04


Jangan lupa spam komen ayangie      😘❤️😘❤️😘❤️😘❤️

🍓🍓

"Mulai sekarang kalian sah jadi suami istri."

Padahal dulu Hana pernah berharap bakal nikah diumur lebih dari 25 tahun dengan kondisi finansial yang matang. Lalu ketika menikah Hana akan memakai gaun rancangannya yang dia buat sendiri dan Hana akan menikah secara sederhana dengan lelaki yang dia cintai.

Tapi kenyataannya sekarang Hana menikah dengan lelaki yang sama sekali enggak Hana cintai, Hana enggak memakai gaun rancangannya--malah cuman pake celana bahan dan kemeja putih karena pulang kuliah Hana langsung nikah di rumah Juyeon.

Poin yang sama dengan bayangannya hanya, Hana menikah secara sederhana. Malah pernikahan ini enggak ngundang sodara atau teman sama sekali, yang datang cuman pihak keluarga doang.

"Selamat ya!" Nyonya Lee menangis haru sembari memeluk Hana. Kalo Hana sih lebih pengen nangisin nasibnya.

"Makasih Nyonya," balas Hana sesopan mungkin.

"Mamah dong, jangan Nyonya," pinta ibunya Juyeon.

Sebenernya sih bukanya Hana ga mau manggil Ibunya Juyeon dengan sebutan mamah, tapi awkward aja gitu. Soalnya Ayahnya Juyeon tetep atasan Ayahnya Hana, kesannya kaya enggak sopan.

Tapi tetep aja ujung-ujungnya Hana maksain nurut, kalo ga nurut takut dikutuk jadi sempak. "Eung iya Mamah."

Yang seneng bukan cuman pihak keluarga Juyeon doang, Ayahnya Hana juga ikut seneng, tapi yah dia masih ga percaya anaknya sulungnya nikah secepet ini.

Mana nikahnya sama anak bosnya--meskipun yah keadaannya lagi gak bisa dibanggain, padahal Juyeon ini harusnya udah kerja jadi direktur utama di perusahaan tempat Ayahnya Hana bekerja.

"Selamat ya, sekarang kakak udah nikah," sang ayah memberikan ucapan pada anak sulungnya itu.

Hana cuman ngangguk aja nanggapinnya, mau ngeluh tapi ga enak ini masih di rumah keluarga Juyeon sih.

Segini juga untung dinikahin, terus biaya hidupnya ditanggung keluarga Lee. Bebannya Hana ngurus kucing--ralat--siluman kucing--ralat lagi--menusia yang dikutuk jadi kucing.

Sama seperti tadi, Hana tetep berusaha tersenyum sekalipun itu rasanya sulit banget anjir. Malah rasanya Hana pengen nangis, untung aja Hana masih bisa ngendaliin emosinya. "Iya makasih Ayah."

Jujur sebenernya Hana pengen cepetan pulang, dia capek masang topeng terus. Lagian nikahannya udah selesai kan? Hana dan Juyeon udah pake cincin yang sama, udah berjanji buat hidup bersama juga. KENAPA DIA MASIH DISINI ANJIR?!

"Mau pulang," gumam Hana pelan, dia ngerasa udah capek, padahal ga lari-larian ngejar anak kecil atau teriak-teriak biar dapet perhatian anak SD.

"Miaw?" tiba-tiba aja Juyeon nengok ke istrinya dan nanya gitu. Hana enggak ngerti yang jelas Juyeon ngomong apaan.

Tapi bisa ga sih, Juyeon jadi kucing aja? Biar kalopun nempel sama Hana bisa digendong dianya. Kalo bentuknya manusia gini mah mana bisa digendong! Berattt!

Sial aja Juyeon dari tadi bentukannya malah manusia, mana kerjaanya dia ngikutin Hana. Rasanya lebih pusing dari diikutin bocah SD.

"Em miaw?" kata Hana asal, yah pokoknya Hana enggak boleh keliatan nyuekin Juyeon, ntar dibilang istri kurang ajar.

Semoga aja keluarga Juyeon sama begonya kaya dukun kemarin, sama-sama ngira Hana bisa bahasa kucing.

"Juyeon kenapa sayang?" tanya ibunya Juyeon pada Hana.

Hana mengangkat bahunya, "Enggak tahu, tapi mungkin aja dia capek," padahal yang capek mah Hana.

"Oh yaudah atuh, bawa ke kamar aja Han."

Hana nganggukin kepalanya, dia lalu ngerangkul Juyeon buat dibawa ke kamarnya. Enggak banyak omong emang Hana tuh, banyaknya misuh dalam hati doang.

"Juyeon duduk disini dulu ya, sayang," karena terbiasa ngurus anak kecil, jadinya Hana juga enggak begitu kesulitan ngatur Juyeon. "pinterr."

Kayanya Hana bener-bener nganggap Juyeon bayi berukuran raksasa deh.

"Miaw," Juyeon agak kebingungan sebenarnya ketika Hana malah rebahan disampingnya. Enggak terlalu deket sih tidurannya, masih berjarak juga.

Mengikuti insting, Juyeon juga ikut tiduran disamping Hana. Tatapannya terus tertuju pada sang istri yang sedang memejamkan matanya itu.

"Miaw," tangan besar Juyeon menyentuh pipi Hana, membuat gadis itu cepat-cepat kembali membuka matanya. Kini dihadapannya ada Juyeon yang menatapnya dengan polos. "miaw?"

"Ah aku lupa, kamu belum berubah jadi kucing lagi ya," ucap Hana pelan. Bisa-bisanya Hana hampir di kamar Juyeon.

"Miaw," awkward banget asli pas berduaan doang sama Juyeon. Mana Juyeon cuman bisa ngeong kaya kucing.

Hana ga ngerti Juyeon ngomong apa, tapi kayanya Juyeon ngerti sama yang Hana bicarakan.

Heuh repot, ada ga sih konyaku penerjemah versi bahasa kucing? Biar Hana enggak serepot ini mikirin apa yang sebenernya mau dibicarakan Juyeon.

Karena enggak terlalu nyaman ditatap Juyeon versi manusia, jadinya Hana mengusap pipi Juyeon. Semoga cara ini bisa berhasil. "Juyeon, apa kamu enggak mau nunjukin wujud kucingmu sama ku?"

"Miaw," Juyeon nampak memiringkan kepalanya. Mungkin ia bertanya; kenapa?

"Aku ini suka kucing, bukannya aku enggak suka kamu tapi aku lebih suka kamu dalam wujud kucing--" padahal Hana belum selesai menjelaskan tapi tubuh Juyeon dengan cepat berubah menjadi kucing.

Kayanya kucing ini beneran ngerti apa yang Hana bicarakan deh.

Hana tersenyum sembari mengelus bulu kucing yang kini sedang menatapnya. Kalo boleh Hana pengen Juyeon selamanya jadi kucing aja. Tapi kan tujuan Hana nikah sama Juyeon biar Juyeon berubah jadi manusia lagi.

"Juyeon, ah bukan ... Maksudku tuan kucing," Hana menatap balik kucing yang sedang menatapnya itu. "mulai sekarang kita bakal hidup bersama, jadi aku harap kita bisa akrab dan bekerja sama ya."

"Miaw." Hana anggap kucing itu setuju untuk bersekutu dengannya. Semoga setelah ini segala urusannya jadi gampang.

Nah sekarang gimana caranya biar Hana bisa membuat kucing itu pergi dari tubuh Juyeon?

🍓🍓

Karena apartemennya dan Juyeon sudah selesai di rapihkan dan barang-barang mereka udah dibawa, jadinya malam ini Hana beneran tidur dengan Juyeon yang untungnya masih berbentuk kucing.

Beneran tinggal tidur sih sekarang mah, soalnya tadi baik Hana ataupun Juyeon sama-sama udah ngisi perutnya. Hana juga untungnya lagi enggak begitu banyak tugas, jadi bisa langsung tidur.

Tidurnya ga sekasur kok meskipun masih tetep sekamar. Ibunya Juyeon yang nyuruh Hana naruh Juyeon yang berbentuk kucing di kasur yang telah dia sediakan untuk tidur, bahaya katanya kalo manusia tidur bareng kucing. Tapi kalo Juyeon kembali dalam bentuk manusia, Hana harus tidur sama Juyeon.

Padahal sih ya, Hana lebih takut sama Juyeon yang berbentuk manusia. Meskipun Juyeon ganteng, tetep aja jatohnya serem aja kalo tidur sekasur sama Juyeon.

Hana enggak biasa tidur sama cowok selain keluarganya, lagian terkahir kali Hana tidur sama cowok tuh pas Junghwan masih sd doang.

Hana harus bener-bener beradaptasi dengan Juyeon versi manusia.

"Juyeonie--ah enggak--tuan kucing," Hana mengelus bulu kucing yang baru saja tertidur itu. "kalo bangun jangan bikin saya jantungan ya? Saya harap kamu tetep berwujud kucing sampai saya bangun."

Soalnya Hana ga mau jantungnya rusak gara-gara ngeliat tubuh Juyeon yang polos terus-terusan.

Setelah Juyeon bener-bener tidur, Hana baru lah tidur di kasurnya. Biasanya sih Hana ga langsung tidur dan malah ngehayal dulu, tapi karena hari ini Hana capek jadinya dia langsung ketiduran begitu tubuhnya meluk guling.

"Hana."

Mendengar suara berat itu memanggil namanya Hana lantas mengedipkan matanya, tanda bingung.

Wait, perasaan tadi dia tidur, terus kenapa sekarang di hadapannya malah ada Juyeon. Mana pake baju putih-putih kaya malaikat mau ngajakin ke Surga.

Apa Hana lagi diambang kematiannya?

"Hana ini aku, Juyeon, suami kamu," ucap Juyeon lagi, kini lelaki itu memegang tangannya Hana.

"Ah iya terus kenapa?" Hana bertanya dengan bingung, dia belum sadar sepenuhnya kalo kini dia tengah bermimpi.

"Aku mau bicara, bisa?" pinta Juyeon pada Hana yang segera ditanggapi dengan anggukan. "Bisa."

Buat ukuran pasangan suami istri sebenernya keadaan sekarang terlalu canggung. Mana lagi kini mereka hanya duduk berdua diatas kursi kayu yang dicat putih.

"Ini alam bawah sadar kamu," ucap Juyeon sembari menatap Hana dengan intens.

Ditatap seperti itu Hana cuman bisa menahan napasnya. Bisa-bisanya Hana merasa gugup padahal ini kan cuman mimpi. "T-terus?"

Hana berasa kek orang bego, bisa-bisanya dia gagap di depan Juyeon.

"Haha santai aja Han," Juyeon tertawa kecil melihat kegugupan Hana, matanya sampai menghilang. Ini tawa paling manis yang pernah Hana lihat. "kita udah jadi suami istri kan? Santai aja kali sama akunya."

Oh shit, KENAPA JUYEON HARUS MENGGESER DUDUKNYA DAN MALAH MERANGKUL HANA SEKARANG?!

"Aa J-juyeon, bisa lepasin rangkulannya?" pinta Hana sembari mendorong tangan Juyeon, tapi malah ga berhasil. "i-ini emang dalam mimpi tapi tetep aja, aku ga nyaman--"

"Kalo aku ga gini kamu kapan bisa beradaptasinya?" Juyeon nampak memanyunkan bibirnya. Oh sial! Demagenya ga main-main cok! Hana merasa jantungnya akan segera rusak! "masa kamu mau terus-terusan minta aku jadi kucing? Ih nanti tuh suami kamu itu akuu, bukan kucingnyaa."

Iya emang nanti kalo kutukannya ilang suami Hana tuh Juyeon bukan kucingnya, tapi gimana ya Hana tetep ga bisa santai atuh lah!

Masalahnya dia belum terlalu kenal sama Juyeon, soalnya tiba-tiba dinikahin! Malah ngobrol langsung sama Juyeon aja baru sekarang, di alam mimpi pula ngobrolnya!

Hana akhirnya nyerah, yaudah lah biarin aja Juyeon mau ngapain juga, toh ini mimpi kan? Ketika bangun Hana pasti lupa, Hana yakin 100% soal itu.

"Yaudah iya."

"Gitu dong," Juyeon tersenyum puas sekarang. "kalo nurut sama Mas kan jadi tambah cantik kamunya."

Hana langsung menatap tajam Juyeon. Apa-apaan ni orang malah ngegombal, pake bilang dirinya Mas pula! Kalo Hana baper gimana?! "Wah ga sopan ya kamu, dateng ke mimpi aku terus ngegombal pula," omelnya yang membuat tawa Juyeon pecah.

"Oh bu guru ngambek ya?" tangan besar Juyeon mengusap wajah Hana, gadis itu lemes seketika. Hana mau jadi umbi-umbian aja lah! "tapi emang Hana cantik kok, Juyeon enggak bohong."

"Juyeon, udahan ngegombalnya bisa?"

"Ga bisaa--aaw! Ampun Hana jangan jewer telinga aku!" Juyeon meringgis kesakitan karena ulah Hana.

Biasanya sih Hana kalo ngejewer anak SD cuman buat nakut-nakutin, jewerannya pun enggak akan sakit. Tapi berhubung Juyeon bukan anak SD dan Hana enggak suka digombalin, jadinya jewerannya pada Juyeon udah ga pake rasa kasian lagi.

Suruh siapa ngegombalin Seo Hana.

"Makannya jangan ngegombal!" Hana lalu melepaskan jewerannya, kalo ngejewer Juyeon terlalu lama ya kasian juga.

"Iya-iya," Juyeon nampak cemberut. "kamu galak ya ternyata. Padahal aku pikir enggak."

"Aku enggak galak, aku cuman ga suka digombalin," soalnya kalo digombalin takutnya Hana malah baper, mana lagi yang ngegombalinnya ganteng. Masa dia baper sama orang yang berkunjung ke mimpinya? "kamu ngapain kesini? Maksudnya ke alam bawah sadar aku."

"Pengen deket aja sama istri sendiri, emang ga boleh?" tanya Juyeon dengan wajah menyebalkannya. "abis aku kesel, masa kamu minta aku berubah jadi kucing terus? Kamu tuh niat ngilangin kutukannya apa enggak sih?"

Yah ini orang malah merajuk seperti anak kecil. Duh, apa Juyeon aslinya kaya gini? Kalo iya Hana bisa tambah pusing!

Pusing karena keimutan Juyeon!

"Dibilangin aku belum terbiasa. Lagian kamu versi manusia dan versi kucing itu beda," kata Hana berusaha menjelaskan. "tapi aku bakal ngusahain buat beradaptasi kok."

"Bener nih?" tanya Juyeon enggak yakin.

"Iyaa."

"Awas loh kalo bohong."

Hana menganggukan kepalanya, ngapain dia bohong atuda? Kalo bohong mendingan ga usah capek-capek nikah sama Juyeon.

"Oh iya tuh kan lupa, aku tuh kesini tuh sebenernya mau bilang kalo aku bisa ngerti kamu ngomong apa, tapi tetep aku ga bisa ngendaliin tubuh aku karena yah yang ngendaliin tubuh aku ya kucing kampret itu."

"Hah?" Hana berusaha mencerna ucapan Juyeon barusan. "jadinya kamu cuman mantau apa gimana?"

"Iya kurang lebih gitu," Juyeon menganggukan kepalanya. "tapi, kucingnya juga kayanya ngerti kamu ngomong apa. Buktinya dia nurut sama kamu. Dan kayanya kamu bisa bikin dia ngelepasin kutukannya kalo bisa ngambil hatinya dan ngebujuk dia."

"Kalo misalnya aku berhasil ngambil hatinya tapi si kucing itu enggak mau ngelepasin kutukannya gimana?" Sempet-sempetnya Hana berpikir gitu, laknat banget emang.

"Aku ga tau, tapi kayanya kutukannya tetep bakal hilang. Ga mungkin dong selamanya itu kucing mau nempel terus. Emang dia ga mau reinkarnasi atau ke surga apa? Terus emang kamu mau selamanya punya suami kucing?" tanya Juyeon kesel. "lagian aku juga mau ngelanjutin hidup aku. Toh adek aku ga mungkin mau jadi direktur di perusahaan ayah. Dia mau jadi dokter katanya."

Hana menganggukan kepalanya. Iya juga sih, kutukannya ga mungkin berlaku buat selamanya. Optimis aja, pasti nanti hilang.

"Kalo nanti kutukan kamu ilang, kita gimana?" tanya Hana pelan. "apa kita bakal cerai?"

"Kamu takut cerai sama aku ya?" goda Juyeon lagi.

Ah sialan, Hana lagi nanya serius juga.

"Aku nanya serius, Lee Juyeon."

"Aku juga nanyanya serius Lee Hana."

Kayanya kalo kutukan Juyeon ilang, ini orang bakal sering adu bacot  sama Hana deh. "Aku bukan takut cerai sih, cuman yah masa aja di umur aku yang masih muda ini nanti malah jadi janda? Ga lucu banget."

"Hahahaha ya ga bakal lah!" Juyeon kayanya puas banget ngetawain Hana, udah lama ga ketawa kayanya teh. "aku enggak bakal ngeceraiin kamu."

"Emang kamu ga punya pacar?"

"Ngeledek ya? Aku jomblo tau!" Juyeon tampak memanyunkan bibirnya. "udah sekitar dua taunan jomblo."

"Kasian amat."

"Ye kamu juga sama kan?" Juyeon nampak enggak terima dikatain jomblo sama yang jomblo juga.

Iya sih Hana emang jomblo, terakhir kali pacaran sama cowok malah diputusin gara-gara Hana lebih milih kucing. Tapi perasaan Hana ga pernah bilang soal itu, makannya dia bingung.
"Hah, tahu darimana?"

"Sumedang."

"Anjink!" Hana tahan buat enggak mengumpati Juyeon sekaligus mukulin tangannya. "serius ihh Juyeon!"

"Hahaha ampun ampun!" tangan Juyeon berhasil nahan tangan Hana biar istrinya itu enggak lagi mukulin dia. "aku tahu dari Eric."

"Kamu kenal Eric?" Hana bingung lagi. Kok bisa Juyeon kenal sama temennya?

"Jangankan Eric, sama Yoshi juga aku kenal," balas Juyeon dengan sombongnya. "sama anak UKM lainnya juga aku kenal kok. Makannya aku tau kamu, Han."

"Tapi kok aku ga tau kamu."

"Ah kamu mah idupnya nolep, kucing mulu!"

"Sialan," lagi-lagi Hana memukul tangan Juyeon, enggak sakit sih untungnya.

"Eh tapi beneran ini aku tau kamu dari Eric, dulu kan pas ada kegiatan dia sering banget bikin snap wa sama kamu sampe-sampe aku kepo. Aku pikir kamu pacarnya Eric," ucap Juyeon jujur. "tapi untungnya bukan sih."

"Kenapa emang?"

"Ya kalo kamu pacarnya Eric berati aku ga bisa ngedeketin kamu. Tapi ternyata kamu bukan pacarnya Eric juga tetep aku ga bisa ngedeketin kamu. Keburu lulus duluan. Mana ga pernah dikasih nomer kamu sama si kampret Eric," curhat Juyeon panjang kali lebar.

"Lahh, aku kira kita seumuran," kata Hana kaget.

"Aku imut sih ya makannya kamu nyangka kita seumuran," Juyeon menyentuh sebelah pipinya, memasang pose sok imut. "padahal kita beda dua taun loh."

Hana malah rolling eyes, "Pede amat, Kak."

"Kak? Mas dong."

"Kok Mas?"

"Kan aku suami kamu."

"Tapi aku pengennya manggil Kakak, gimana dong?"

Juyeon lagi-lagi memanyunkan bibirnya sebal, "Ihh kamu mah!" tangan besarnya Juyeon kini menguyel pipi Hana, bikin Hana otomatis tertawa. Soalnya Juyeon lucu pas merajuk kaya anak kecil.

Hanya saja pas Hana selesai ketawa dan membuka matanya kembali dia malah terbangun dari mimpinya. Enggak ada tempat kosong dan kursi bercat putih, enggak ada Juyeon lagi. Yang ada cuman Hana dan keheningan malam.

"Ahh," kepala Hana mendadak sakit, ya maklum mendadak bangun gitu. Lagian kenapa juga harus bangun? Mimpinya jadi kerasa gantung.

Padahal kan, Hana masih pengen ngobrol sama Juyeon.

Hana merebahkan tubuhnya kembali, matanya menatap langit-langit kamar yang gelap.

Sekarang dia jadi beneran kepikiran kan kalo Juyeon beneran bisa ngomong bakal gimana? Apa lelaki itu senyebelin di mimpinya atau malah dingin banget sama Hana?

Tapi Hana berharap Juyeon enggak segitunya sama Hana.

Ada yang bilang mimpi itu bunga tidur, tapi ada yang bilang juga kalo kita mimpiin seseorang berati orang itu juga lagi mimikirin kita.

Tapi Hana merasa kedangan Juyeon ke mimpinya tadi terlalu nyata, malah Juyeon kaya sengaja datang ke mimpinya Hana buat berkomunikasi. Pemikiran yang ga logis emang tapi Hana percaya itu.

"Udah lah, moga Juyeon datang ke mimpi gue lagi," ucap Hana pelan sebelum dirinya kembali tertidur.

🍓🍓

Kalian mau Juyeon aslinya kaya gimana gaes? Dingin apa bucin?

Btw buat Younghoon stan yu mampir ke Mantan Tapi Menikah versi Younghoon yang ada di akun



Tunggu chapter selanjutnya ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top