14. Lamaran {KITA}
🔊 Dimohon meninggalkan jejak berupa vote & komen.
Mohon maaf atas typo,
Terima kasih
Waktu menunjukkan pukul 19:33
Semua orang yang ada di Penthouse ini sudah berada dilantai bawah, menyambut kedatangan keluarga calon suami ku.
Hatiku rasanya tergelitik, ketika mendengar atau menayebut kata itu (calon suami)
🎙🔊🎙🔊🎙🔊🎙
Melalui pengeras suara yang terpasang diseantero ruangan ini. Aku dapat mendengar suara seseorang yang menyebut dirinya sebagai MC.
Selain menjelaskan rangkaian acara malam ini. dia juga membacakan biodata kami secara singkat.
Sedikit mengesalkan untukku. Karena dibagian ini, Aku tidak bisa mendengar dengan jelas saat biodatanya dibacakan.
Jujur, masih ada keraguan di hati. Antara percaya atau tidak, acara ini memang diselenggarakan untukku.
Mikrofon yang tadi berada di tangan MC, kini sudah beralih. Kemudian terdengar suara pria yang mungkin sebaya dengan Papa.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh. Perkenalkan saya, Hardian Baskara. Kakak dari Bapak Harlan. Saya mewakili keluarga Baskara. Maksud dan tujuan kami adalah untuk melamar putri sulung Bapak dan Ibu Surya Atmoko, yang bernama Damithara Hanin Atmoko. Apakah Bapak dan Ibu berkenan menerima maksud serta tujuan kami datang kemari?"
Iya, benar sekali. Baru saja nama lengkap ku yang disebutkan.
Lalu terdengar suara Papa...
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Kami ucapakan terima kasih, atas kedatangan keluarga Baskara. Dan kami sekeluarga menerima dengan senang hati dan tangan terbuka. Namun alangkah lebih baiknya, apabila pertanyaan tersebut disampaikan oleh ananda dan dijawab oleh putri kami secara langsung"
Tak lama kemudian, terdengar derap langkah. Pintu kamar pun terbuka, terlihat wajah Biya...
"Turun, yuk!" ajaknya, tangan Biya terulur padaku
Kugenggam dengan erat tangan nya, yang berjalan disisiku.
Bismillahirrahmanirrahim, jadikanlah ini sebagai takdir yang baik untukku
Yaa Allah...
Sampai dilantai bawah pun, Aku masih menunduk. Sekilas masih ada rasa takut dihatiku. Biya masih menuntunku hingga ketempat dimana semestinya aku berdiri.
Ada celetukan-celetukan dari para keluarga yang hadir.
"Gadis nya nervous, masih malu-malu"
"Untuk Mas Arga, waktu dan tempat dipersilahkan!"
Oh... jadi namanya Arga ...
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Kok, suaranya mirip Mas Andra...... !
Saya Arganindra Mahameru Baskara, ingin memohon dengan kerelaan hati kepada Papa Surya dan Mama Lirih agar mengijinkan Saya untuk dapat mengarungi kehidupan ini bersama putri sulung Papa dan Mama.
Damithara Hanin Atmoko, maukah kamu menjalaninya bersamaku?"
Kuangkat wajah yang sedari tadi, tertunduk seraya mencerna apa yang diucapkannya
Mulai tertangkap oleh indera penglihatan ku. Bahwa baju batik yang dikenakan lelaki ini, senada dengan kain bawahan yang melekat di tubuhku.
Masya' Allah, Mas Andra... jadi benar ini, Mas Andra...
Astaghfirullah hal'azim...,
Astaghfirullah hal'azim...,
Astaghfirullah hal'azim...
Tak henti-hentinya, Aku beristighfar.. bukankah Dia akan menemui...
Kami berhadap-hadapan, Dia mencondongkan tubuhnya kedepan. Lalu diarahkan ke telinga sebelah kiriku, kemudian membisikkan...
"Tenang, ya... jawab sesuai kata hatimu. Semua akan baik-baik saja!" ucapannya bagai sebuah mantra sihir untuk ku
"Mbak!!" panggilan Richie membuatku menoleh ke arah kanan. Dimana Papa dan Mama ku berada. Kupejamkan kedua mataku
Ya, ini nyata!. Meskipun Aku masih harus meminta penjelasan kepada mereka semua terutama pada Mas Andra, tentang semua ini.
Bismillahirrahmanirrahim...
"Ya!. Saya mau dan bersedia menerima serta menjalani semua ini, bersama dengan Mas Arganindra!".
"Alhamdulillahi rabbil 'Alaamiin.."
Banyak ucapan syukur terdengar. Tak terkecuali dari Papa dan Mama ku.
Binar bahagia tampak diwajah mereka. Terlihat pula Papa yang mengusap sudut matanya, sama seperti yang Mama lakukan.
Tante Indira dan Mama sama-sama berdiri berhadap-hadapan. Tante Indira menyerahkan seserahan (atau yang dalam bahasa Jawa disebut peningset) kepada Mama.
Setelahnya Mas Andra, mengeluarkan sebuah kotak dari dalam sakunya untuk diberikan kepada Tante Indira...
Sebuah cincin dengan inisial namanya. Yang kemudian disematkan dijari manisku.
Kami kembali duduk ketempat yang sudah disediakan.
Meskipun berhadapan, Mas Andra duduk diantara kedua orangtuanya. Sementara Aku, duduk diantara Papa dan Mama.
Saat ini Om Harlan (Papa Mas Andra), sedang memperkenalkan satu persatu anggota keluarganya yang turut hadir malam ini.
Bukankah itu Bang Zain dan Arisya. Aku menatap tajam pada mereka. Arisya yang mengerti arti tatapan ku, kini berpegang erat pada lengan suaminya
Giliran Papa yang memperkenalkan para anggota keluarga kami
Selanjutnya adalah pembacaan do'a yang dipimpin oleh Om Haris. Dilanjutkan dengan sesi foto bersama.
📷📸📷📸📷📸📷
Kini saatnya Mama mempersilahkan seluruh yang hadir untuk menikmati hidangan yang tersedia.
Makanan-makanan ini memang menggoda seleraku. Saat tengah asik, mengisi piring yang berada ditangan ku...
"Selamat datang di keluarga kami. Nanti sampe Jakarta, main-main ya kerumah Bude!" ujar istri Pakde Hardi
"E... Iya, Bude!" jawabku canggung
Aku harus cepat-cepat menepi untuk menetralisir rasa bingungku, agar tak menjadi amarah.
Orang-orang disekitarku tau tentang semua ini. Aku merasa..... Arghhh....
Tenang Mitha... tenang...
Tampaknya balkon sedang kosong, Aku bisa makan sekaligus menepi disana
"Ternyata yang ada dipiringmu lebih menarik ya, Nda!. Dibandingkan Aku?!"
Mas Andra sudah duduk di sisi kananku.
"Haahh... apa tadi?" sepertinya Aku salah denger...
"Apanya?" Dia balik bertanya padaku
"Mas, panggil Saya, apa?"
"O... Nda!. Itu panggilan khusus buat kamu. Adinda, maksudnya!"
Dahiku berkerut dalam.
Aku-kamu???,
Panggilan khusus???
Aku hanya melihatnya sekilas, ada apa dengannya???
Kami makan dalam keheningan, hingga apa yang berada diatas piring tandas!.
"Mbak Mith... a, eh ada Mas Andra" ujar Richie terbata, saat mengetahui kebersamaan kami
"Ehm... itu keluarganya, mau pamit!" imbuhnya
Mas Andra bangkit dari duduknya, lalu menarik dan menggenggam tangan ku
"Kita masuk, ya!"
Ucapannya yang terkesan lembut, membuat tubuhku bergetar
"Pa, Ma, Andra permisi dulu! Ayo... Dek" pamitnya kepada orang tua serta kedua adikku
"Aku pulang dulu ya, Nda!" pamitnya padaku
Aku hanya bisa mengangguk. Setelah mengantar nya hingga lobby, yang kuinginkan saat ini hanyalah berada didalam kamar seorang diri.
Mr.Rese' -> Me
23:03
"Nda, sedang apa?"
23:10
"Sudah tidur kah?"
23:27
"Aku sayang kamu, Nda"
📲
Me -> Mr.Rese'
23:32
"Mas punya hutang PENJELASAN sama Aku!"
Yaa ampun... kok Aku pake Aku-Kamu sih... mana udah kebaca lagi, arghhh...😤
+628132833xxx -> Me
23:32
"Kamu belum tidur?"
Aku tau pesan ini dari Leon. Kamu sudah menghancurkan anganku tak bersisa. Jadi,
M A A F
To be continued
***Tinggalin jejak ya, Friends... Please🙏😘
Pc : ²⁴juli²0¹9
Published -> 25.7.19 16:48
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top