Chappu 十二 [Niwa]
Ia tengah berdiri tegak sembari menyilangkan tangan di depan dada bidangnya. Orang yang setengah kekar daripada Olomos dengan ekor mata tajam dan pakaian hijau-hijau aneh. Seperti Green Goblin musuhnya Spiderman. Bedanya sosok ini tidak memakai helm mengerikan yang selalu tersenyum itu. Orang ini juga mengenakan jubah berwarna hitam dengan corak hijau yang menutupi sebagian tubuh, kira-kira di bawah lutut. Mata violetnya menelisik ke dalam pandangan Rokusaki. Sedangkan tatapan Rokusaki sendiri naik-turun, meneliti dari atas ke bawah, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Bagaikan melihat sesuatu yang ajaib.
Untung saja di halaman rumah tidak sedang ramai. Mungkin karena sudah pukul delapan pagi, sehingga orang-orang sudah banyak yang berangkat kerja serta anak-anak yang pergi bersekolah. Kalau sampai terlihat banyak orang, bisa heboh--atau setidaknya mencuri perhatian.
"Jadi, kau ini apa?"
Pertanyaan Antroma tak kunjung dijawab oleh sosok itu. Apa jangan-jangan dia tokoh yang bisu, ya? Begitulah yang Antroma katakan dalam benaknya. Bisa jadi sosok tersebut akan jauh lebih menyebalkan ketimbang dirinya. Ini saingan yang lumayan berbobot.
"Tanya saja ke orang itu," tukasnya sambil menunjuk Rokusaki.
Bisa bicara!
"Pengendali alam. Penjaga Arghon selain Antroma." Lalu Rokusaki mengajaknya masuk ke dalam rumah. Ia kemudian menanyakan, "Bagaimana kau bisa keluar dan mendarat di depan rumah?"
Sang pengendali alam meng-hm-kan. Rasa-rasanya ia juga tidak tahu kenapa.
"Rokusaki tidak memberitahu kami kalau dia menciptakan tokoh baru," celetuk Olomos. Menurutnya semua ciptaan berhak diberitahu soal ini. Jangan tiba-tiba sudah muncul begitu saja. Ah, dasar kreator berandal!
"Maaf, itu pun aku buat karena terpikir secara tiba-tiba. Tidak keburu kukasih tahu ke kalian." Rokusaki berargumen.
"Namamu?"
"Archruid."
"Tukang sihir?"
"Seorang druid dari hutan yang terletak di bagian khatulistiwa Planet Arghon."
Kemudian Archruid mengatakan bahwa dirinya merupakan seorang penyihir berkekuatan alam dan dapat mengendalikan alam terutama jika itu di daerah kekuasaannya, yaitu Arghon.
"Wow, jadi kau tukang sihir? Bagaimana caranya? Apakah dengan sebuah tongkat sihir aneh?" tanya Antroma sedikit mengejek.
Telapak tangan kanan Archruid lalu menengadah. Cahaya kuning seketika berpendar, menutupi seluruh bagian tangannya itu. Dari cahaya tersebut, muncul sebuah buku besar dan sangat tebal berwarna kombinasi hijau dan putih. Buku itu langsung terbuka saat tangan Archruid yang satunya menodong ke depan. Dari sisi kanan dan kiri buku, keluar sebuah lingkaran hijau bertuliskan huruf-huruf asing yang kemudian menyelimuti bagian atas buku tersebut.
Mulut Archruid bergumam tanpa henti. Matanya masih menatap tajam ke arah dua sosok menyebalkan. Dia sedang merapalkan sebuah mantra.
"Me forca të mëdha natyrore. Me bekimin e të Plotfuqishmit. tregoni aftësitë tuaja, o natyrë!"
Seketika angin bertiup kencang. Burung-burung dalam sangkar bercicit ketakutan. Dua orang yang berada di hadapan Archruid terangkat tanpa sadar. Tubuh mereka terbang terbawa angin. Olomos berteriak meminta diturunkan, juga dengan Antroma yang terlihat sangat kesal karena diperlakukan kurang baik.
"Baiklah," ucap Archruid santai. Ia kemudian menurunkan perlahan Olomos dan juga Antroma yang sudah semakin uring-uringan di udara. "Sekarang kalian percaya akan kekuatanku, kan?" tanyanya kemudian.
Rokusaki yang melihat mereka bertiga bertengkar hanya diam tak bersuara. Ini bukan kesalahannya menggambar makhluk baru sebagai tokoh sampingan di komiknya. Justru dia membuat nuansa yang berbeda di sana.
"Sebaiknya kita masuk ke dalam rumah," suruh Rokusaki cemas kalau-kalau ada orang yang melihat mereka mengeluarkan kekuatan super. Urusannya bisa jauh lebih rumit.
Di ruang tengah, Olomos menyalakan televisi tanpa sungkan. Ada ibunda Rokusaki yang sedang terlelap di sofa seberang. Meja dihiasi botol sake dan gelas kaca. Sebagaimana biasa, sang ibu pulang jam satu dini hari dengan keadaan mabuk berat. Sesampainya di rumah pun ia masih sempat meminum dua botol hingga habis tak bersisa.
Sampai kapan Ibu terus seperti ini?
"Kenapa kau terpikir untuk membuat orang baru di cerita kami?" tanya Antroma yang duduk di sisi Rokusaki.
"Bukankah sudah kubilang, ini adalah hal yang menarik. Ceritaku pasti akan lebih panjang dan laku di pasaran," jawabnya. "Tapi, tak kusangka Archruid juga ikut keluar dari komikku."
Yang disinggung malah tidak mau angkat bicara. Mungkin Rokusaki memang menciptakannya dengan memilki sifat pendiam nan kalem. Archruid sedari tadi hanya melihat-lihat sekeliling ruangan yang temboknya dicat abu-abu itu. Di dunianya sudah pasti tidak ada rumah sedemikian rupa. Karena ia hidup di tengah-tengah hutan belantara yang hampir tidak ada sama sekali manusia kecuali dirinya itu.
"Apakah kau seorang penyihir kuno yang hidup di gua atau gubuk reot?" Olomos bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi.
"Aku memiliki laboratorium di tengah hutan. Laboratorium itu kugunakan sebagai sarana eksperimen kekuatan alamku," jelas Archruid apa adanya.
Antroma tercengang. Rupanya ia cukup tertarik pada orang baru itu. Olomos hanya menganggut paham. Di sebelahnya, tanpa disadari oleh mereka Rokusaki tersenyum bangga. Dirinya telah sukses membuat hal menakjubkan yang belum pernah orang lain lakukan, dan belum tentu bisa.
"Bagaimana soal lomba itu, Rokusaki?" tanya Olomos pada lelaki itu. Kali ini Olomos benar-benar tukang tanya yang banyak tanya.
"Pendaftaran dibuka tanggal lima belas Agustus, minggu depan. Aku perlu ke Chiba bersama dengan Mizuki-san pagi-pagi sekali."
"Cuaca pasti akan sangat panas."
Memang, musim panas tahun ini sangatlah berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Terik mentari lebih terasa menyengat kulit saat keluar dari rumah. Padahal sudah memakai tabir surya, tetapi ada saja orang yang kulitnya terbakar dan menjadi lebih gelap gara-gara sinar ultraviolet yang dipancarkan sang surya.
"Kau harus membantuku dalam perlombaan," hardik Rokusaki kepada Archruid yang sedari tadi berdiri di balik sofa. Entah mengapa orang itu tidak mau duduk dan memilih berdiam diri di sana.
"Baiklah. Aku akan melakukannya."
***
"Yang perlu kusiapkan adalah riset. Mungkin beberapa minggu ini aku akan berkeliling kota untuk mencari dan menambah wawasan, terutama di Kyoto."
Ruangan yang sudah tidak asing lagi bagi mereka--kecuali Archruid. Saat Rokusaki tengah merencanakan dan mempersiapkan segalanya, Olomos justru menjatuhkan diri di atas ranjang. Pria besar itu terlelap tidur. Melihat itu, Rokusaki geleng-geleng kepala.
"Aku ikut! Tidak mau tahu, pokoknya aku ikut!" Suara Antroma memekik.
"Baiklah. Kau dan Archruid akan ikut. Biarkan Olomos sendirian di rumah," ucap Rokusaki mengingat pria itu sudah sangat betah berada di kediamannya selama ini. Lagi pula, dia juga terlihat akrab dengan ibu Rokusaki.
"Kapan kita akan jalan-jalan?" tanya Antroma.
Rokusaki kemudian menghela napas berat, "Besok. Ingatlah! Ini riset dan bukan jalan-jalan." Meskipun ia sangat membenci dunia luar, tetapi hal ini mau tidak mau harus ia lakukan. Lawannya kali ini adalah kreator-kreator andal, ditambah lagi gadis serbatahu yang saat ini sedang bersama dengan Azai Nagamasa. Dia pasti tidak akan membiarkan Rokusaki mengalahkannya barang sedikitpun. Maka dari itu, wawasan Rokusaki haruslah mencukupi. Kalau memungkinkan ia akan meminta bantuan Hayama dalam hal riset pengetahuan fisika dan teknologi-teknologi mutakhir.
"Sekarang aku akan melanjutkan komikku ini. Lebih cepat lebih baik," pungkas Rokusaki. Ia lalu meraih pensil dan mulai fokus mengerjakan pekerjaan rutinnya. Ia tidak menyangka pekerjaannya akan selesai secepat ini.
Archruid melompat dari atas balkon menuju halaman rumah. Beberapa pejalan kaki melihatnya heran. Pakaian nyentrik, rambut hitam legam yang lurus panjang. Tubuh jangkung serta rahang yang tegas. Sangat khas penyihir. Seorang druid. Dalam benaknya, dunia apakah ini? Mengapa aku bisa sampai di tempat seperti ini?
Ia kembali melanjutkan acara jalan kaki, menyusuri bagian-bagian dari kota Tokyo yang sangat luas. Ia takjub akan kemegahan gedung-gedung dan arsitektur uniknya. Orang-orang masih saja memandang ke arahnya dengan berbagai macam pemikiran.
Di saat ia berjalan di trotoar, tanpa sengaja ia seperti mendapati seseorang melewatinya dengan aura kelam nan dalam bersama seorang lelaki beraura wibawa tinggi. Seketika itu juga Archruid berbalik ke belakang, mengibarkan jubah kebesarannya. Netranya memicing ke dua orang pejalan kaki yang berjalan membelakanginya. Seorang gadis berpakaian serbahitam dan sesosok pria dewasa berbaju kimono dengan sebilah senjata di pinggangnya.
Dua orang itu, apakah orang jahat?
"Aku harus berhati-hati."
- TBC -
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top