When the angel cries behind his mask.
Dibalik topeng senyuman serta pahatan sempurna pada wajahnya, sang malaikat menangis keras tak ada satupun tolehkan kepala guna bantu ia agar tak terjerembab dalam kubangan hitam.
+++
- He said always said, "I'm okay" if someone ask him. Do you know? We must safe him, cause he was fall from the darkness.
❧❧❧
❝diɑ selɑlu mengɑtɑkɑn bɑik-bɑik sɑjɑ. pɑdɑhɑl itu hɑnyɑlɑh topeng belɑkɑ. sebɑb, si embɑrɑ telɑh kehilɑngɑn ɑrɑh hidup hinggɑ terjerembɑb pɑdɑ kubɑngɑn kegelɑpɑn❞
+++
Dalam sendu. Aku termangu. Kulihat senyum indahmu serta pahatan sempurna dari Tuhan, manakala mampu mengelabui setiap entitas bersua dengannya. Cara matamu menatap, seolah-olah dirimu adalah orang paling bahagia. Seolah-olah dirimu telah mengabaikan setiap realita bahwa dirimu tidak lah pernah jumpa bahagia. Dirimu mengabaikan Semesta yang terpingkal-pingkal karena lihat betapa lihainya sang Malaikat gunakan topengnya.
Tersenyum sejemang, aku lantas langkahkan tungkai guna temui eksistensinya. Aku tepuk bahunya perlahan. Ia menoleh sembari sematkan senyum kesempurnaan. Aku kadang berpikir, kenapa ia bisa mendapat semua hampir sempurna. Seandainya semesta berikan sedikit euphoria dalam hidupnya mungkin ia akan tunjukkan eksistensi asli tanpa ragu. Tanpa harus menangis di balik topeng kebahagiaan.
"Hai, Kim." Aku memanggil namanya sembari mengelus bahu pemuda Kim Taehyung. "Kau terlihat lelah, apa kau baik-baik saja?"
"Tentu, Ahn. Aku selalu baik-baik saja."
Well, aku ingin sekali memukul kepala Taehyung lalu melontarkan cacian dan makian karena Taehyung terlalu tolol. Aku sudah tau segalanya, sebab diriku telah lama menjalin persahabatan. Tiga tahun, cukup untuk diriku agar mengenal seorang Kim Taehyung.
Aku berdecih, "Berhenti berkata omong kosong, Kim. Kau kira aku tidak tahu bagaimana sikapmu," ujarku mengacungkan telunjuk pada Taehyung. "Katakan apa yang kau rasakan. Jangan mengatakan baik-baik saja sementara dirimu sebenarnya tersiksa. You're bad liar," aku mengakhiri perkataanku dengan senyum miring.
Lihat! Dia terbungkam.
Hanya sejemang. Sebelum Kim Taehyung berucap,
"Katakan saja kau tak mau dengar aku menelponmu dengan isak tangis memalukan, bukan," ujarnya terkekeh sembari menarikku agar terduduk pada bangku dekat dengan kami.
"Well, mungkin itu juga," kataku sembari terkekeh.
Hening menggelayuti. Kami tak ada membuka suara. Aku lempar pandang ke bumantara—menatap mega-mega senantiasa temani baskara menggelantung sempurna kendati mereka sebentar lagi akan tumpahkan bulir-bulir cairan bening—berlomba-lomba turun pada permukaan datar. Kadang juga mereka bertempias pada rumah-rumah orang—mengakibatkan hawa dingin menyeruak pada indera peraba.
"Ahn." Oh. Dia memanggilku. "Kurasa biarpun aku jujur, itu tak ada gunanya. Sebab, biarpun aku menangis keras dibalik topeng kebahagiaanku, aku rasa tak akan ada yang sekadar tolehkan kepala guna bangkitkan diriku."
Aku menghela napas. "Masih ada aku, Kim." Aku menggenggam tangan kekar Taehyung. "Sekalipun semesta jauhi dirimu. Meskipun jagat raya tak tolehkan kepala. Masih ada aku. Silahkan katakan apa yang ingin kau katakan. Aku akan dengar."
Maka, ditemani rintik hujan, aku dengarkan si malaikat tumpahkan sendu. Terisak-isak sampai menyalahkan takdir. Topengnya telah rusak karena ia sendiri merusaknya. Kini, aku dan Taehyung biarkan rintik hujan basahi surai, dengan diriku yang dengar lantunan melodi menyayat hati. []
---
Lagi gabut, guys^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top