21. Gerald, aku mencintaimu

          Kedua sudut bibirku tertaik. Bersamaan dengan itu, air mataku lolos. Aku menangis.

          Bukan. Bukan karena aku cemburu dan marah dengan keadaan. Aku bahagia, sungguh. Dan aku jujur berkata demikian.

          Aku tidak merasa kehilangan. Aku tidak kehilangan rasa sayang, juga tidak kehilangan sosok orang yang aku sayang. Ia masih sama. Gerald masih sama. Hanya saja mungkin mulai detik ini ia harus bisa membagi waktu antara keluarga barunya, dan aku, sahabatnya.

          Aku ikut bertepuk tangan memeriahkan acara pernikahan Gerald yang telah berlangsung. Ia dan istrinya sedang sibuk menyalami beberapa tamu undangan. Kilatan-kilatan cahaya dari lampu kamera menghiasi seluruh gedung. Beberapa tamu yang sudah menyelesaikan urusan mereka dengan mempelai, kini sibuk memilih mana sekiranya makanan yang akan mereka lahap dengan gratis. Jangan disia-siakan.

          "Selamat Ger," ucapku tulus. Aku menyodorkan tangan dan ia menyambutnya. Aku tersenyum, dan ia membalasnya. Kami berpandangan selama beberapa saat.

          Terima kasih Tuhan, setidaknya aku bisa merasakan sentuhan tangannya untuk yang terakhir kali.

          Setelah selesai berfoto dan menyalami mereka, aku beranjak turun dari panggung dan berjalan kembali ke tempat dudukku untuk menaruh tas. Namun ketika aku berbalik, seseorang menabrak bahuku hingga ponselku meluncur turun.

          "Maaf."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top