10 - THE DARK TRUTHS
Dear readers,
Bahasan saya di KOLASE kali ini bisa jadi sangat sensitif, tapi sebelum dibaca, saya mau bilang kalau nggak ada maksud buat menyudutkan atau menyinggung siapa pun. Saya minta maaf kalau misalnya ada yang ngerasa kesinggung. Tujuan saya milih topik ini? Karena saya pikir, this is the right time and I've been waiting long enough to write it, but I just don't know where to start. Kejadian paling anyar bikin saya ngerasa bahwa saya perlu banget nulis ini.
Okay, I'm going to talk about K-pop.
Saya sadar bahwa mungkin aja ada yang nggak terima dengan apa yang akan saya tulis, nuduh saya nggak tahu apa-apa, atau justru sebaliknya. Saya nggak akan tahu sampai post ini dibaca dan dapetin feedback. Saya juga sadar, fans K-pop di Wattpad ini banyaaaak banget, so this opinion will probably be taken with a grain of salt.
Berita tentang kematian Kim Jong-hyun dari SHINee susah buat saya abaikan karena beberapa teman saya di Facebook tanpa henti menuliskan status tentang dia. Saya termasuk orang yang udah pernah ngalamin rasanya ditinggalin orang yang paling saya sayangi, jadi berita tentang kematian-terlebih karena bunuh diri-selalu bikin saya nyesss gitu. It's not pleasant news. To all the fans of Jong-hyun or SHINee, my condolence goes to all of you. Masa-masa jadi fandom saya udah lewat-saya pernah jadi fans garis keras Westlife pas masih remaja dulu. Meski saya nggak tahu rasanya ditinggalin idola, but I can relate to the pain.
Saya nggak pengen bahas soal SHINee atau kematian Jong-hyun, tapi lebih ke industri K-pop itu sendiri. Saya bukan penggemar K-pop, jadi semoga aja pendapat saya ini nggak dianggap sebagai usaha menjelekkan atau anti-K-pop. Saya cuma pengen ngebahas sesuatu yang MUNGKIN aja diabaikan atau masih banyak yang belum tahu.
Saya sempet browsing dan dapet beberapa sumber (1) (2) (3) (4) (5) Lalu, apakah sumber-sumber ini bisa mewakili luasnya dunia K-pop dan apa yang terjadi di dalamnya? Jelas nggak. Apakah sumber-sumber ini bisa dipercaya? Karena ada kesamaan dalam beberapa sumber tersebut, saya ngasih artikel-artikel itu benefit of the doubt. Mungkin yang diberitakan cuma permukaan aja dan perlu 'orang dalem' buat bener-bener tahu apa yang terjadi, tapi saya melandaskan opini kali ini dari 5 artikel yang saya sebut sebelumnya.
K-pop is an industry. K-pop adalah sebuah industri, sama dengan Hollywood, Bollywood, dan industri lainnya. Saya mau balik ke definisi industri itu sendiri sebelum bicara jauh. Menurut KBBI, kata industri berarti:
n. kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya mesin.
Dalam kaitannya dengan industri hiburan, sarana yang dipakai bisa berupa musik atau film, sedangkan peralatannya adalah artis-artis yang berkecimpung di dalamnya, termasuk produser, sutradara, aktris, aktor, penyanyi, pencipta lagu dsb. Seperti industri pada umumnya, orientasinya pastilah uang. K-pop pun nggak jauh beda. Lagipula, industri ini udah cukup dikenal di seluru penjuru dunia hingga bisa disebut sebagai global phenomenon. Berdasarkan salah satu artikel di atas, industri K-pop meraup lebih dari USD 3 billion a year. Berapa rupiah? Kalikan aja dengan kurs rupiah ya? Hahahaha. Di atas kertas, jumlah tersebt keliatannya banyak banget, tapi buat apa aja duit segitu banyaknya? Menurut artikel ini (5):
The cost of training idols is effectively a loan that the future idols have to pay back. The cost of manufacturing a group is huge. Vocal coaches, choreographers, stylists, make-up artists, accommodation, living expenses and staff payments are but a few items on the bill. The money from the success of the idol or group goes to paying off all of the staff 'behind-the-scenes' after what has been proven to have been seven years of hard work in the past (like 2AM's Jokwon from JYP Entertainment). After the company recoups its costs, there is sometimes very little left for the artists.
Jadi biaya buat men-training idol itu sama kayak utang yang para idol ini harus bayar di kemudian hari-kalau mereka udah terkenal. Biaya buat ngebentuk idol juga nggak kecil karena ada stylist, make-up artist, guru vokal, koreografer, akomodasi, biaya hidup, belum lagi biaya buat staf lainnya. Setelah balik modal, uang buat para idol itu sendiri kadang nggak nyisa. So, the performers themselves earn next to nothing. Bisa dibayangkan nggak sih, mereka kerja keras selama bertahun-tahun, lantas mereka dibayar seadanya atau bahkan nggak dibayar sama sekali? Saya nggak tahu apakah ini berlaku bagi grup yang udah punya nama atau cuma grup yang baru muncul, tapi praktek seperti ini kayaknya udah jadi rahasia umum.
Di salah artikel ini (1) bahkan disebutkan 10 hal yang MUNGKIN-saya sebut mungkin karena kebenarannya belum pasti-dilalui para idol buat mencapai ketenaran dan kesuksesan. Saya pengen meng-highlight beberapa poin yang menurut saya cukup bikin syok:
1. Stars Sign 'Slave Contracts' When They're Children
They sign their contracts a good decade before they ever get to enter a studio and sing a single note. They have to spend about ten years training in K-pop "boot camps" before they're allowed to record anything-and it usually starts when they're ten to 13 years old.
Sebelum mereka jadi idol, mereka harus di-training lebih dulu, biasanya pas mereka masih anak-anak. Usia 10-13 tahun bisa dikategorikan anak-anak 'kan? Jadi mereka diminta untuk menandatangani kontrak selama 7-13 tahun untuk dilatih menjadi idol. Bisa dibayangin nggak, proses ini sama aja dengan ngambil 7-13 tahun kehidupan mereka buat diatur dan dipoles? Sama aja dengan menjual kebebasan karena kontrak dalam dunia K-pop dikenal sangat ketat dan mengekang. The hardest part to understand is the age. Saya beneran syok. Jadi kesannya memang seperti budak. Saya nggak bisa nemu kata yang lebih halus because it seems to me is no different than slavery.
Sebenernya, praktek serupa pernah berjalan di Hollywood di sekitar tahun 30-40-an, meski bentuknya sedikit lebih beda. Para aktris dan aktor di sana dikontrak secara ekslusif oleh studio untuk beberapa jumlah film, mereka diatur mulai dari tatanan rambut, gaya berpakaian, siapa yang boleh dikencani, film apa yang cocok buat image mereka-terlepas aktor atau aktrisnya setuju atau nggak dengan naskahnya. Jadi kehidupan mereka bener-bener dikontrol oleh studio. Saya ngerasa, apa yang terjadi di K-pop ini mirip. It's not far from slavery.
2. Managers Pimp Out Their Stars
3. One In Three Stars Have Been Sexually Assaulted
Two-thirds of all Korean girls in the entertainment industry say they've been pressured into having sex with an executive or a politician to advance their careers. In the world of Korean entertainment, this is just how things are done. (poin 2)
Even if an aspiring star prizes her virtue so strongly that she risks obscurity and refuses to be pimped out, there's still a good chance she'll be sexually assaulted by her manager, anyway. It happens a lot. According to a survey, one-third of aspiring Korean stars have been molested. Thirty-three percent of women in Korean entertainment admit to having gone through the same thing, but most don't say anything about it. (poin 3)
Saya sengaja jadiin satu buat dua poin ini karena masih berhubungan. Poin ini mungkin nggak cuma kejadian di dunia K-pop aja. Sepertinya hampir semua industri hiburan-bahkan mungkin industri lainnya-nggak lepas dari hal semacam ini. Hollywood pun baru aja kena skandal besar-besaran tentang sexual harassment dan saya percaya, dunia hiburan lainnya pun nggak bisa dibebaskan dari kejadian seperti itu. Saya masukin poin ini karena praktek kayak gini tuh dianggap lumrah. The thing is, it's not and it can't be taken as something normal or acceptable. Untuk mengubahnya, perlu revolusi mental besar-besaran, terutama mereka yang punya kewenangan/kuasa besar. It shouldn't be accepted that people can use their power to abuse others.
4. K-Pop Stars Don't Make Any Money
Until a K-pop singer has a hit song, he's probably not going to see a dime. Most live in a shared dorm with their band mates, surviving on micro-waved noodles. It even happens to the big stars. One of the members of Girls' Generation has said that she had to spend 11 years in boot camp before she could make her own money, surviving solely off the charity of her parents. Some don't even make money then.
Mungkin ini cuma berlaku bagi calon idol, tapi mungkin juga bagi mereka yang udah punya nama. Poin ini saya pilih karena berhubungan dengan poin 1 yang menurut saya sangat nggak wajar. Bukankah setiap orang pengen dihargai kerja kerasnya? Mungkin harga dari kerja keras para idol itu adalah jadi terkenal, jadi uang bukan menjadi sesuatu yang terlalu dipersoalkan, tapi bukankah tetep aja, ini praktek yang patut digarisbawahi? Bahwa uang yang seharusnya jadi milik mereka karena merekalah yang tampil di depan publik, justru nggak bisa mereka nikmati.
5. Boot Camp Trainees Have To Work As Servants
For the ten years or so that aspiring K-pop stars spend learning their trade, they live in conditions akin to slavery. It's common practice to ban singers-in-training from using smartphones or dating. If they want to have a social life, they're told, they're going to have make a hit record first
Ini juga berhubungan dengan poin pertama tentang kontrak yang mengikat mereka selama bertahun-tahun. It's like they sold their freedom to be famous. Gimana kehidupan idol sebelum jadi terkenal nggak terlalu diekspos karena mungkin bertentangan dengan glamour-nya penampilan mereka di atas panggung. Saya beneran nggak tahu. It saddened me that they have to go through those to be an idol. Saya tahu kerja keras itu harga mati kalau ingin mencapai kesuksesan, tapi apakah harus dicapai dengan cara yang seperti itu? Apalagi belum ada jaminan bahwa debut mereka akan sukses. What happened if they failed? Saya baca penggemar K-pop juga terkenal cukup brutal dalam menilai para idol.
6. Managers Blackmail Their Clients
Sometimes, K-pop stars actually make enough money to get out of their contracts. There are rare times when they can actually move on to a better deal-which is why a lot of the agencies keep some dirt on their stars. One manager found out that one of his male clients was a closeted homosexual, and he decided to use it against him. He hid a camera in the aspiring star's home, paid a man to seduce him, and secretly filmed the two having sex. Then he sent the video to the young man's parents and threatened to release it to the public unless they gave him $500,000.It even happens to big names.
Kemudian, kalau mereka udah terkenal dan pengen lepas dari kontrak, ada praktek blackmailing. Bayangin, kalian udah kerja keras dan pengen menikmati hasilnya, ada tawaran yang lebih baik, tapi nggak bisa keluar dari kontrak karena diancam dengan blackmailing. Lagi, ini balik ke poin soal kontrak yang sangat ketat dan mengikat waktu para idols ini masih belum bisa berpikir secara matang.
Balik tentang alasan Jong-hyun bunuh diri, saya rasa nggak ada yang tahu kebenarannya kecuali mendiang sendiri. Apakah surat yang ditulisnya cukup bisa dijadikan bukti tentang alasan sesungguhnya dia bunuh diri? Ataukah ada yang nggak tertulis dan dia bawa bersama kematiannya? Kita nggak pernah tahu. Dari artikel (3) dan (4) disebutkan:
The Korean public sets high standards of behavior and physical appearance, and uses social media to pass instant judgment. (3)
His death will have many thinking about the notoriously competitive, brutal K-pop industry and wondering if it is a healthy development in Korean society. (4)
Dari obrolan dengan seorang teman, saya tahu bahwa masyarakat Korea dan Jepang memang rentan buat bunuh diri karena depresi. Dalam kasus Jong-hyun, saya-yang bukan ahli psikologi dan bukan penggemar K-pop-rasa bisa ditarik ke belakang mengenai akar depresinya. Dia mengidap SAD atau Seasonal Affective Disorder, yaitu depresi yang berkaitan dengan musim, terutama musim dingin. Saya sempet nanya temen yang pernah belajar psikologi, dan dia bilang bahwa kemungkinan timbulnya SAD, terutama pada musim dingin, dipicu oleh sedikitnya cahaya matahari yang muncul. Saya yang pernah ngerasain musim dingin di Eropa meski nggak sampai bersalju, memang atmosfer musim dingin itu gloomy. Pernah sekali kejadian, cuaca mendung dan ujan seminggu penuh. Bener-bener nggak ada matahari dan suhu berada di sekitar 13-15 derajat Celcius saat siang dan turun sampai di bawah 10 saat malam. Itu pengaruh banget ke mood. Seriusan. Itu baru ukuran musim dingin di Mediterania, yang jauh lebih mild dibanding Eropa bagian utara yang bisa minus. Jadi, saya bisa banget ngebayangin soal depresi yang dipicu oleh musim.
Balik ke Jong-hyun, akar depresi dia mungkin dipicu juga oleh kerasnya dunia K-pop. Tuntutan untuk tampil sempurna dan tanpa cela, belum lagi tuntutan-tuntutan lain yang mungkin nggak akan pernah kita tahu. Saya nggak tahu sejarah SHINee, jadi saya pun nggak tahu pada usia berapa Jong-hyun direkrut buat jadi idol. Tapi jika memang apa yang diberitakan itu benar-bahwa idol direkrut saat masih usia belia-bisa dipahami akar depresi dia, belum lagi setelah populer, tuntutan dari fans dan segala efek samping dari being famous, it might have been too much for him to handle. Orang yang memutuskan bunuh diri itu nggak langsung tiba-tiba, tapi ada proses panjang. Seperti yang saya pernah bahas tentang SUICIDE, bunuh diri adalah jalan keluar satu-satunya bagi mereka karena mereka udah nggak bisa lagi nemu jalan lainnya.
Di artikel yang sama (3) juga disebutkan:
Kim wrote that his doctor had blamed his personality for his inability to shake off the depression. Kim's note does not specify what he had been burdened by, but it suggests that being a celebrity added to the pressure.
Gimana rasanya kalau kalian ke psikolog, cerita tentang masalah kalian, tapi psikolog itu justru nyalahin kalian karena punya depresi? Isn't that sick? Tapi setelah baca 5 artikel buat post kali ini, mungkin sikap dokter yang dimaksud Jong-hyun berakar pada budaya Korea yang menjunjung tinggi sikap dan tampilan fisik seseorang. Ada poin tentang operasi plastik, tapi saya nggak akan bahas lebih lanjut karena menurut saya, bukan itu yang pengen saya tonjolkan di sini.
Mungkin secara sederhana, bisa disimpulkan bahwa industri K-pop sangat menuntut kesempurnaan, bukan hanya dari fisik, tapi juga dari perilaku. Apakah hal ini salah? Menyebut salah atau benar kok rasanya terlalu sederhana. Saya lebih suka nganggep ini sebagai sesuatu yang harus dibenahi. Pola pikir yang harus diubah, serta pemikiran bahwa popularitas akan menjadikan seseorang bahagia. Kematian Jong-hyun memang mengejutkan pecinta K-pop, tapi sebenernya jika ditarik ke belakang, ada beberapa indikasi bahwa ini adalah sesuatu yang udah menghantui dia cukup lama. Saya juga denger, ada beberapa penggemarnya yang mencoba bunuh diri-baik yang akhirnya meninggal atau selamat-karena nggak kuat buat menerima kenyataan bahwa idola mereka udah nggak ada. Again, suicide is not something that comes in a sudden. Bunuh diri nggak pernah dateng tiba-tiba, selalu ada pemicunya. Pendapat saya tentang penggemarnya yang melakukan usaha bunuh diri adalah mereka bunuh diri bukan karena Jong-hyun, tapi karena memang udah ada indikasi dalam diri mereka untuk melakukannya. Kematian Jong-hyun dijadikan pemicu yang lebih kuat untuk bunuh diri.
May all their souls rest in peace.
Saya nggak bermaksud buat jelek-jelekkin K-pop hanya karena saya bukan penikmat musik K-pop. Kematian Jong-hyun bikin saya semakin sadar bahwa entertainment industry can be extremely cruel, apalagi setelah baca tentang sisi-sisi gelap K-pop. Penggemar K-pop melihat idola mereka sebagai sebuah kesempurnaan, people to look up to, tetapi lupa bahwa mereka juga manusia. They can't be perfect all the time. Saya percaya, tiap manusia punya perang masing-masing dalam diri kita yang nggak seorang pun akan ngerti. I have my own battle, and I believe you have your own as well. Jong-hyun mungkin terlihat baik-baik aja di depan semua penggemarnya, tetapi dia nyimpen sesuatu yang nggak seorang pun tahu. Mungkin ada baiknya, buat yang memang fanatik terhadap sesuatu-saya nggak hanya mengacu pada K-pop-coba dikendurin sedikit fanatismenya. Terlalu mencintai dan terikat pada sesuatu itu nggak baik, karena saat sesuatu itu hilang, kita bakal nggak rela. Nothing good comes from loving too much.
Kematian Jong-hyun ini juga kembali menyoroti tentang mental issue. Jangan pernah nganggep enteng kalau ada orang terdekat yang bilang 'Aku pengen bunuh diri' jangan diejek, jangan diceramahi soal neraka atau dosa, jangan dibencandain. Please, take it seriously before it's too late. Ajak ngobrol, tanya baik-baik ada apa, apakah ada yang bisa kalian lakuin buat bantu meringankan beban dia. As someone who's ever thought of taking his own life, it's really tempting to do it. Jangan jadi manusia yang apatis dan nggak acuh dengan kesehatan mental. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan jasmani. Ada TED Talk di Youtube yang bicara tentang pentingnya menjaga kesehatan mental (saya taruh di media buat yang tertarik pengen nonton) dan saya setuju banget. Masyarakat kita terlalu cuek dengan kesehatan mental hingga tiap ada kejadian seperti ini, kita bertanya-tanya apakah ada yang salah. Kita jarang nyalahin ketidakacuhan kita sendiri dan selalu menyalahkan pelaku bunuh diri. It's something that we need to change.
Kayaknya segitu aja bahasan saya kali ini. Saya serahin ke kalian mau nganggep ini sebagai informasi kosong atau nggak. After all,
all I wanted is to give my opinion and perspective. I think this is the longest post I've ever written on KOLASE, but I hope all my readers understand what I'm trying to tell here. Kematian memang bukan sesuatu yang gampang buat diterima, it's really hard, tapi dengan berjalannya waktu, menerima kematian orang yang kita sayangi jauh lebih mudah. Lukanya memang nggak akan pernah sembuh, tapi akan berkurang rasa sakitnya. I've been through it myself.
Shimbalaiê,
Abiyasha
(1) http://listverse.com/2017/07/11/10-dark-secrets-from-the-surprisingly-twisted-world-of-k-pop/
(2) https://www.soompi.com/2016/01/18/reporter-reveals-dark-truth-behind-girl-group-sponsor-lists/
(3) http://variety.com/2017/music/asia/shinee-jonghyun-dies-dead-suicide-note-k-pop-pressure-1202644698/
(4) http://www.scmp.com/comment/letters/article/2125091/tragedy-shows-dark-side-competitive-and-brutal-k-pop-industry
(5) http://beyondhallyu.com/k-pop/k-pop-slave-contracts-a-closer-look/
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top