PART 1.2 - PENGALAMAN BARU

Pengalaman berkesan adalah ketika dibimbing menjadi yang lebih baik. Entah dari mana dan dari siapa.
###

SEMUA muba menghadap ke depan sesuai perintah salah satu komdis.

"Besok harus sudah benar, jika besok tetap seperti ini, akan kami suruh semua muba yang ada di sini lari mengelilingi lapangan basket 10 kali, MENGERTI?! Kalian harus kompak jangan individu!" bentakan itu membuat seisi ruangan makin tegang.

"Besok jangan ada yang terlambat! MENGERTI?!" ucap cowok tadi yang membentak Kayra di depan gerbang. Sekilas melirik ke arah Kayra seolah memperingatkan dengan tegas.

"JAWAB! MENGERTI?!" ketujuh komdis membentak bersamaan.

"Mengerti Kak," jawab semua muba Archimedes kemudian.

Setelahnya mereka bertujuh berjalan ke arah pintu, tetap dengan gaya arogan. Kayra hanya bisa mendengus lega. Sama seperti yang lainnya.

Tidak berapa lama setelah ketujuh komdis tadi keluar, semua muba duduk dan melanjutkan aktivitas mencatat.

Cklek

Seketika semua muba terlihat was-was mendengar suara gagang pintu.

Dan ternyata dua anggota OSIS tadi, Dika dan Farrel.

"Gimana tadi, seru?" tanya Farrel. Keduanya tersenyum nista seolah sudah mengetahui apa yang terjadi.

"Kakak! Kok gitu sih kakak komdisnya?" celetuk seorang siswa perempuan di depan Kayra.

"Itu tadi komdis, jaga sikap kalian jika bertemu dengan mereka. Oh ya, jangan lupa perlengkapan yang sudah kutulis di papan ini besok harus dibawa. Kalau lupa satu saja atau ada yang tidak sesuai, semua muba Archimedes akan dihukum seperti perintah kak komdis tadi," jelas Dika dengan tegas dan menampilkan sedikit senyuman.

"Oh ya, di hari pertama kalian MOS atau MPLS 'Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah' ini sepertinya semua guru tidak akan ikut campur. Semua hal yang diperlukan juga sudah disiapkan oleh kita kakak OSIS dan komdis. Jadi jangan heran kalau para guru sangat sibuk di ruangannya karena mereka juga mengurusi data kelas sebelas dan dua belas. Jadi dimohon mengerti, masa orientasi ini hanya 4 hari," jelas Farrel panjang lebar sambil tersenyum miris. Ia seolah-olah membatin, ini belum seberapa, tunggu saja kejutan yang lain.

Kayra hanya bisa menghela napas pasrah.

Ia pun melanjutkan mencatat. Hingga saat jam tangannya menunjukkan pukul 10:00, kedua anggota OSIS tadimenginformasikan pada muba Archimedes kalau semua murid baru diperintahkan menuju lapangan basket saat itu juga. Mereka pun langsung bangkit dan berbondong-bondong menuju lokasi lapangan yang cukup jauh tadi.

Sekolah ini sangat luas, ruang kelasnya saja bertingkat tiga. Dan kira-kira dua kali lipat dibandingkan dengan ruang kelas Kayra sewaktu SMP dulu.

Sekolah itu begitu megah dan tentunya rata-rata siswa di sana pintar serta berasal dari keluarga yang berada. Karena sebelum menjadi siswa di sana haruslah melewati tes terlebih dahulu. Tidak heran sekolah itu terbilang sekolah favorit dan tersulit dimasuki di kalangan masyarakat sekitar.

Cewek itu berjalan menuju lapangan bersama Bella di sampingnya. Di perjalanan menuju lapangan ia hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala ketika memandang kakak kelas yang terlihat serius belajar dari salah satu pintu ruang kelas yang terbuka.

Hampir semua senior di sana berada di kelas. Namun ada juga yang masih berada di luar untuk menyaksikan para muba. Tidak sedikit yang malah menertawakan muba.

"Cepat sedikit Dek! Nanti kalau kakak komdisnya ke sini gimana?" teriak salah satu anggota OSIS ke semua muba dari belakang.

Sesampainya muba Archimedes di lapangan, sudah terlihat enam kelompok berbaris rapi.

Einstein, Kirchoff, Coulomb, Newton, Pascal, Lorentz, dan yang paling ujung Archimedes. Setiap kelompok terdiri dari sekitar dua puluhan siswa.

Tidak lupa juga dengan semua anggota OSIS yang berjaga. Mereka semua berada di depan barisan muba. Menghadap semua muba.

Di tengah lapangan terdapat sebuah podium kecil yang tentunya digunakan oleh pembina upacara dalam setiap upacara bendera.

Kayra berada di barisan paling depan bersama Bella. Semua kelompok sudah berjajar rapi dan tertib. Tidak lama kemudian seorang pria datang lalu naik ke podium tersebut.

"Siang semua!" sapa pria itu pada semua muba. Terdengar keras dengan mic di hadapannya.

"Siaaaang!" jawab mereka beserta OSIS secara bersamaan.

"Perkenalkan nama Bapak Warnoto, kalian bisa memanggil saya dengan sebutan Pak War. Saya kepala Rodriguez High School. Di sini langsung saja saya sampaikan hal penting kepada kalian semua terutama murid baru. Saya ucapkan selamat kepada kalian semua yang sudah diterima di sini. Dengan kata lain, kalian sudah berhasil mengalahkan ratusan murid lain yang juga ingin bersekolah di sini," jelasnya tegas. Setelahnya, tepuk tangan meriah dari semua muba dan anggota OSIS terdengar.

"Langsung saja saya akan menyampaikan hal penting pada kalian semua. Pertama, maaf sekali dalam empat hari mulai dari sekarang, tidak akan ada guru yang ikut campur dalam masa orientasi ini. Semua sudah diserahkan kepada komdis dan anggota OSIS. Namun kita juga tidak mengabaikan kalian semua, hanya saja para guru tengah menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan di tahun ajaran baru ini," ujarnya sebelum melanjutkan.

"Yang kedua, saya selaku kepala sekolah di sini sudah memberi amanah dan wewenang pada semua anggota komdis maupun OSIS untuk melatih kalian agar kalian semua menjadi pribadi yang mandiri, tidak cengeng dan bertanggung jawab dalam segala hal. Jadi jangan pernah kalian bersikap kurang ajar pada kakak kelas," tegas Pak Warnoto sekali lagi.

Setelah sekitar setengah jam pria itu berbicara, semua muba mulai tidak tertib. Apalagi kalau bukan faktor cuaca.

Hari ini cuaca memang sangat panas. Sedikit muba yang menggerakkan tangannya sebagai kipas serta berjongkok. Pak War pun mengakhiri pidatonya dan meninggalkan tempat.

Saat ini di lapangan hanya ada tujuh kelompok dan anggota OSIS yang berjaga. Belum ada perintah untuk meninggalkan lapangan, namun para muba malah semakin membuat kegaduhan.

Di tengah gaduhnya suasana, tiba-tiba terdengar suara menggema yang begitu keras, ternyata para komdis. Mereka melewati lorong sekolah yang berujung hingga ke depan lapangan basket.

Semua muba tiba-tiba diam, ketujuh komdis berdiri sejajar di tengah lapangan. Tidak lupa wajah seram nan arogan yang selalu mereka perlihatkan. Seperti tadi, anggota OSIS tiba-tiba sudah menghilang saja dari tempatnya.

"SIAPA YANG MENYURUH KALIAN UNTUK DUDUK-DUDUK?! JANGAN BERTEDUH! KALAU KALIAN TETAP TIDAK TERTIB KITA NGGAK AKAN NGEBIARIN KALIAN PULANG!" bentak salah satu komdis yang Kayra sendiri belum pernah melihatnya berucap marah dan galak seperti saat ini.

Komdis yang saat ini membentak jika dilihat-lihat wajahnya cukup tampan. Malah lebih dari kata cukup. Sangat tampan untuk ukuran remaja SMA.

Lagi-lagi Kayra tidak dapat mengetahui siapa nama komdis itu, badge name masih terlakban.

Komdis yang sama ini membentak semua muba lalu berjalan dari ujung kanan ke kiri sambil mengamati setiap muba.

Tiba waktu di ujung paling kiri tepat di hadapan Kayra. Cewek itu sendiri serasa sulit menelan ludahnya.

"Jangan nunduk!" ucap komdis di depannya saat ini, bukan dengan bentakan, namun lebih lembut. Tapi tetap saja masih terdengar datar dan mengerikan.

Kayra pun mau tidak mau menatap komdis di hadapannya. Ia menatap komdis itu dengan agak heran, bagaimana tidak? Wajah setampan ini mau-maunya menjadi seorang komdis yang selalu marah-marah begitu. Membuang-buang tenaga saja. Tepatnya ia sangat cocok jika menjadi seorang anak band, pasti semua cewek takluk olehnya, dari pada marah-marah seperti ini. Jelas pasti seperti itu yang ada di pikiran kebanyakan muba, terutama perempuan.

Kayra menggeleng pelan, pikirannya mulai ngawur.

Sedangkan komdis itu berlalu dari hadapan Kayra menuju barisan komdis yang lain.

"KENAPA DIAM? UDAH CAPEK? RAME AJA LAGI! NGGAK APA-APA, YANG RUGI KALIAN BUKAN KITA YANG DI SINI!" bentak salah satu di antara mereka.

Kali ini, yang membentak adalah komdis perempuan yang tadi memarahi salah satu murid baru di Archimedes. Kelihatannya ia lebih banyak bicara dari pada komdis perempuan yang satu lagi.

"KENAPA? PANAS? CAPEK? SAMA! KITA DI SINI JUGA NGERASAIN KAYAK GITU! TAPI KALIAN, APA!? HAH!?" bentak komdis yang mungkin adalah pemimpinnya. Karena hanya dia yang berbeda kali ini. Tadi pagi mereka semua mengenakan almamater, tapi sekarang hanya dia yang mengenakannya. Sedangkan yang lain mengenakan kemeja sesiku dengan kardigan, sama seperti yang dikenakan muba.

"KENAPA DIAM? JAWAB!" lanjutnya lagi dan kali ini intonasi suaranya sangat keras seolah-olah mengancam tanpa ampun. Bisa dibayangkan tidak ada yang berani protes maupun berkutik sedikit pun karena saking takutnya.

"JAWAB! KALIAN NGGAK DENGAR?!" bentak komdis perempuan tadi. Seperti biasa, ketika salah satu komdis berbicara, ralat, membentak tepatnya yang lainnya memandang dengan angkuh dan tatapan yang begitu tajam.

"Maaf Kak!" ucap semua muba secara bersamaan tetapi tidak terlalu keras.

"APA? KITA NGGAK DENGAR. ULANGI!" bentak komdis tampan yang tadi sempat menatap dan berdiri di depan Kayra.

"Hah! Ulangi? nih komdis emang bener-bener ya? Dasar!" gerutu muba di samping Kayra.

Setelahnya, "MAAF KAK!" semua muba mengulangi kalimatnya, kali ini dengan begitu keras. Namun tidak seperti perkiraan, mereka malah disuruh mengulanginya beberapa kali dan alasannya sama;

'Kita nggak dengar!'

Sungguh kejam komdis ini.

Setelah dirasa cukup, para komdis diam. Nampaknya hal itu membuat semua muba bisa bernapas lega.

Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang, menambah beban bagi semua murid baru tentunya. Namun tak lama kemudian komdis kembali menatap semua muba setelah beberapa saat terlihat sedahg mendiskusikan sesuatu. Tidak sedikit muba yang pingsan dan dengan sigap anggota PMR menandu menuju UKS.

"Oh ya, kalian 'kan belum tahu apa saja yang ada di sekolah ini. Jadi kita dengan senang hati akan mempersilakan kalian untuk mengamatinya," suara lembut tiba-tiba terlontar dari komdis yang seperti pemimpin. Batin Kayra sangat lega, mungkin itu juga yang dirasakan semua muba saat ini.

Ternyata mereka nggak terlalu jahat juga, ucap Kayra dalam hati.

"DALAM WAKTU LIMA BELAS MENIT KALIAN HARUS SUDAH SAMPAI DISINI LAGI KALAU TIDAK... " komdis itu menggantung perkataannya.

Lagi-lagi para komdis ini memberi kejutan sedangkan semua muba terlihat menatap tak percaya dan beberapa membulatkan mata.

"SATU... DUA... TIGA... " lanjutnya, lagi-lagi dengan suara keras yang membuat semua muba berhamburan lari ke arah lain untuk mengitari seluruh sekolah sesuai perintah.

"Yaampun... Nih kakak komdis emang bener-bener kejam ya. Lima belas menit?" keluh Bella pada Kayra sambil menunjukkan lima jarinya ketika berbicara.

"Yaudah terima aja kali, kamu masih enak. Kay dari pagi udah sarapan kata-kata sadis Kak komdis," ungkap Kayra seraya mempercepat langkah.

"Haah iya Kay, coba bayangin aja nih sekolah gede banget mana mungkin kita bisa sampai dalam waktu lima belas menit?" protes Bella lagi.

"NGGAK USAH BICARA! CEPAT! KALAU NGGAK, AKAN KITA TAMBAH LAGI!" teriak salah satu komdis dari belakang yang entah siapa namanya.

Kayra dan Bella berlari mengikuti kerumunan muba di depan mereka yang juga se-Archimedes.

Ketika mereka semua tiba di depan beberapa ruang kelas, terlihat semua kakak kelas menonton mereka dengan tawanya yang seolah-olah menindas tidak langsung.

"Semangat Adek-adek! Nanti dimarahin kakak komdis lagi loh..." kata salah satu senior di sana ketika Kayra dan teman-temannya melewati salah satu ruangan kelas entah kelas berapa itu. Kayra mencoba acuh dan segera berlari cepat.

Sudah lebih dari lima belas menit, semua kelompok bahkan belum ada satu pun yang sampai ke lapangan. Saat ini saja Archimedes hanya sampai di depan kantin, itu juga semua muba lari terbirit-birit menuju arah lapangan lagi.

"Haduh Kay gue udah nggak kuat buat lari lagi," keluh Bella yang tiba-tiba berhenti, itu membuat Kayra ikut berhenti.

"Hmm, tapi betah-betahin aja. Kalau nggak, kita nggak bakalan sampai dan yang pasti kita bakal dimarahin habis-habisan sama mereka," Kayra membujuk Bella dan akhirnya mereka melanjutkan walaupun mereka berada paling belakang dari Archimedes.

"Akhirnya kita sampai juga Kay, tapi pasti habis ini tuh komdis bakal marah-marah seenak jidatnya sendiri kayaknya."

Mereka berbaris menuju tempat semula. Dan seperti apa yang dikatakan Bella, sesampainya semua di sana komdis hanya diam dan menghadap ke arah semua muba. Perasaan Kayra dan Bella menjadi tidak enak, mungkin semua muba juga begitu.

Semua muba sepertinya sangat lelah dan sampai-sampai ada beberapa dari mereka yang pingsan. Sedangkan yang lainnya terlihat menarik napas dengan panjang. Namun tidak untuk Kayra, ia santai-santai saja karena berlari adalah hobinya, walaupun ia akui lari tadi juga sangat menyiksa.

Setelah dirasa cukup semua muba kembali tertib dan menunduk. Apalagi kalau bukan karena mereka sudah tahu bahwa komdis akan marah-marah karena waktu yang diperlukan lebih dari lima belas menit.

"KENAPA LAMA BANGET? KALIAN TIDUR DI JALAN? KITA NYURUH KALIAN BUAT NGITARI SEKOLAH INI SELAMA LIMA BELAS MENIT! TERUS SEKARANG UDAH BERAPA MENIT? HAMPIR SETENGAH JAM!" bentak komdis yang terlihat seperti ketua.

***

If you like this story give vote and comments okay? ;)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top