Bab: 3

Makin dewasa hidup terasa serba mengejar. Mulai dari mimpi, kesuksesan, kebahagiaan orang tua, dan kamu.

***

Setelah mengganti pakaian dan membersihkan diri, Kiana merebahkan tubuhnya. Tangannya beralih memainkan ponsel yang sedang di-charger.

Saat ini ia sedang mengedit foto di pernikahan Balqis tadi. Ia berniat mempostingnya malam ini juga. Sayang jika ditunda besok. Lagipula saat ini Kiana juga sedang menganggur dan bisa begadang.

Sedikit menguap karena ngantuk dan kelelahan, Kiana menahannya demi bisa mengedit minimal satu foto saja.

Selesai mengedit foto, yang ia lakukan selanjutnya adalah memilih lagu yang cocok. Kurang lengkap rasanya jika postingan story tanpa musik.

A thousand years versi James Arthur akhirnya menjadi backsound dari postingan story pernikahan Balqis dan Baskara. Di foto itu keduanya tampak serasi. Lagi-lagi Kiana merasa sesak sekaligus terharu melihat sahabat dekatnya kini telah menikah.

Setelah menandai akun Balqis dan memposting foto itu, Kiana memejamkan matanya sebentar. Mungkin ia akan tidur untuk beberapa menit ke depan, dan akan bangun lagi untuk melanjutkan editan fotonya.

Mendengar bunyi notifikasi tepat di sebelah telinganya, Kiana kaget. Setengah pusing, ia akhirnya membuka ponselnya dan melihat ada balasan pesan dari Balqis.

Rasa kantuk Kiana mendadak hilang. Kini terjawab sudah pertanyaan yang mengganjal di benaknya sejak tadi. Mungkin Balqis mengira jika Aksa angkatan dua tahun di atas mereka, sebab ia mengundang 3 angkatan. Angkatan setahun di atas mereka, alumni seangkatan, dan angkatan setahun di bawah mereka.

Baru saja jarinya bergerak untuk membalas pesan Balqis, ada satu notifikasi lagi dari seseorang. Melihat username akun yang muncul di layar ponselnya sontak membuat Kiana merubah posisinya menjadi duduk.

Jantungnya berdebar kencang. Sudah lama perasaan deg-degan ini tidak muncul. Bagaimana tidak? Seseorang yang baru saja mengiriminya pesan adalah Aksa Radhika.

What?! Dia memanggil Kiana dengan sebutan nama penanya?

Na merupakan nama pena Kiana sejak terjun ke dunia kepenulisan. Na Kia, itulah nama penanya. Mengingat Kiana tak punya nama panjang, jadilah ia memindahkan dua huruf nama belakangnya.

Tapi masalahnya, tak pernah ada yang memanggil Kiana dengan sebutan Na, kecuali pembacanya. Saat mereka sekolah dulu bahkan Aksa memanggil nama lengkapnya saja. Itu pun sangat jarang.

Kiana berniat untuk membalasnya besok pagi saja. Tapi ia penasaran, sekaligus tidak tega juga membiarkan pesan itu begitu saja mengingat sejak dulu Kiana memang selalu menunggu-nunggu momment Aksa mengiriminya pesan duluan.

Setelah mempertimbangkan beberapa saat, akhirnya Kiana membalas pesan lelaki itu.

Tak butuh waktu lama, lelaki itu kembali membalas pesannya.

Kiana semakin merasa deg-degan. Ada banyak asumsi yang menari-nari di pikirannya. Kira-kira apa yang mau dibicarakan oleh seorang Aksa dengannya?

Tapi ngomong-ngomong, logat bicaranya sudah berubah. Biasanya dulu dia memanggil dirinya dengan sebutan 'gue'. Sekarang sudah berubah menjadi 'saya'. Jujur, versi sekarang lebih terkesan berwibawa.

Kiana langsung mematikan data ponselnya. Ini keputusan ternekat yang ia lakukan. Tapi apa boleh buat? Lagipula sekarang ia sudah cukup besar. Perihal apapun yang akan dibicarakan Aksa besok, Kiana juga sekalian ingin menyelesaikan semuanya.

***

8 tahun lalu...

Tepat di hari perpisahan sekolah angkatan kakak kelasnya, banyak adik kelas yang mengisi acara untuk meramaikan. Termasuk Kiana, tentunya.

Kiana yang sejak awal masuk ekskul paduan suara tentu saja bertugas menyanyi di acara itu. Bukan sendiri, melainkan bersama anggota lainnya.

Hanya saja, di momment itu Kiana berlatih habis-habisan sepulang sekolah hingga H-1 tenggorokannya terasa perih dan sakit.

Tapi Kiana tak gentar. Ia tetap ingin memberikan penampilan terakhir yang berkesan di hadapan kakak kelasnya, terutama Aksa.

Jujur saja, momment perpisahan sekolah Aksa saat itu merupakan momment memalukan sepanjang hidupnya.

Kiana benar-benar merendahkan dirinya di hadapan Aksa, serendah-rendahnya. Hal yang membuat dirinya rendah ialah ketika Aksa tak merespon tindakannya.

Setelah menyelesaikan penampilan lagu terakhir, semua anggota paduan suara yang sejak awal memang menyisipkan setangkai bunga di belakang seragam masing-masing akhirnya berpencar dan memberikan bunga itu secara random kepada Kakak kelas mereka.

Sebenarnya ide itu disampaikan oleh Kiana dan disetujui oleh guru pelatih mereka.

Saat anggota yang lain patungan dan membelinya di satu tempat, Kiana memilih untuk membeli dan memilihnya sendiri. Itulah sebabnya bunga milik Kiana berbeda dari bunga anggota lainnya. Tak lupa menyisipkan surat ditengahnya.

Kiana tahu bahwa saat itu Aksa duduk di bagian depan. Begitu ia berjalan menuju meja lelaki itu, Kiana menundukkan wajahnya, tak berani menatap wajah Aksa. Bodohnya, Kiana langsung berlutut, dan begitu wajahnya mendongak, dilihatnya Aksa kini tidak lagi ditempat. Lelaki itu beralih pergi. Hal itu membuat kakak kelas yang menyaksikannya malah tertawa.

Sembari menahan malu namun tak putus asa, Kiana bangkit dan mengejar Aksa. Ia menghadang langkah lelaki itu dan menyodorkan bunga pemberiannya.

"Buat Kak Aksa." Ujar Kiana saat itu dengan wajah merah padam serta tubuh yang tremor.

"Gak suka bunga." Balas lelaki itu, lantas beralih pergi.

Sumpah demi apapun itu adalah momment paling memalukan. Untung saja saat itu Dania datang dan mengambil bunga itu. Lantas menyuruh Kiana untuk kembali ke barisannya melakukan salam penutup bersama anggota paduan suara lainnya.

***

Nyatanya Kiana masih menyimpan bunga dan surat itu. Paginya, ia menggeledah lemari bukunya dan mendapati benda itu dalam keadaan warna yang sudah luntur.

Surat dan tulisannya masih utuh. Tanpa membukanya pun, Kiana sudah hapal dengan isinya.

Tak tahu apa yang akan terjadi jika seandainya saat itu Aksa menerima bunga pemberiannya. Jujur saja, dulu Kiana tak pernah memikirkan resiko apapun.

Andai saja saat itu Dania tidak datang, mungkin bisa dipastikan bahwa Kiana akan menangis saat itu juga. Setidaknya kejadian itu tak terjadi dan Kiana masih bisa menahan tangisnya hingga selesai tampil.

Tapi bodohnya, meski diperlakukan tidak baik oleh Aksa, hatinya masih saja kukuh menjadikan lelaki itu sebagai orang yang nomor satu di hatinya.

Dan sekarang, Kiana harus mempersiapkan diri sebab nanti malam ia akan bertemu dengan sosok yang selama ini selalu memenuhi ruang di hatinya. Aksa Radhika.

***

TBC!

Jangan lupa follow akunku ya.

Ig: @natasya.ylr
Tiktok: @natasya_naa

See you next part👋🏻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top