BAB 3. Harapan

Yessica Fernandez-Saudagar kaya Eropa paling berpengaruh


“Ariana – san, bagaimana?” tanya Yessica parau. Terdengar jelas sekali nada frustasi dari suaranya.

“Aku belum tahu apa motif mereka, maaf.” jawabku menyesal.

“Sudah cukup! Ini keterlaluan!” Yessica tiba - tiba membentak keras. Membuat semua tamu yang hadir terpekik kaget, termasuk aku.

“Dengan ini, aku akan mengadakan lomba! Siapapun yang bisa menemukan pelaku pembunuhan suami dan pelayanku, maka akan kuberi hadiah setimpal!” ujarnya lantang. Nafasnya memburu.

Suasana mendadak berubah menjadi ricuh. Semua orang saling berdiskusi. Bahkan ada yang mengeluarkan argumen tidak jelas tentang kasus kematian ini. Yuuri menatapku panik lalu bertanya “Tak adakah jalan keluarnya di otakmu?”

Aku menghela nafas sejenak. Semua jawaban atas kematian berkode ini hampir berkumpul di dalam kepalaku. Tapi tentu saja, aku memerlukan bukti yang kuat.

“Aku curiga ini bukanlah kasus bunuh diri. Tulisan yang terdapat pada masing – masing kode memiliki gaya huruf yang sama dan aku...” gumamku pelan.

“Tapi bisa saja mereka memiliki semacam janji lalu salah satu dari mereka bertugas menuliskan kodenya, kan?” ucap Yuuri.

“Kita tunggu saja sampai kematian ketiga.” selaku cepat.

“A..apa maksudmu, Ariana – san?” tanya Yuuri tercekat. Wajahnya berubah semakin pucat.

“Jika gaya huruf yang kita temukan masih sama, maka sudah dapat dipastikan ini bukanlah kasus bunuh diri. Pastilah korban berikutnya tidak saling mengenal dengan korban sebelumnya, bukan?” jawabku serius.

BRUK! Pikiranku langsung teralih ke arah belakang. Di sana kudapati dua orang gadis sedang dalam posisi siap bertarung. Sedangkan mulut mereka tak henti – hentinya mengeluarkan tuduhan tidak jelas.

“Renata! Andrea! Apa yang kalian lakukan!?” lerai Yessica.

“Dia pelakunya!” seru mereka bersamaan sambil saling menunjuk.

“Ha?” gumamku.

“Kaulah yang pertama menemukan mayat si pelayan, jadi kaulah pelakunya!” tuduh Renata.

“Tidak! Justru seorang penuduhlah yang biasanya adalah seorang pelaku!” tuduh Andrea.

“Hentikan! Kita lanjutkan besok saja. Sekarang kita harus menguburkan jasad Nona Ellie terlebih dahulu!” lerai Yessica nanar.

Waktu berlalu begitu cepat. Kini semua orang telah kembali ke kamar mereka masing – masing. Jam sudah menunjukkan pukul 12.00 namun kelopak mataku belum bisa terpejam sepenuhnya.

“Ariana – san, kau sudah tidur?”...

Itu suara Andrea. Apa yang dia lakukan pada jam seperti ini?

Aku segera bangkit dari kasur dan berjalan menuju pintu kamar. Lalu ketika pintu kubuka, wajah Andrea yang pucat menyambutku. Kantung matanya hitam, jelas sekali kalau ia tidak bisa tidur sama sepertiku.

“Ada apa?” tanyaku.

“Kau percaya padaku bukan?” tanyanya balik.

“Sejujurnya aku tidak mempercayai siapapun.” jawabku singkat. Berharap gadis Prancis ini segera membiarkanku sendiri.

“Tapi aku sama sekali tidak tahu apa – apa. Aku akan melakukan apapun agar kau mempercayai bahwa aku bukanlah pelakunya!” ujar Andrea bersikeras. Tangannya terulur memegangi kedua bahuku.

“Sudah kukatakan ini adalah kasus bunuh diri. Tidak mungkin ada pelaku ketiga.” timpalku.

“Eh?” Andrea langsung terpekik kaget menyadari ucapanku.

“Darimana kau bisa menyimpulkan kalau si Renata adalah pelaku dari kasus bunuh diri ini sementara dia sendiri tidak mati?” aku bertanya kepadanya dengan nada datar.

“Jika ada pelakunya maka ini bukanlah...” gumam Andrea gemetaran.

“Tepat. Sebenarnya aku mencurigai seseorang tapi aku masih butuh bukti.” ucapku dengan nada datar.

“Ariana – san, aku..aku akan membantumu!” ujarnya bersemangat.

“Bantu apa?” tanyaku malas.

“Yuuri Zelvin mengatakan  bahwa ada semacam kode yang sulit dipecahkan. Aku adalah seorang arkeolog dan tentu aku sudah biasa memecahkan kode – kode rumit semacam itu.” jawabnya menggebu – gebu.

Kemudian dari saku piyamanya, Andrea mengeluarkan secarik kertas kecil yang diatasnya terlampir kode yang sama dengan gaya huruf yang sama. Kurasa Yuuri telah memberikan kode yang ditemukan pada mayat si pelayan kepada Andrea. Aku menghela nafas panjang. Tidak rugi juga, sih mempekerjakan si arkeolog ini.

“Sepertinya sahabatku sudah menaruh kepercayaannya kepadamu. Baiklah, mohon bantuannya, ya!” ucapku.

“Yosh! Aku akan berusaha menemukan pelakunya!” ujar Andrea berapi – api. Setelah berpamitan, ia pun langsung pergi kembali ke kamarnya sedangkan aku kembali ke atas kasur dan mencoba kembali untuk tidur.

🗡

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top