PART 1.1 - HARI PERTAMA SEKOLAH

Bukan kata-kata penyesalan yang pertama kalinya terucap ketika sudah memasuki dunia putih abu-abu.

###

"KAYRA! Bangun! Udah pagi!" teriak wanita paruh baya di balik pintu sebuah kamar. Sedari tadi ia mengetuk pintu tersebut namun tidak ada sahutan dari dalam.

Tubuh itu menggeliat kala indera pendengarannya mulai berfungsi dan dapat mendengar suara siapa itu.

"Iya, Ma!" sahutnya, cewek cantik di balik selimut bergambar Angry Bird dan piyama bergambar Monokurobo itu membuka matanya.

"Kayra!" Wanita itu kembali memanggil.

Merasa sangat terganggu dengan suara di luar yang tak kunjung tenang, akhirnya Kayra, cewek itu menuruni ranjang walau dengan langkah gontai.

"Lama banget sih kamu bukanya? Kamu lupa sekarang hari pertama kamu sekolah?!" celoteh sang ibu sambil menjewer telinga kanan Kayra setelah pintu terbuka.

Kayra hanya meringis kesakitan. "Aw, sakit Ma.... Iya, iya, nih Kay mau mandi, Mamaku sayaaang," ucap Kayra manja lalu mengecup singkat pipi wanita itu. Sedangkan wanita itu menggeram gemas melihat tingkah anak gadisnya itu.

"Kalau udah, cepat turun, papa udah nunggu di meja makan." Wanita itu menghela napas.

"Oke!"

Kayra langsung menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar tersebut.

Sekitar sepuluh menit, Kayra keluar dari kamar mandi dan dengan cekatan ia mengenakan seragam. Ia juga mengenakan atribut-atribut yang diperlukan saat MOS.

Id Card bertali pink persegi panjang sudah menggantung di leher. Dengan nama yang tertulis dengan terbalik.

'AMATIDA AYSARYAK'.

Pita berwarna pink di kedua kepangan rambut sudah terpasang. Lalu kaus kaki berbeda warna sudah ia kenakan. Serta sepatu hitam Nike melengkapi penampilannya.

Tidak seperti sekolah SMA pada umumnya, seragam abu-abu putih di hari Senin. Kayra mengenakan rok selutut berwarna krem kecoklatan dan kemeja putih sesiku yang dilengkapi rompi senada.

Seragam yang ia kenakan terlihat begitu feminin di tubuh rampingnya. Sekolahnya sendiri terbilang elit dari SMA pada umumnya. Mungkin perbedaan seragam itu sebagai penanda dan juga identitas sekolah tersebut yang diharapkan mencolok.

Kayra tidak pernah membayangkan akan mengenakan seragam kebanggaan siswa SMA tersebut, dan sekarang itu nyata.

Hah, sungguh menyenangkan. Pikirnya.

Ditambah dengan sedikit polesan bedak yang tidak berlebihan di wajah, membuatnya terlihat begitu natural.

Setelahnya ia keluar dari kamar dengan tergesa-gesa.

"Pagi Ma, Pa," sapa Kayra saat menuruni tangga.

"Pagi, Sayang," sahut keduanya.

"Makan dulu, Nak!" Wanita tadi berdiri lalu menyodorkan segelas susu hangat ketika ia sudah berada di hadapan mereka.

"Nggak usah Ma, udah telat nih." Kayra menengok jam tangan hitam yang melekat di pergelangan tangan kiri.

"Kayra...." sang ayah memandang anak gadisnya tersebut. Kayra memasang wajah tulus.

"Maaf Pa, nggak bisa. Lagian kasihan, Pak Mamat udah nunggu Kay di depan," tambahnya lagi sembari menengok pada pria yang dimaksud. Yang tengah berdiri di depan pintu masuk.

"Habiskan ini dulu," kata wanita itu dan diangguki oleh sang suami.

Dengan berat hati, akhirnya Kayra menenggak susu tersebut hingga tandas.

"Kay berangkat dulu ya Ma, Pa." Kayra memberikan gelas pada sang ibu lalu mencium tangan kedua orang tuanya dan berjalan keluar.

"Ayo Pak! udah telat nih Kay. Agak sedikit ngebut ya Pak," ucapnya sambil membuka pintu mobil SUV putih yang saat ini ia tumpangi.

Dengar-dengar mobil itu adalah pemberian sang ayah untuknya sebagai hadiah atas keberhasilannya mendapat nilai yang memuaskan di ujian nasional kemarin.

Agak berlebihan memang. Kayra tahu bahwa umurnya sekarang tidaklah pantas mengendarai mobil. Ia masih berumur enam belas tahun kurang sekarang, jadi karena itulah ia meminta sopir yang mengantar ke sekolah.

Setibanya di depan sekolah, mobilnya berhenti dan ia dengan cepat mengenakan tas punggung abu-abunya.

Di sana yang terlihat hanyalah kakak senior yang mengenakan jas. Mungkin almamater sekolahnya ini.

Ia tahu bahwa semua murid baru pastilah sedang melakukan kegiatan MOS saat ini. Dan apa boleh buat ia juga harus menerima konsekuensinya karena terlambat datang ke sekolah, ditambah lagi ia adalah murid baru.

Di sana ada tujuh kakak senior yang pastinya mereka semua anggota OSIS. Lima laki- laki dan dua perempuan.

Ia pun mempercepat langkah kakinya. Terlihat mereka semua menyilangkan tangan di depan dada. Perasaan Kayra semakin tidak karuan apalagi saat tidak sengaja menatap satu di antara mereka yang tatapannya sangatlah menakutkan baginya.

"Wow! baru jadi siswa baru aja udah terlambat, gimana udah jadi siswa resmi di sini?!" suara keras yang terdengar seperti sindiran itu berasal dari salah satu dari mereka bertujuh.

Mungkin dia adalah pemimpin di antara mereka. Pikir Kayra.

Cowok yang baru saja meneriakinya itu maju satu langkah ke arahnya, Kayra hanya bisa menunduk karena masih ketakutan dengan perkataan yang dilontarkan kakak itu tadi.

"NGGAK USAH NUNDUK!" bentak cowok di depannya saat ini yang membuatnya mau tidak mau mengarahkan pandangan ke cowok itu.

Enam kakak yang lain menunjukkan raut muka yang sama kejam seolah ingin memangsanya sekarang juga.

"KAY...RA...SYA A...DI...TA...MA," eja kakak di depannya ini saat melihat ID Card yang menggantung di lehernya yang menjuntai ke depan dada. Sontak Kayra semakin gemetar dengan suara kakak di depannya ini.

Kayra tidak bisa mengetahui siapa nama kakak di depannya ini. Karena badge name di seragamnya tertutup oleh lakban hitam, mungkin itu disengaja agar semua murid baru tidak mengetahui identitas mereka. Menyebalkan.

"Nama yang bagus, tapi nggak sesuai dengan apa yang aku lihat sekarang. Kamu tahu jam berapa semua murid baru harus ada disini? Jam setengah delapan! Tapi sekarang jam berapa? JAWAB!" bentaknya lagi. Dan keenam kakak yang lain hanya menatap sinis dan iba, namun ibanya hanya seperti dibuat-buat.

"J- jam delapan, Kak." suara Kayra mengecil saking gemetarnya, seakan-akan ia ingin mengubur hidup-hidup dirinya sekarang juga karena malu dan takut secara bersamaan.

"Udah Kak, biarin dia masuk." salah satu kakak dari keenam tadi melangkah mendekati temannya itu. Hati Kayra serasa lega mendengar ucapan kakak perempuan cantik di depannya saat ini.

Namun dugaannya selalu salah.

"Besok kalau kamu terlambat lagi mending nggak usah ikut MOS, sekalian jangan sekolah." kata-katanya bagaikan petir yang menyambar di siang hari.

Mimpi apa kemarin Kayra? Bisa-bisanya mendapat sambutan yang 'istimewa' ini.

"Mengerti Kak," jawab Kayra dengan agak gemetar.

"Sekarang kamu masuk ke kelompok kamu, SEKARANG!" lagi-lagi kakak cowok tadi ikut membentaknya juga.

Benar-benar hari yang menyebalkan. Pikirnya.

Kayra berlalu meninggalkan mereka dengan sedikit berlari, karena dalam hitungan kesepuluh ia harus sudah berada dalam kelompoknya. Kata kakak yang tadi.

"SATU! DUA! TIGA! ... ... DELAPAN! SEMBILAN! SEPULUH." terdengar sangat keras sekali suara dari belakang Kayra. Memang, ketujuh kakak tadi berucap dengan suara menggelegarnya.

***

Kayra masuk ke dalam satu ruang kelas yang di depan pintunya terdapat kertas yang bertuliskan 'ARCHIMEDES'. Nama kelompok yang sudah dibagikan kepada tiap-tiap 'muba' (murid baru).

Ada sekitar tujuh kelompok di sana dan semua nama kelompok itu menggunakan nama ilmuan dunia.

"Permisi." Kayra mengetuk pintu dan tepat di hadapannya ada seseorang yang terlihat ramah lalu mempersilahkannya untuk masuk. Ditambah lagi dengan senyuman ramahnya. Itulah yang membuatnya lega seketika daripada harus bertemu dengan ketujuh kakak OSIS menyeramkan tadi.

Bagaimanapun juga ia akan selalu bertemu dengan mereka tentunya.

"Silahkan perkenalkan diri kamu, kamu telat 'kan?" perintah kakak di depannya saat ini, ia mengangguk.

Ia sekarang berada di depan muba lainnya yang berjumlah sekitar 25 siswa.

Di dalam ruangan ini, memang ada juga kakak kelas yang tidak lain adalah anggota OSIS. Ada dua kakak OSIS pembimbing di setiap kelompok saat ini.

"Hai! Namaku Kayrasya Aditama," ucap Kayra sopan di depan muba lainnya yang juga diperhatikan oleh dua kakak OSIS itu. Hal itu membuat Kayra semakin nervous.

Perkataannnya terdengar sangat lucu.

"Hai Kayra!" serentak semua muba menyapanya. Semua menyapa dengan ramah seperti anak kecil yang baru saja memiliki teman baru.

Kayra pun duduk setelah dipersilahkan oleh Dika, salah satu kakak itu, ia mengetahui nama kakak itu dari badge name yang melekat di kemejanya.

Di badge tersebut tertera 'Andhika Wiratama'.

Di kursi bagian agak belakang, di sana ada seorang gadis yang duduk sendirian, Kayra pun menghampirinya.

"Hai! Aku Kayra, kamu siapa?" Kayra menyodorkan tangan kanannya ke arah gadis itu, dan dibalas dengan uluran tangan juga.

Sengaja Kayra menggunakan bahasa aku-kamu agar lebih sopan di hadapan teman dan kakak kelasnya saat ini. Karena memang ia terbiasa memakai bahasa aku-kamu itu.

"Gue Bella." sambil berjabat tangan kemudian Kayra duduk di sebelahnya.

Suasana ruangan pada saat ini hening, entah kenapa dua kakak OSIS di ruangan tersebut hanya diam menatap semua murid baru yang berada di ruangan itu.

Sedangkan semuanya tengah sibuk mencatat hal-hal yang akan dibawa esok hari yang sudah terpampang di papan tulis depan.

Kayra pun mengeluarkan buku tulisnya dan juga sebuah bulpen dari tas punggungnya. Belum sempat menggoreskan tinta itu ke atas kertas, suara pintu didobrak dengan keras membuat semua mata tertuju ke arah pintu.

"CEPAT! BERDIRI SEMUA!" ketujuh kakak OSIS yang menghadang Kayra di depan gerbang tadi sekarang ada dalam ruangan itu. Semua muba berdiri dan mereka terlihat ketakutan karena wajah kakak-kakak itu sangat menyeramkan ketika memasuki ruangan.

Ditambah lagi suara yang membuat seisi ruangan bergidik ngeri.

Ketujuh kakak itu sekarang berjajar dan menghadap ke arah semua muba di ruangan itu.

Kayra serasa terjerumus dalam lembah kesialan bersama dengan yang lainnya untuk saat ini.

"SEMUA BERDIRI! NGGAK USAH NUNDUK! NGGAK USAH NGGEROMBOL! NGGAK USAH SENYUM! HADAP KE DEPAN! CEPAT!" bentak semua kakak OSIS di depan secara bersamaan dan membuat suasana kelas menjadi menegangkan. Tentu semua muba menuruti perintah mereka.

"PERIKSA KERAPIAN DAN PASTIKAN SEMUA ATRIBUT LENGKAP!" perintah salah satu OSIS kepada yang lainnya dan perintah itu segera dilakukan keenam anggota lainnya. Kedua kakak OSIS yang tadi berada di dalam ruangan entah kenapa tidak ada. Mungkin diperintahkan keluar oleh kakak-kakak kejam ini.

"Eh, mereka itu komdis ya?" tanya murid perempuan di samping Kayra pada teman sebelahnya dengan berbisik.

Kayra melirik gadis yang ditanya itu, dan ia bisa melihat anggukannya. "Komisi Disiplin. Jabatannya lebih tinggi dari OSIS yang lain. Tugasnya ya gini ini. OSIS yang paling galak di sekolah ini. Kata kakak kelas yang lain sih gitu." ia balas berbisik.

Oh ternyata mereka semua komdis, pantesan. Kayra membatin.

Sekilas memang ia pernah mendengar tentang kakak yang menjabat sebagai komdis.

Ketujuh komdis mulai berjalan mengitari barisan muba dan mulai memeriksa satu persatu atribut dan kerapian mereka.

Lalu salah satu kakak komdis perempuan melihat Id Card yang kurang sesuai dari salah satu muba. "Kenapa ini nggak sesuai?" tanyanya datar.

Semua siswa langsung menengok ke arah muba cowok yang dibentak itu.

"Nggak usah lihat! Hadap ke depan!" perintah kakak yang lainnya ke semua murid baru yang menoleh.

***

If you like this story give vote and comments okay?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top