2. Teman Dan Bisnis.
Berbeda dari hari-hari biasa, BoBoiBoy sudah berada di kedai sejak jam lima pagi. Karena mengambil alih tugas Tok Aba, BoBoiBoy berada di kedai sejak awal buka dan menyiapkan segalanya. Dari merebus air, menakar gula, menyiapkan bubuk cokelat dan membersihkan meja kounter kedai.
Ochobot yang menemani BoBoiBoy pagi itu pun turut membantu. Power sphera kuning itu menyiapkan bubuk cokelat dan gula di dalam beberapa buah gelas untuk mengantisipasi pesanan para calon pelanggan.
Powerband yang melilit pergelangan tangan BoBoiBoy mendadak bersuara berdenyit-denyit. BoBoiBoy melirik ke arah powerband miliknya itu dan melihat bahwa waktu tepat menunjukkan pukul enam pagi.
"Nah, mana karyawan barumu, BoBoiBoy?" tanya Ochobot selagi BoBoiBoy menengok kesana kemari dengan gelisah.
"Entah," jawab BoBoiBoy singkat. Dia menunggu kedatangan Fang yang seharusnya sudah berada di kedai pada pukul tujuh pagi. Seingat otaknya, BoBoiBoy merasa sudah berpesan pada Fang untuk datang lebih awal untuk bersiap-siap membuka kedai namun sudah tepat pukul tujuh pun belum terlihat batang hidung Fang.
"Yak, boss, karyawan barumu itu teladan sekali," sindir Ochobot sembari terkekeh geli.
BoBoiBoy melirik tajam ke arah Ochobot. "Kamu mau aku minta Mechabot ayah untuk mengubahmu jadi kompor? Atau ceret air panas?" ketus BoBoiBoy.
"Yak, dia lagi sensi ...." Sebuah sweatdrop menitik di kepala Ochobot. "Kamu salah tidur ya semalam, BoBoiBoy?"
BoBoiBoy menarik napas panjang. Lirikannya pada Ochobot yang tajam perlahan melembut. "Maaf, Ochobot," tutur BoBoiBoy dengan nada lembut. "Aku cuma ingin hari pertama aku jaga kedai sendirian ini berjalan lancar."
Sejenak Ochobot diam. Ditatapnya BoBoiBoy dengan netra LED yang sesekali berkedip. "Aku mengerti kok. Kamu ngga mau membuat Tok Aba kecewa 'kan?" tanya Ochobot.
Sebuah anggukkan kepala menjadi jawaban BoBoiBoy atas pertanyaan Ochobot. "Iya, aku pasti bisa mengurus kedai ini, apalagi dibantu kamu dan Fang."
"Denganku, kedaimu pasti populer, BoBoiBoy." Terdengarlah suara Fang yang berasal dari belakang BoBoiBoy.
Mendengar suara yang sangat dikenalnya itu, BoBoiBoy langsung menoleh ke belakang. Dia menemukan Fang berdiri di belakangnya sembari bersandar pada salah satu tiang penyangga bangunan kedai. Seperti biasa, kaus armless ungu dan jelana jeans melengkapi penampilan Fang pagi itu. "Baru hari pertama kamu sudah telat, Fang."
"Aku datang tepat waktu, lebih awal lima menit malah," ucap Fang sembari menggelengkan kepalanya. "Ya memang tadi aku ke toilet dulu."
BoBoiBoy menatap sahabatnya yang mulai memasang celemek di depan tubuhnya. Tidak mungkin rasanya Fang berbohong mengenai hal sepele seperti itu. "Ya sudah, aku kira kamu telat," ucap BoBoiBoy dibarengi sebuah senyuman. "Kalau begitu, ayo kita mulai bagi tugas. Ochobot bagian mencatat dan mengantar pesanan pelanggan. Fang, kamu jadi barista."
Tidak ada penolakan dari Fang. Dia langsung setuju dan menganggukkan kepalanya. "Lalu kamu sendiri?"
"BoBoiBoy menunjuk ke arah meja kasir. "Aku jaga kasir, membantumu membuat minuman dan mencuci gelas kotor."
Fang terkejut mendengar pembagian tugas dari BoBoiBoy. Dirinya mengira kalau akan ditugasi mencuci gelas kotor atau pekerjaan kasar lainnya, sebaliknya malah BoBoiBoy sendiri yang mengambil tugas berat dan kasar. Di dalam lubuk hatinya, Fang langsung terkesan dengan sahabatnya yang tidak menggunakan kekuasaan yang didapat dari Tok Aba itu dengan sewenang-wenang.
Walau pun begitu tetap saja Fang merasa ragu-ragu. Baru saja hari pertama dia bekerja di kedai dan langsung diberi tugas yang cukup sulit. Kemarin adalah pertama kalinya Fang belajar membuat minuman legendaris kedai Tok Aba-BoBoiBoy Kokotiam dan itu pun belum terlalu tepat. Sekarang dia langsung dipercaya untuk meracik minuman.
"Kamu yakin, BoBoiBoy? Aku belum terlalu ahli meracik minuman lho," ucap Fang menyatakan keberatannya.
BoBoiBoy menepuk pundak Fang. "Aku yakin kamu bisa Fang. Kalau ngga mencoba langsung, kapan kamu bisanya?" ucap BoBoiBoy dengan nada yang sangat meyakinkan.
BoBoiBoy melirik ke arah powerband yang melilit pergelangan tangannya. "Nah, sekarang sudah jam enam lewat lima belas menit. Sebentar lagi pelanggan pertama kita pasti datang."
Kelopak mata Fang berkedip cepat.
"Sepagi ini?" tanya Fang. Dia tidak tidak percaya bahwa akan ada pelanggan yang datang sepagi itu.
"Iyap." BoBoiBoy tersenyum dan menunjuk ke arah jalan raya dengan jempolnya.
Sekilas arah yang ditunjuk oleh BoBoiBoy seperti acak. Tidak ada apa-apa kecuali jalanan yang lengang pada arah yang ditunjuk oleh BoBoiBoy. Namun setelah Fang memicingkan matanya, dia bisa melihat seseorang berjalan cepat mendekati kedai.
Dari pakaian yang mayoritas berwarna hijau dan dengan tubuh sedikit gempal, Fang dengan mudah menyimpulkan siapa orang yang tengah berjalan mendekati kedai. "Oh ... Gopal," gumam Fang.
Sudah lama Fang mengenal Gopal dan cukup mengetahui selera kawannya itu. Bahkan sebelum Gopal sampai di kedai, Fang langsung menyiapkan segelas minuman Ice Chocolate Special.
"Selamat pagi BoBoiBoy!" Gopal menyapa dengan ceria sesampainya dia di kedai. "Eh? Fang? Selamat pagi, tumben sudah disini pagi-pagi? "
"Pagi, Gopal. Fang kerja di kedaiku ini selama belum ada kepastian dari TAPOPS," jawab BoBoiBoy. "Tok Aba juga lagi istirahat, aku yang menggantikan."
Jawaban BoBoiBoy itu membuat Gopal langsung terlihat berseri-seri seperti Lebaran datang lebih awal. "YESS!" Melompatlah Gopal kegirangan setelah tahu sahabatnya sendiri yang memegang kendali kedai sepenuhnya. "Boleh lah Ice Chocolate Special satu free ya? Ekstra gula."
"Free?" Fang langsung melirik ke arah Gopal, lengkap dengan wajah masam. "Mana boleh gratis begitu. Bayar, laah," lanjutnya lagi sembari mengaduk Ice Chocolate Special yang hampir selesai dibuat.
"Boleh lah, kan BoBoiBoy sudah jadi boss kedai," ucap Gopal lagi sembari menunjuk pada BoBoiBoy. "Promosi gratis dong, buat langganan terbaikmu."
Tenggorokan BoBoiBoy mendadak berkedut ketika dia menelan ludah. Memang Gopal adalah salah satu langganan setia kedainya dan selalu datang tepat waktu setiap hari. Bahkan tidak jarang Gopal menghabiskan waktu berjam-jam di kedai untuk mengisi waktu kosong. Masalahnya, selain rajin datang, Gopal juga rajin berhutang di kedai itu. Selain itu, Tok Aba juga tidak pernah memberi tahu BoBoiBoy bagaimana cara menghadapi pelanggan macam Gopal ini.
"Ja-jangan, lah, Gopal," ucap BoBoiBoy dengan tampang memelas sebagai usaha pertamanya untuk menghadapi Gopal. "Habislah aku dimarahi Tok Aba nanti."
Sebelum Gopal sempat berkata-kata, Fang lebih dulu menyambung ucapan BoBoiBoy. "Mau promosi apa lagi, Gopal? Dari empat tahun yang lalu kamu sudah jadi langganan kedai ini."
"Dulu kan kedai Tok Aba, sekarang kedainya BoBoiBoy," ucap Gopal, "jadi beda dong?"
Kedua bola mata BoBoiBoy berputar ke atas seiring dengan geraman lembut yang hanya terdengar oleh Fang. Entah bagaimana, Gopal tidak menangkap bahasa tubuh BoBoiBoy itu.
"Sama saja, Gopal. Tok Aba cuma istirahat, jadi aku ngga bisa memberi gratisan," ucap BoBoiBoy, enggan bergeming dengan pendiriannya.
Tidak menyerah begitu saja, Gopal langsung mengaitkan tangannya pada leher BoBoiBoy dan menariknya mendekat.
"Eeeeh?" BoBoiBoy tercengang ketika tubuhnya ditarik begitu saja oleh Gopal.
"Ayolah BoBoiBoy, aku kan kawan baikmu. Gratis satu saja, laaaah," pinta Gopal lagi setelah merangkul pundak BoBoiBoy .
Semua itu tidak lepas dari pengamatan Fang. Pemandangan yang menggelikan itu membuatnya ingin tertawa namun di sisi lain, kini dia bekerja di kedai Tok Aba-BoBoiBoy Kokotiam.
Walaupun baru hari pertama bekerja, Fang tahu bahwa memberi minuman gratis kepada Gopal bukanlah solusi. Namun di sisi lain Fang juga harus memikirkan kepuasan pelanggannya.
Sebuah ide pun melitas di dalam pikiran Fang apalagi ketika dia melihat BoBoiBoy memberi isyarat dengan lirikan mata kepadanya. "Sebentar ya, Gopal. Aku mau bicara dengan bossku ini." Fang langsung mengamit lengan BoBoiBoy dan menarik sahabatnya itu menjauh dari Gopal.
BoBoiBoy yang ditarik oleh Fang terlihat lebih lega, sementara Gopal juga terlihat kebingungan.
"Kalau kita kasih gratis, besok-besok Gopal bakalan minta gratis lagi," bisik Fang kepada BoBoiBoy. Kekhawatiran jelas tersirat dibalik bisikan Fang.
BoBoiBoy mendenguskan napas panjang lalu melirik ke arah Gopal. "Lalu bagaimana? Kasihan juga sih Gopal, pelanggan lama, kawan TAPOPS juga lho."
Fang memutar bola matanya ke atas sembari menggeram. "Kamu tahu kan hutangnya berapa banyak?"
"Iya sih. Bagaimana dong?" keluh BoBoiBoy yang mulai hilang akal.
"Terserah kamu saja, BoBoiBoy. Kamu kan bossnya."
Setelah beberapa saat berpikir, BoBoiBoy akhirnya mengambil sebuah keputusan yang dirasanya akan menguntungkan kedainya dan Gopal. "Kuberi harga khusus saja deh, minimal kedai ngga rugi."
"Oke kalau itu keputusanmu," ucap Fang sembari menganggukkan kepala.
Setelah diskusi kecilnya dengan Fang selesai, BoBoiBoy langsung menghampiri Gopal. Dari gerak-gerik sahabatnya itu, BoBoiBoy menyimpulkan bahwa Gopal sudah tidak sabar ingin menikmati Ice Chocolate Special khas kedai Tok Aba-BoBoiBoy Kokotiam.
"Gopal, aku ngga bisa ngasih gratis .... Tapi aku bisa kasih diskon khusus. Bagaimana?" BoBoiBoy menawarkan usulnya kepada Gopal. "Tapi hutangmu bayar setengahnya ya?"
Sejenak Gopal terdiam dan memikirkan penawaran BoBoiBoy. Wajah remaja gempal itu berkerut-kerut selagi ia memikirkan masak-masak penawaran sahabatnya. Bagaikan memilih buah simalakama.
"Ya deh." Akhirnya Gopal memutuskan. Dari dalam saku celananya Gopal mengeluarkan selembar uang lima puluh Ringgit dan menyerahkannya kepada BoBoiBoy. "Berapa banyak lagi hutangku?"
Dengan senang hati BoBoiBoy menerima uang dari Gopal. Dia langsung memasukkan uang itu ke dalam laci kasir dan memeriksa buku hutang Tok Aba. "Tadinya hutangmu 125 Ringgit ... sisa 75 Ringgit lagi."
Fang tersenyum tipis melihat BoBoiBoy yang mampu mengatasi masalah pertama sebagai manajer kedai menggantikan Tok Aba. Sempat terpikir oleh Fang bahwa BoBoiBoy akan mengambil keputusan sendiri dan memberikan minuman gratis kepada Gopal. Kenyataan bahwa sahabatnya itu cukup bijaksana membuat Fang merasa lebih nyaman bekerja di kedai.
"Pasti Ice Chocolate Special kan Gopal?" tanya Fang mengkonfirmasi minuman kesukaan Gopal.
"Pastinya!" jawab Gopal ceria. "Ice Chocolate Special Tok Aba paling cocok diminum di pagi hari.
Fang menjawab dengan anggukan kepala. Dia langsung mencampur bahan Ice Chocolate Special yang sudah disiapkannya dengan air panas secukupnya. Setelah Bubuk cokelat, gula, susu dan bahan lainnya itu larut oleh air panas barulah Fang menambahkan air dingin dan serbuk es. Beberapa potong wafer ditambahkan untuk melengkapi penampilan Ice Chocolate Special buatan Fang.
"Nah, silahkan." Fang menyodorkan segelas Ice Chocolate Special yang sudah selesai dibuat itu kepada Gopal.
Biasanya Gopal akan langsung menyambar dan menikmati minuman legendaris kedai Tok Aba, namun kali ini dia mengamati minuman yang kini tersaji di hadapannya. Gelas berisikan Ice Chocolate Special buatan Fang itu diputar-putar dan diamati dari semua sudut.
"Kurang tinggi satu sentimeter esnya ...," gumam Gopal berkomentar.
Sebuah perempatan urat menyembul di pelipis Fang. "Aih," keluhnya sambil memutar bola matanya ke atas. "Sudahlah Gopal, minum saja."
Ragu-ragu Gopal mencicipi Ice Chocolate Special buatan Fang. "Agak beda rasanya."
Fang menggeram lembut. Urat sabarnya sudah mulai menipis. "Namanya juga diskon," gerutu Fang tanpa terdengar oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri. 'Sudah dimurahin masih saja komplain ...,' batin Fang sembari melirik Gopal yang cuek bebek.
"Nah, Gopal, bagaimana Ice Chocolate Special buatan Fang?" tanya BoBoiBoy.
Bagai kritikus makanan kelas atas, Gopal menggumam panjang. Lidahnya mengecap paduan cita rasa minuman legendaris yang kali ini dibuat oleh orang berbeda. "Agak kurang manis, cokelatnya agak kebanyakan. Tapi masih oke, masih tetap nikmat. Terima kasih, Fang."
Baik BoBoiBoy dan Fang langsung bernapas lega. Setidaknya Gopal masih memuji rasa minuman buatan Fang itu. Tidak hanya membuat seorang pelanggan puas, bahkan BoBoiBoy dan Fang berhasil mengurangi angka jumlah hutang Gopal.
Pelanggan-pelanggan lain datang silih berganti seiring dengan jarum jam yang bergulir. Seperti biasanya, BoBoiBoy melayani para pengunjung kedai dengan antusias. Senyum manis khasnya tidak pernah terlupakan setiap kali BoBoiBoy menerima pembayaran dari pelanggannya.
Namun ....
Fang yang kini lebih percaya diri mulai beratraksi. Gelas kocok yang biasa dipakai mencampur bahan minuman dilontarkan berputar-putar di udara oleh Fang. Dengan sigap Fang menyikut gelas kocok itu dan melambungkannya lagi di udara.
Atraksi Fang itu menarik perhatian para pengunjung kedai, terutama para gadis penggemarnya. Bagaimana tidak, remaja berparas oriental tampan dan rupawan dengan postur tubuh sempurna berbalut kaus armless itu dengan mudahnya melepas senyum kepada para pelanggan kedai.
Bahkan BoBoiBoy yang menyaksikan atraksi Fang itu terpana sampai terbengong-bengong.
"Waaah, hebat Fang!" puji BoBoiBoy setelah Fang menuntaskan aksinya.
Mendengar pujian, Fang langsung mengedipkan sebelah mata. "Mestilah, aku kan populer."
"Mulai deh," gerutu BoBoiBoy.
Dari kejauhan BoBoiBoy melihat dua orang gadis berjalan mendekati kedai. Dari warna pakaian kedua gadis itu, BoBoiBoy mengetahui pasti siapa kedua orang itu.
"Yaya sama Ying." BoBoiBoy mengedikkan kepalanya ke arah dua gadis yang sedang berjalan mendekati kedai.
Fang menengok ke arah yang dimaksud oleh BoBoiBoy. "Aku atau kamu yang melayani?" tanya Fang sembari menyiapkan buku.tulis kecil untuk mencatat pesanan.
"Kamu saja deh. Nanti biar aku yang buat minumannya."
Fang mengiyakan perintah BoBoiBoy. Dengan bersenjatakan buku tulis kecil dan sebuah pulpen, Fang menghampiri kedua gadis yang baru saja tiba di kedai.
"Sore, Ying, Yaya. Mau pesan apa?" tanya Fang dengan nada yang ramah setibanya dia di meja yang diisi oleh gadis yang berparas melayu dan gadis berparas oriental itu.
Ying adalah yang pertama kali menengok ke arah Fang. "Woy Fang, lu betulan kerja di kedai BoBoiBoy ya?" tanya gadis berparas oriental itu.
"Ha ah." Fang menganggukkan kepalanya. "Lumayan untuk menambah uang jajanku. Lagipula aku dapat minum gratis juga dari Tok Aba."
"Hebat juga kamu, Fang. Akhirnya bisa akur dengan BoBoiBoy," ucap Yaya memuji keputusan rekan seperjuangan TAPOPSnya. "Aku dan Ying pesan Ice Chocolate Special kalau begitu."
Fang mencatat pesanan kedua sahabatnya. "Ada lagi?"
Yaya dan Ying saling berpandangan untuk beberapa saat sebelum menjawab, "Ngga sih, itu saja. Dibungkus ya Fang."
"Oke, tunggu sebentar ya," ucap Fang. Dengan langkah yang ringan dia berjalan ke meja kounter kedai dan menghampiri BoBoiBoy.
Sesampainya di meja kounter kedai, Fang langsung menyerahkan catatan pesanan Yaya dan Ying. "Ice Chocolate Special dua, dibungkus."
BoBoiBoy menganggukkan kepalanya dan langsung membuatkan minuman yang dipesan oleh Yaya dan Ying. Karena pesanan kedua temannya itu untuk dibawa pergi, maka BoBoiBoy meracik minuman itu dalam dua buah gelas plastik.
Kedua tangan BoBoiBoy bergerak dengan cepat mencampur berbagai bahan minuman yang dibutuhkan untuk membuat dua gelas Ice Chocolate Special. Begitu cepat dan tepat BoBoiBoy meracik minuman hingga Fang berani bertaruh kalau BoBoiBoy bisa meracik minuman seperti itu dengan mata tertutup.
Sebentar saja pesanan Yaya dan Ying selesai dibuat. "Nah selesai." BoBoiBoy menyodorkan dua buah gelas plastik kecil kepada Fang.
Terlebih dahulu Fang memasukkan kedua gelas minuman itu ke dalam kantung kertas daur ulang sebelum dibawa ke meja dimana Yaya dan Ying sudah menunggu.
"Ini, minumannya," ucap Fang sembari meletakkan kantung kertas itu di atas meja yang ditempati oleh Yaya dan Ying. "Langsung bayar di kasir saja dengan BoBoiBoy. Aku mau mencatat pesanan tamu yang lain."
Baru saja Fang akan berjalan menjauh ketika pergelangan tangan kirinya mendadak ditangkap oleh Yaya.
"Tunggu Fang," ucap Yaya. Gadis itu mengambil segelas Ice Chocolate Special dari dalam kantung kertas dan memperlihatkannya kepada Fang. "Ini ukuran kecil, kita mau yang lebih besar."
Tentu saja Fang terkejut mendengar keluhan Yaya. "Lho? Tumben? Ya sudah, sini aku ganti." ucap Fang sembari menarik kembali kantung kertas beserta isinya itu dari atas meja. Dengan pesanan yang ditolak itu Fang langsung kembali ke meja kounter kedai.
BoBoiBoy sama terkejutnya dengan Fang ketika dia melihat pesanan Yaya dan Ying dikembalikan kepadanya. "Lho? Ada masalah apa?"
"Terlalu kecil, kata Yaya." ucap Fang. "Buatkan yang lebih besar lagi."
BoBoiBoy menghela napas panjang. "Tumben, biasanya mereka minta yang gelas kecil ... katanya diet," gerutu si penguasa elemental itu sembari kembali meracik dua gelas Ice Chocolate Special untuk Yaya dan Ying. Kali ini BoBoiBoy memakai gelas plastik yang berukuran lebih besar.
Tidak sampai tiga menit, pesanan Yaya dan Ying sudah selesai dibuat oleh BoBoiBoy. Sekali lagi Fang mengantarkan dua gelas minuman itu kepada pemesannya walau pun dengan raut wajah yang jauh dari kata antusias.
Kembali Fang meletakkan dua gelas Ice Chocolate Special itu di atas meja Yaya dan Ying. "Silahkan," ucap Fang dengan nada datar.
Di luar dugaan, Ying mendengus napas panjang. "Wey, ini kurang besar, ngga ada gelas yang besar?" protes gadis berparas oriental itu sembari bertolak pinggang.
Seluruh tubuh Fang berkedut ketika urat sabar terakhirnya putus. Fang baru saja bekerja di kedai, oleh karena itu Stamina dan kesabarannya belum terlatih untuk bekerja hampir tanpa henti. Belum lagi dia harus berhadapan dengan pelanggan yang banyak mau. Hanya karena BoBoiBoy dan Tok Aba sudah berpesan untuk tidak membuat pelanggan kecewa yang membuat Fang tetap bisa mengendalikan emosinya.
"Sebentar ya, Ying, Yaya," ucap Fang dengan senyum yang sangat dipaksakan. Dia berjalan kembali ke meja kounter kedai dan disambut oleh BoBoiBoy.
Kedua bola mata BoBoiBoy berputar ke atas ketika dia menyadari Fang kembali ke kounter kedai dengan tatapan tajam. "Apa lagi yang kurang, Fang?" tanya BoBoiBoy.
"Kurang besar ...."
Jawaban Fang itu membuat BoBoiBoy mengerenyitkan dahi. "Hah? Masih kurang? Kenapa mereka ngga bilang dari awal sih? Kenapa juga kamu ngga nanya porsi yang mereka mau?" tanya BoBoiBoy yang mulai hilang sabar. "Jadi aku harus membuat minumannya lagi? Tadi sudah terbuang dua gelas ...." Dan jadilah BoBoiBoy menggerutu seperti emak-emak kehabisan sembako.
"Biar aku yang urus." Fang langsung memotong gerutuan BoBoiBoy. Dari balik meja kounter kedai, Fang mengambil dua buah gelas yang paling besar. Dengan dua buah gelas terbesar itu Fang kembali menghampiri meja yang ditempati oleh Yaya dan Ying. Anehnya, Fang tidak mengisi kedua gelas yang dibawanya itu.
"Maaf menunggu lama." Fang meletakkan dua buah gelas kosong itu di atas meja yang ditempati oleh Yaya dan Ying. Tanpa menunggu aba-aba dari kedua sahabatnya itu, Fang mengambil Ice Chocolate Special ukuran sedang yang masih berada di atas meja dan menuangkan isinya ke dalam gelas yang berukuran besar.
"Nah, silahkan, bayar langsung di kasir," ucap Fang datar setelah ia mengisi dua gelas besar itu dengan Ice Chocolate Special di dalam gelas yang berukuran sedang. "Kalian minta gelas besar, bukan Ice Chocolate Special ukuran besar," sambungnya lagi sebelum meninggalkan meja yang ditempati oleh Yaya dan Ying untuk menghampiri pengunjung kedai yang lain.
BoBoiBoy yang memperhatikan dari kejauhan langsung tercengang melihat akal-akalan Fang. Secara teknis, Fang tidak salah karena memang Yaya dan Ying meminta dua gelas besar, bukan dua gelas Ice Chocolate Special ukuran besar.
Namun kebenaran logika Fang bukanlah masalah sekarang ini. Ada masalah lain yang membuat BoBoiBoy meneguk ludah, yaitu Yaya dan Ying yang berjalan menuju kounter kedai dan wajah masam. "BoBoiBoy!" Yaya mendengkus kesal dengan tangan terkepal.
"Eheheheheh." BoBoiBoy hanya bisa terkekeh gugup ketika Yaya dan Ying tiba di kounter kedai. "Se-semuanya jadi dua puluh Ringgit."
Alih-alih membayar, Yaya lebih dahulu mendaratkan sebuah jitakan di kepala BoBoiBoy. "Kamu gimana sih? Punya pegawai yang betul sedikit lah!"
"Aduuuuh." BoBoiBoy mengusapi kepalanya yang dijitak Yaya. "Ka-kalian 'kan minta gelas besar, bukan minuman porsi besar."
Walaupun kesal, Yaya dan Ying tetap membayar pesanan mereka. Sebagai bonus, Ying mendaratkan jeweran di telinga BoBoiBoy. "Wey, punya pegawai itu dilatih dulu wo!"
"I-iya, maaf," lirih BoBoiBoy.
Sementara Yaya dan Ying pergi berlalu, Ochobot yang sedari tadi memperhatikan interaksi Fang, BoBoiBoy, Yaya, dan Ying terkekeh geli. Ochobot memperhatikan semuanya dari bagian belakang kedai dimana power sphera itu berganti tugas mencuci gelas.
"Masih bagus kamu ngga disiram Ice Chocolate Special sama Yaya atau Ying, BoBoiBoy," celetuk Ochobot dengan cueknya. "Tapi lumayan lah Fang untuk hari pertamanya. Malah pendapatan sejauh ini sudah di atas rata-rata harian kita."
"Iya kah?" tanya BoBoiBoy dengan polosnya.
"Yap. Kepopuleran Fang banyak membantu."
Seketika itu wajah BoBoiBoy bertukar masam dan langsung menggerutu. "Populer konon ...."
.
.
.
Tamat.
Terima kasih sudah meluangkan waktumu untuk membaca, semoga berkenan. Maaf kalau humornya kali ini agak garing.
Saran, kritik, review dan komentarmu selama tidak berbau SARA akan sangat saya hargai dan sebisa mungkin akan saya balas dengan kebaikan pula.
"Unleash your imagination."
Salam hangat, LightDP.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top