dia ada, dia tak ada.


❝semilir ɑngin berembus tiɑp jengkɑl lɑngkɑh menɑwɑn. mengejɑr sɑtu entitɑs mɑnɑkɑlɑ tɑk ɑdɑ percɑyɑ bɑhwɑ itu nyɑtɑ❞

//

"Hey. She's really here. Why you not believe with me? Do you hate me?

//


SENJA dibalut kelabu. Kemilau jingga mulai terbentang di ufuk barat—menandakan bahwa sang senja akan digantikan oleh sang malam. Rinai hujan berlomba-lomba turun ke tanah. Bau petrikor menguap di indera penciuman. Tungkainya dilangkahkan bersama dengan payung memayungi dirinya. Saat ia tengokkan kepala ke kanan, dua entitas atau lebih melirik-liriknya sembari udarakan kata; kalimat—mungkin berkaitan dengan dirinya. Min Yoongi telah dicap sebagai anak gila karena suatu omong kosong. Bukan, bukan. Bukan Yoongi anggap itu omong kosong. Namun, hanya orang lain. Yoongi malah percaya bahwa omong kosong itu adalah nyata.

"Hai, Sihye." Yoongi menyebutkan satu nama manakala telah sampai langkah ke dua puluh satu. "Lama menunggu? Disini hujan, seharusnya kau membawa payung. Bukan malah hujan-hujanan disini," ucap Yoongi diikuti decakan.

Tangan kanan Yoongi memayungi gadis itu. Lalu satu tangan dijejalkan pada saku celana di bagian kiri. Sihye bergeming, Yoongi dibuat kebingungan olehnya. Lantas, dalam sekon selanjutnya, Tangan—semula terjejal pada saku celana dibawa di depan muka gadis itu kemudian dilambaikan.

"Are you okay?"

Hening. Gadis itu masih bergeming—dengan muka bak pualam. Well, sepertinya gadis itu sedang tak baik. Ah, atau mungkin itu bukan dia?

"Kalau ada bertanya seharusnya diberi jawaban!" Yoongi meninggikan volume suara—sembari melempar payung dalam genggaman. "Aku tanya, kau baik-baik saja atau tidak?"

"Aku baik."

Dua patah kata. Singkat, padat, jelas. Acap kali Yoongi berpikir, apakah gadis di depannya ini tak menguasai gramatikal berbahasa manusia sewajarnya? Atau, mungkin Sihye membenci Yoongi?

"Ya! Kau ini! Bisakah untuk menjawabku dengan kata atau kalimat yang tak didatarkan seperti itu, huh? Tidak bosan?" Yoongi mulai emosi.

Gadis itu sontak mengembuskan napas pelan."Memangnya harus bagaimana? Aku memang seperti ini."

"Tapi, tetap saja tidak sopan! Maaf untuk mengatakan ini, tapi—kau kelihatan seperti mayat berjalan yang tak pernah menguasai gramatikal berbahasa manusia yang sesuai," ucap Yoongi sarkas. "You're not like human like me."

"Memang."

Yoongi terdiam. Sihye tersenyum miring. "Memang. Kau saja anggap aku nyata kendati diriku pernah mengatakan kalau aku telah meninggal sejak lima tahun yang lalu. Kau telah dicap sebagai anak gila, tapi, masih saja bertahan denganku." Ada interval tercipta sebelum Sihye melanjutkan dengan kegetiran—dalam setiap untaian kata. "Yoongi, kau memang tidak waras, kau terlalu sibuk dengan dunia sendiri, hingga kau—"

"CUKUP!"

Sihye katupkan bibir. Yoongi dengan napas tersengal lantas mengacak surai hitamnya. "Kau manusia! Aku percaya kau manusia!"

"Tidak, Yoon."

"Jangan berbohong!"

"Aku tidak berbohong! Jika kau memang ingin anggap aku sepertimu ....,"

Yoongi masih menatap marah Sihye sebelum gadis itu lanjutkan kalimat—manakala mampu buat Yoongi tertegun.

"Coba kau akhiri hidupmu. Hiduplah bersamaku. Kau akan aman dan tak akan ada yang memberikan kau dengan seputaran topik ketidak warasan."

---

Lagi. Gab. Ut.







 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top