Knock Back

[ Aloha! Cerpen ini terdiri dari 6 chapter dan total halaman 63, ya. Kalian bisa baca lengkapnya di Karyakarsa kataromchick. Untuk kode voucher potongan harga, lihat aja gambar yang aku sematkan di bawah ini, ya.] 


Mareen duduk dengan tatapan bosan yang sengaja tidak ditutupi. Biarkan saja semua orang melihatnya begitu muak dengan pertemuan ini. Meski dia memang tidak bisa sepenuhnya keluar untuk kabur dari sana. 

"Mareenka, bersikap yang sopan!" Peringatan dari mamanya yang diiringi oleh cubitan membuat Mareen semakin kesal. 

"Mama, aku nggak bersedia dengan perjodohan ini." Mareen mencoba untuk membujuk mamanya lagi.

"Why? Tell me why! Give me a logical reason why you don't want this." 

Maryana menatap putrinya dengan cepat dan menaikkan kedua alisnya. Menunggu sang putri yang manja dan rebel memberikan jawaban. Meski bisa Maryana tebak, tidak akan ada jawaban yang bisa Mareen berikan. 

Dengan diamnya Mareen, mereka bisa melihat kedatangan keluarga dari pihak laki-laki yang akan dijodohkan padanya. Sepasang suami istri, dan anak laki-lakinya berjalan tepat menuju meja mereka. 

Seluruh basa basi sudah dilakukan. Mareen mengikuti semua skenario yang ada. Dia tidak menolak dengan tingkah tidak tahu dirinya. Ditambah lagi, dia tidak memiliki alasan untuk menolak. Mamanya akan meng-cut off seluruh fasilitas jika Mareen tidak memberikan sikap yang bisa diatur. 

"Cantiknya putrimu, Jeng." 

Maryana tersenyum senang dengan pujian tersebut. Mereka makan dalam diam, dan Mareen bisa melihat wajah 'calon suaminya' yang memang tertarik dengan kecantikan yang Mareen punya. 

Sang papa, yang tidak banyak berbicara mengangkat panggilan dan mengatakan bahwa ada seseorang yang akan datang untuk mengirimkan sesuatu. Mareen tidak peduli, dia hanya menikmati makanannya. 

"Ini dokumen yang Papa minta." 

Mareen terkejut dengan suara itu. Dia mengangkat pandangan dan melihatnya. Penyelamatku. 

"Kamu harusnya bilang—"

"Dia calon suamiku, Ma!" ucap Mareen cepat. 

Semua wajah yang ada di sana langsung terkejut. Termasuk dengan pria yang Mareen tunjuk sebagai calon suaminya. 

"Mareenka! Jangan berulah." 

"Aku nggak berulah, aku serius. Dia udah nidurin aku. Makanya aku bilang aku nggak bisa setuju dengan rencana pernikahan ini dari awal." 

Kejutan bertubi memenuhi meja tersebut. Semua mata kini menatap pria yang sudah disebut meniduri Mareen. 

"Sangga, bilang sama semuanya. Kamu memang pria yang harusnya bertanggung jawab atas aku. Aku nggak mau nikah sama pria lain." 

Mendengar Mareen menyebutkan nama pria itu, Maryana yakin bahwa putrinya tidak berbohong. 

"Jeng Arlita, saya mohon maaf. Tapi siapa laki-laki yang putri saya panggil Sangga ini?" 

Baik sang suami maupun sang istri kompak untuk bungkam, tidak langsung menjawab. Mareen yakin bahwa ada yang ditutupi dari keluarga itu. 

"Sanggarendra putra saya," ucap si suami. 

Mareen melirik Sangga yang tampak mengetatkan rahangnya. Jadi ini alasan dibalik dia nggak mau punya hubungan serius sama perempuan manapun. Dia anak si papa, tapi bukan dari istri sah-nya. 

"Saya minta maaf untuk semuanya. Saya dan Mareen bertemu tanpa sengaja. Kami hanya bertemu satu kali—" Sangga mencoba menyanggah. 

"Satu atau berapa kali pun, kamu tetap meniduri putri saya. Dan benar. Kalian harus menikah. Rasanya akan sangat buruk jika saudaramu mendapatkan perempuan yang bekas kamu tiduri. Saya nggak mau kamu menyangkal, kamu yang akan menikahi putri saya." Maryana berkata dengan tegas.

Meski itu terdengar tidak adil, tapi Maryana adalah pemimpin keluarganya setelah sang suami tiada. Persoalan pernikahan putrinya juga harus dia yang menentukan. Dia tahu, putrinya tidak mungkin menginginkan pria yang tidak ingin digapainya. Mareen jelas memiliki ketertarikan pada Sangga meski tidak sebaliknya. Namun, apa pun itu, cinta bukan segalanya. Bagi Maryana, asal tetap menikahkan putra dari keluarga tersebut, maka hubungan baik akan tetap terjalin. 

"Mareen dan Sangga, kita bicarakan pernikahan mereka berdua segera." 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top