BAD TWINS

Aku dan kamu adalah sebuah perbedaan yang terpisah dimensi.

***

“Papa sudah bilang jaga kelakuan kalian!” Teriak pria paruh baya yang kini hampir melayangkan tamparan keras ke wajah putranya. Sedangkan perempuan muda berdiri dengan tenang di daun pintu seolah menunggu adegan selanjutnya.

“Papa sudah sering nasehatin kalian untuk tidak buat onar di kampus. Tapi apa, kalian bahkan menjadi-jadi setelah mama kalian  yang menyebalkan itu pergi dari rumah. Papa capek-capek kerja buat kalian, tapi kalian gak pernah ngehargain kerja keras papa!”

“Kita bakalan bersikap sesuai keinginan papa, kalau mama kembali lagi ke rumah ini.” Pria yang baru saja diceramahi itu menatap ke arah perempuan muda yang tersenyum lebar padanya.

“Papa sama mama udah cerai! Kalian udah punya mama baru!” serunya sambil menunjuk perempuan tadi.

“Dia lebih cocok jadi kakak kita ketimbang jadi ibu.” Sahut gadis di sebelah putranya, yang merupakan kembaran si pria. Papa mereka menatap tidak percaya, lalu keluar begitu saja. Lelah dengan perdebatan yang tidak berujung itu.

“Tidak disangka komentarmu begitu terhadapku, Alana.” Perempuan itu ikut berlalu menyusul suaminya. Gadis yang dipanggil Alana itu menatap kembarannya yang menunduk lesu, “Gue udah dapat kamar apartemen buat tempat tinggal kita.” Ucapnya tiba-tiba.

“Lo yakin?” tanya Alana kaget mendengar hal itu.

“Mama udah jamin semuanya. Besok kita diam-diam pergi ke Manado. Tiket udah dua minggu sebelumnya mama kirim. Masalah kuliah, orang utusan mama bakalan ngurus semuanya.” Alana mengangguk paham. Sejenak dia menatap kembarannya itu lalu menepuk pundak pria itu.

“Makasih, bang. Lo satu-satunya orang yang dapat gue percaya.”

“Gue ngeri dengernya.” Sahut pria itu mengusap tekuknya lalu duduk di kasur.

“Salah mulu gue sama lo, Lan.” Ucap Alana lalu pergi dari kamar bertuliskan “Alan’s Room” itu.

Rencana keduanya untuk kabur berjalan mulus. Pagi buta mereka sudah dijemput utusan mamanya untuk ke bandara. Sekitar jam 7 pagi mereka berangkat dari bandara Soekarno-Hatta menuju Manado. Tepat jam 10 lewat 5 menit maskapai penerbangan yang membawa mereka sampai di bandara Sam-Ratulangi.

Tidak jauh beda dari sebelumnya, kali ini utusan mamanya kembali mengantar mereka menuju unit apartemen yang sudah mereka beli sebelumnya. Tak selang beberapa menit, mobil yang membawa mereka memasuki kawasan apartemen, dengan tugu tulisan bernama “Apartemen Good Living”. Alana maupun Alan keluar dari mobil, sambil menanti supir mengeluarkan  koper mereka.

“Keren juga.” Komentar Alana sambil melihat sekelilingnya. Bertepatan dengan itu seorang perempuan berambut pendek melintas di depan mereka. Alana dan Alan menggiring koper mereka menuju lift yang sudah di huni gadis itu.

“Unit berapa?”

“603, dapetnya yang di lantai 6. Lumayan kalau naik tangga bakalan buang sedikit lemak lo.” Celetuk Alan menatap kembarannya yang mendelik itu.

Gadis di belakang mereka menaikkan sebelah alisnya mendengar nomor unit tempat tinggal kembaran itu.

Setelah lift terbuka gadis tersebut segera menarik kopernya sambil terus menatap dua punggung di depannya. Alan dan Alana yang tengah bercanda.

“605” gumamnya sambil menatap sebentar celah pintu kamar kembaran tadi. Gadis itu meringis melihat sesuatu yang tengah mengintip dari celah pintu.

“Perusuh!” suara lirih yang menyeramkan itu menyapu pendengaran gadis tersebut, membuat dia beberapa kali mengusap-usap punggung tangannya.

“Wah dia ngajak berantem, Nef!”

“Jangan diladenin!” sahut Nefa menatap sosok di sebelahnya.

Tak jauh beda dengan euphoria kembaran tadi, Nefa juga tampak girang menatap hunian barunya itu. Balkon dengan pemandangan kota Manado. Dua kamar yang siap menampung dirinya dan tamu (jika ada) sudah siap ditempati.

“Keliatannya seneng banget.”

“Pastinya.” Sahut Nefa pada sosok yang tengah duduk manis di sofa berwarna kuning itu. Nefa mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, lalu menghela napas berat sambil menatap perempuan berambut blonde di sebelahnya, “Kenapa menghela napas begitu?”

“Aku sepertinya akan menemui masalah baru.”

Perempuan berambut blonde yang kini melayang ke depannya itu tersenyum. “Ada aku.”

Nefa mengendikkan bahunya, mungkin keputusan pindah adalah hal tepat mengingat apartemen lamanya yang sudah habis masa sewa itu. Terlebih lagi para penunggu lain yang menganggunya. Tapi kini, Nefa sepertinya menemukan masalah yang tak jauh beda dari sebelumnya. Gadis itu beranjak dari sofa. Keluar kamar.

“Aku bisa merasakan energinya negatif, Ra.” Ucap Nefa pada perempuan yang melayang di sampingnya. Perempuan itu melayang ke arah kamar si kembar tadi. Lalu tertawa.

“Hei dia cuma lihatin aku!”

“Arabella! Ke sini. Aku bisa disangka gila kalau ngomong begini denganmu.” Ucap Nefa melambaikan tangan. Tepat saat dia melakukan hal itu untuk mengajak Arabella ke sampingnya, pintu kamar tersebut terbuka menampilkan sosok seorang pria. Nefa dan pria itu bersitatap, tapi bukan karena hal itu. Tangan Nefa masih diposisinya, melambai pada Arabella yang tertawa melihat kebodohannya.

“Turunkan tanganmu, bodoh!”

Nefa langsung menurunkan tangannya berpaling memandang ke arah lain. Membuat Alan mengerutkan kening. Lalu beranjak pergi.

Arabella sempat mendengar jika Alan bergumam, “Aneh,” saat melihat Nefa yang salah tingkah atas kelakuannya sendiri. Arabella yang mendengarnya hanya menggeleng lalu melihat Nefa yang sudah memutar tubuhnya.

Gadis itu berlari kecil ke depan kamar milik Alana dan Alan. “Gimana?” tanya Nefa sambil terus meneliti pintu kamar itu, sampai akhirnya suara bass milik Alan membuatnya kaget setengah mati.

“Apanya yang gimana?” tanya Alan menyelidik. Nefa memandang kantong plastik berisi makanan yang Alan tenteng. Kenapa pria ini bisa secepat itu kembali, pikir Nefa memandang Alan sebentar.

“Salam kenal. Aku Nef—“ Alan menggeleng sebelum Nefa menyelesaikan kalimatnya, pria itu mendorong tubuh Nefa agar menjauh dari pintu. Tubuh kecil gadis itu terhuyung ke belakang.

“Kasian.” Arabella turut prihatin melihat wajah merah Nefa yang menahan malu. Bunyi pintu ditutup beriringan dengan suara derap kaki Nefa yang langsung masuk kamar apartemennya.

“Kenapa lo?” tanya Alana saat melihat Alan mengendikkan bahunya.

“Ada cewek aneh di depan pintu.”

Part 1 akhirnya keluar😂😂 pendek? Emang😂😂😂

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top