Konversasi singkat Senja dan Malam ( Short lokal-fiction)


Namanya Aljinendra Pratama Senjakala.

Biasa dipanggil Al atau Senja. Orangnya murah senyum, ramah, tampan, meski sedikit jahil. Senyumannya juga teduh, menenangkan, mirip malaikat—dimana membuat hati orang ketar-ketir sehabis lihat s senyum itu. Dia suka hujan, suka bintang, suka semuanya. Dia pernah bilang kalo dia mau mempelajari ilmu astronomis karena dia tertarik sama ilmu itu. Hari itu, tepat pada malam Jum'at saat Hanindra Putri Kemalam duduk pada loteng rumahnya, Senja mendadak menghampiri Cewek berpipi chubby yang sedang duduk diam di loteng sembari menepuk pundak Malam. Cewek itu terkejut dan melayangkan pukulan pada betis Senja—hingga membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

"Selo dikit dong, Nyonya," katanya mendudukkan diri di sebelah Malam. "Gue kan mau duduk disini malah lo pukul."

Cewek itu melirik sinis. "Lagian lo ngagetin, tolol."

Cowok itu hanya cengengesan. Mereka diam sejemang, sebelum Senja berucap, "Entah kenapa, ya? Gue tertarik sama ilmu astronomis. Gue pengen tahu nama-nama bintang, jarak antara mereka, segalanya."

Malam mengangguk dua kali lantas menunjuk bumantara ditaburi gemintang berkelap kelip serta bulan bergelantung ria bersama mereka. "Gue tahu beberapa diantara nama-nama bintang itu." Malam diam sejemang sebelum melanjutkan. "Bintang yang bersinar di bagian utara kalo nggak salah, sih Polaris. Terus, terus, terus ..."

Senja makin penasaran. "Terus?"

"Terus ... gue nggak tau. Gue kan baru kelas tiga SMP, emang gue tau begituan?"

"Yailah. Sama."

Malam berdecak, "Ngapain sih ngomongin bintang? Ngomongin yang lain kek. Males gue."

Senja menopang dagu menggunakan kedua lutut. "Sejujurnya gue nggak punya omongan lain. Gue mau belajar astronomis biar bisa gombalin orang makek cara unik. Kan keren gitu."

Sontak Malam melayangkan pukulan pada surai hitam Senja sembari mendesis, "Taik!"

Senja tertawa kecil. Malam juga tersenyum. Baginya kebahagiaan kecil seperti ini sudah istimewa.

"Gue punya topik!"

"Apaan?"

Senja tersenyum. "Ini berkaitan dengan Senja dan Malam. " Ada interval tercipta sebelum cowok itu melanjutkan. "Lo tau. Kalo Senja itu selalu butuh Malam. Dan Malam juga butuh Senja setiap waktu karena mereka adalah rumah."

Malam melunturkan senyum sembari berucap,"Ja. Jangan ngomong gitu," ujarnya menunduk. "Itu nggak bener."

"Itu bener!" Senja masih tersenyum. "Senja selalu butuh Malam. Malam adalah rumah senja."

"Tapi itu nggak bener!" Malam meninggikan nada suaranya. "Kita nggak bakalan bisa kalo semesta emang nggak menginjinkan, Ja! Semesta!"

Dalam sekon selanjutnya, Senja tersadar kalau itu hanya sebatas angan. Sebab, Senja dan Malam tanpa ada notifikasi dari semesta harus terima kenyataan bahwa mereka adalah saudara. []

+++

Aku isi short lokal-fiction. Maaf kalo garing hehe. Muncul gitu aja nih:v











Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top