Bab: 47

Maaf ya, kupinjam dulu namamu saat ada yang bertanya siapa pacarku. Abisnya, memilikimu secara nyata itu jelas mustahil.

***

Sesi foto prewed ke-dua sang Kakak berlangsung di sebuah jalanan kosong, seperti ide pasangan tiktok yang sudah-sudah.

Kiana melirik jam tangan. Berfoto di pepohonan tadi saja bisa menghabiskan waktu setengah hari. Bagaimana dengan yang ini? Belum lagi dengan sesi foto terakhir.

"Gimana cara bilang ke kakak gue ya biar dia peka persingkat waktu? Ini mah double kill capeknya di gue. Dia malah ketawa-ketawa doang di sana." Keluh Kiana.

"Iri lo?" Balas Rama.

Kiana menatap Rama sambil mengernyit dahi. Sebelah kakinya sontak menendang baru secara asal.

"Najis!" Umpatnya. "Lo paham maksud gue gak sih? Gue tau ini moment berharga buat dia, untuk jadi kenang-kenangan di undangan nikahnya. Tapi bisa gak sih serius fotonya? Gausah buang-buang durasi. Sumpah, dunia gak berputar buat mereka doang!"

Detik selanjutnya Kiana beralih pergi. Ia memilih menunggu di mobil saja. Ia akan mengawasi sang kakak dari sini saja. Lagian apa yang akan mereka lakukan dengan seorang fotografer di tengah-tengah mereka?

Sementara Rama. Tadinya lelaki itu hanya diam di tempat. Namun tak lama, ia berjalan mendekati Mia dan calonnya. Terserahlah apa yang akan dilakukan lelaki itu. Kiana tak peduli.

Kiana memilih lanjut membaca novelnya. Namun sial, begitu mulai terlena dengan bacaannya, Kiana malah dibuat gagal fokus dengan nama pemeran utama laki-laki di novel itu.

Namanya Aksa.

Astaga, dari sekian banyak nama di semesta, kenapa tiba-tiba malah ketemu dengan nama yang sama! Kiana sudah lama tidak mengingatnya! Dan sekarang Kiana jadi ingat lagi karena membaca ini.

Kiana menutup novel itu bersamaan dengan sang kakak yang membuka pintu mobil sebab sesi fotonya sudah selesai.

"Masih aman kan, Ki?" Tanya sang Kakak setelah sekian lama sibuk dengan pasangannya sendiri.

"Gue gak mau tau traktiran gue dua kali lipat!" Putus Kiana.

"Okey! Aman."

Ngomong-ngomong, Rama menyusul mereka dengan motor. Jadi saat ini, lelaki itu juga sedang mengendarai motor di belakang mereka.

Mia kembali sibuk bertukar tawa dengan calon suaminya, sementara Kiana sibuk pula memandang keluar jendela. Tak lama ia mengembuskan napas panjang sambil melirik jam tangan. Satu sesi foto lagi dan mereka akan pulang.

***

Pantai, adalah objek terakhir untuk sesi pengambilan foto prewed sang kakak. Dan yang menjadi fotografernya adalah Rama.

Kiana sebenarnya suka pantai. Ia sangat suka menyaksikan keindahan alam secara nyata. Tapi untuk hari ini ia mendadak tak bersemangat sebab beberapa menit lalu ia baru saja datang bulan.

Drama membeli pembalut dan numpang toilet di pertamina sudah membuat energi Kiana terkuras habis. Belum lagi tadinya ia sempat berdebat dengan kakaknya untuk minta tolong agar gadis itu saja yang masuk ke toko membelikan pembalut. Namun Mia menolak mentah. Padahal Kiana sudah memohon-mohon. Jatuh sudah harga dirinya di hadapan calon abang ipar. Tapi melihat tak ada pembelaanpun yang keluar dari mulut Ardi, yasudahlah, Kiana tak peduli lagi.

Air kelapa muda di hadapannya seolah seperti pajangan saja. Kiana belum menyentuhnya sama sekali. Saat ini ia sibuk menyilangkan kaki sambil meremas kedua tangannya. Datang bulan di hari pertama memang tak senyaman ini.

Kiana berkali-kali mengembuskan napas pasrah. Pemandangan pantai di hadapannya seolah tak menggiurkan sama sekali. Yang ia pikirkan saat ini hanya pulang. Itu saja.

Selain ponsel, barang yang Kiana bawa saat keluar dari mobil tadi adalah novel. Ranselnya saja tertinggal. Untungnya Kiana menyimpan uang sisa kembalian di sakunya hingga bisa membayar air kelapa ini. Sebenarnya Kiana memesan ini agar ia bisa dapat tempat untuk duduk, itu saja.

Tangannya tergerak untuk membuka kembali bab pertama di novel itu.

Selesai membaca satu bab, Kiana bernapas lega. Untung tidak mirip dengan kisahnya.

Di buku ini menceritakan tentang seorang perempuan yang jatuh cinta dengan pacar adiknya sendiri. Diluar nalar memang. Kiana memutuskan untuk tetap lanjut membacanya meski kerap sakit mata saat nama 'Aksa' itu muncul.

Kiana sukses dibuat geleng-geleng kepala selama membaca cerita itu. Bagaimana bisa seorang mahasiswi semester akhir jatuh cinta dengan siswa kelas 3 SMA! Mana pacar adiknya pula!

Seumur-umur Kiana belum pernah jatuh cinta dengan lelaki yang usianya lebih muda darinya. Kiana pecinta lelaki matang dan mapan!

Alih-alih ilfeel dengan ceritanya, Kiana malah dibuat penasaran dan ketagihan membacanya hingga selesai.

Namun konsentrasi Kiana dibuat buyar saat seseorang tiba-tiba duduk di hadapannya.

Seorang lelaki yang tidak ia kenal. Penampilannya menarik, tapi sepertinya orang ini buaya.

"Lagi sendiri ya?" Tanyanya.

Kiana sudah bisa menilai jelas saat lelaki itu melayangkan pertanyaan pertama. Pertanyaan bodoh macam apa itu?

Kiana pura-pura menempelkan ponselnya ke telinga.

"Sayang, udah sampai dimana?" Kiana mengabaikan lelaki di hadapannya. Bukannya sok cantik, tapi Kiana sedang tak ingin membuang-buang waktu sekarang.

"Oke, jangan lama-lama ya." Ujarnya lagi, meski sebenarnya tidak sedang menelpon siapapun.

Selanjutnya Kiana kembali membaca bukunya, dan tetap tidak memedulikan lelaki itu. Tak lama, dia akhirnya pergi. Diam-diam, Kiana mengekori gerak-gerik lelaki itu hingga ia bertemu dengan dua orang lainnya. Lelaki itu menggeleng, hingga salah satu dari orang itu menepuk-nepuk pundaknya. Sepertinya mereka berteman dan sedang mencari mangsa. Maaf saja, tapi Kiana suka laki-laki mahal!

Begitu mengalihkan pandanganya ke arah pantai, Kiana kembali dibuat emosi saat seseorang membidikkan kamera ke arahnya.

"Lancang lo ya!" Sungutnya membara kala melihat Rama mengarahkan kamera padanya. Lelaki itu sontak menjauhkan kamera itu dari pengelihatannya.

"Kenapa sih? Gue lagi fotoin Kak Mia sama Bang Ardi tuh!" Balas Rama sambil menunjuk ke arah Kiana. Saat itu juga Kiana menoleh ke belakang. Ternyata Mia dan Ardi memang sedang jalan di belakangnya.

Sial! Dia malu!

"Sesi fotonya udah selesai. Lo mau gue fotoin gak?" Meski sudah dituduh yang tidak-tidak, Rama tetap berbaik hati menawarkannya.

Kiana bangkit. "Gak mood!" Jawabnya sambil melenggang pergi.

Rama mengedikkan bahunya tak acuh, lantas kembali mengangkat kameranya dan membidiknya beberapa kali.

Melihat sang kakak yang kini sibuk membeli minuman, Kiana memilih ke toilet. Menahan buang air kecil saat sedang datang bulan rasanya sakit dan benar-benar tak nyaman.

Namun kondisi toilet disini tidaklah bagus. Ada retakan besar di lantai. Namun meski sudah mengetahuinya. Setelah selesai buang air kecil, ia malah lupa hingga tak sengaja menginjak retakan lantai itu dan pinggir kakinya terasa sakit sekarang.

Sialnya, entah kenapa Kiana malah memakai sandal. Padahal ia sedang bepergian jauh.

Kakinya terasa kebas saat ini. Namun Kiana tetap berjalan menghampiri kakaknya. Ngomong-ngomong, mereka belum bicara sejak perdebatan membeli pembalut tadi.

"Ki? Darimana aja? Daritadi kita nungguin loh. Nih, minum dulu." Ujar sang kakak saat pertama kali melihatnya. Gadis itu mengulurkan sebuah minuman berwarna merah.

Kiana tersenyum kecil. Namun ia merasa ada yang tak beres dengan kakinya, Kiana sontak menurunkan pandangannya.

"Astaga, Kia! Kaki lo berdarah!" Ternyata sang kakak juga mengikuti arah pandangannya.

Seingatnya tadi hanya tergores kecil. Tapi sekarang kenapa malah berdarah? Tidak sedikit pula.

Detik selanjutnya, Kiana merasa pandangannya sedikit buram. Jeritan sang Kakak terdengar samar olehnya. Perlahan, Kiana memejamkan matanya sempurna.

***

TBC!

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar ya!

Follow Me!

Instagram: @natasya.ylr

Tiktok: @natasya_naa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top