau kita nyanyi lagu ini aja Kay? Bisa 'kan?" ucap Raka sambil mengarahkan ponselnya ke Kayra. Kayra berpikir sebentar dan akhirnya menyetujuinya.
Raka mulai memainkan gitarnya dengan lihai. Begitupun Kayra, ia juga menyamakan chord gitarnya.
Kayra ingin penampilannya nanti malam akan memukau dan berharap mendapat komentar positif dari mereka. Sekitar satu jam-an mereka sudah latihan dan sepertinya semua sudah siap.
Terlepas dari itu, Kayra masih bingung dengan perkataan cowok di sebelahnya ini waktu itu. Sampai sekarang hal itu masih mengganjal di pikirannya.
"Emm... Ka! Kamu benci banget ya, sama mereka?" tanya Kayra karena penasaran.
Raka hampir tersedak minumannya ketika Kayra menanyakan hal itu.
"Oh itu... iya!" jawabnya singkat dan percaya diri. Kayra hanya bisa membentuk bibirnya 'O'.
"Emm... yang kemarin itu emang bener kamu suka sama salah satu kakak komdis? Yang mana? Haha... cuma tanya aja kok Ka! Nggak usah dijawab," ujar Kayra sambil terkekeh geli melihat Raka salah tingkah.
"Ssttt diem!" geram Raka karena Kayra sedari tadi tidak berhenti menertawainya. Ia membungkam sebentar mulut Kayra dengan telapak tangannya lalu melepaskannya. Kayra menghentikan tawanya dan menatap Raka dengan serius.
"Eh, Ka! Em... kamu... kamu berniat ikut akselerasi di sekolah kita nggak?" tanya Kayra dan seketika Raka meletakkan gitarnya dan mengarahkan pandangannya pada perempuan itu dengan heran.
"Emang kenapa?" tanya Raka. "Kamu mau jadi anak aksel juga?" lanjutnya.
"Kayaknya sih iya. Kalau memang tesnya masuk sih, syukur lah," ucap Kayra dan dibalas hanya dengan senyuman tipis oleh Raka.
"Pasti masuk Kay! Percaya deh. Aku juga mau jadi anak aksel biar nggak lama-lama di SMA hehe..." tegas Raka diselingi senyuman yang membuat Kayra terdiam.
"Yakin banget kamu! Katanya sih tesnya susah banget dan nggak sembarangan anak bisa jadi anak aksel," ucap Kayra agak pesimis.
"Tenang aja Kay! Yakin sama kemampuanmu, kalau kamu berambisi dengan sungguh-sungguh aku yakin. Kalau kamu nggak pintar nggak mungkin kan kamu masuk ke Rodriguez High School?" ucap Raka mencoba meyakinkan.
Entah sejak kapan Kayra dan Raka memanggil satu sama lain dengan sebutan aku-kamu. Sungguh menarik. Raka juga ternyata sangat baik, tidak seperti apa yang ada di pikiran Kayra sebelumnya.
"Em... Kay!" tanya Raka pelan.
"Apa?" jawabnya singkat.
"Kayaknya lebih enakkan kita manggilnya elo-gue deh, biar nggak terlalu canggung gitu," ujar Raka dan Kayra hanya mengangguk-angguk.
"Lo-gue?" Kayra tersenyum sembari membayangkan. "Em... Oke deh!"
***
Leave vote and comments below! ;) thanks for reading and including this story in your RL guys :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top