Bab: 17

Maaf di mata sahabatku, kau penjahat.

***

Alih-alih merasa tersinggung dengan kalimat Balqis tadi sore, Kiana memilih untuk tidak egois dan melupakan sejenak kejadian yang mengganjal hati hari ini. Tidak lama lagi. Besok mereka akan pulang, dan dia harus terus mengikuti kegiatan ini dengan bahagia. Let it flow.

Hasil pancingan para lelaki sore tadi hanya satu ikan gabus berukuran sedang. Jadilah, daripada tidak ada sama sekali.

Itu saja mampu membuat Medina sangat bangga dengan pacarnya.

Tidak ada game malam ini. Semuanya lelah sebab kegiatan bakar-bakar dan makan-makan. Penutup kegiatan mereka adalah bernyanyi diiringi gitar. Jangan tanya siapa yang membawa benda itu. Sudah pasti hasil sewa.

Mulai dari musik happy hingga musik sendu. Semuanya kompak menatap lirik lagu lewat ponsel dan bernyanyi bersama.

"Terlalu besarku taruh harapan pada dirimu. Itu alasanku lama tanpa dirimu. Mereka yang bilang ku akan dapat lebih darimu, tak mungkin. Semua itu tak mudah..."

Entah siapa yang memilih lagu itu, tapi Kiana sangat setuju dengan liriknya!

Bukan hanya mereka saja yang heboh. Pengunjung yang lain juga sama seperti mereka. Semuanya sibuk dengan anggotanya masing-masing.

"Cintaku bertepuk, harap yang tak ada. Rintihan nada asmara. Kau kehidupanku, meski kau tau tak tau. Ada aku di hidupmu..."

Di tengah-tengah bernyanyi, Kiana tak sengaja menatap seseorang yang kebetulan juga sedang menatapnya saat ini.

Orang itu sedang berdiri. Tubuhnya menghadap ke arah danau, namun matanya menatap yang lain. Dengan kepula asap rokok yang baru saja diembuskannya. Orang itu adalah Rama.

Kiana tersenyum sekilas, lalu memutus kontak mata lebih dulu.

***

Kiana menikmati malam ini. Meskipun tubuhnya terasa remuk, namun matanya tak kunjung terpejam. Padahal hari sudah menunjukkan pukul setengah satu malam.

Ia mendapat jatah di pinggir, Medina di sebelahnya, lalu Balqis, dan Dania di paling pojok bagian pintu keluar-masuk.

Kiana merubah posisinya menghadap Medina. Kedua matanya terbuka. Tiba-tiba Medina juga merubah posisi menghadapnya. Kedua mata gadis itu terpejam, namun keliatan masih bergerak, seperti anak kecil yang terpaksa disuruh tidur siang oleh ibunya.

"Belum tidur?" Bisik Kiana iseng.

Benar saja. Medina langsung membuka matanya, dan tersenyum.

"Gak bisa tidur gue." Ujarnya.

"Kalian belum tidur juga?" Itu suara Balqis.

Ketiganya kompak merubah posisi menjadi duduk. Mata mereka masih melek. Mungkin akibat mengonsumsi kopi susu beberapa jam lalu.

Dania yang keliatan sudah tertidur pulas lantas merentangkan otot-otot kaki-tangannya, dan membuka mata. Gadis itu menguap.

"Kenapa?" Tanyanya dengan ekspresi ngantuk.

"Belum ngantuk." Jawab Balqis.

"Hmm, gue duluan ya." Dania beralih membelakangi mereka. Tampaknya hanya gadis itu yang tak mempan dengan kopi.

"Gue liat Randi sama sekali gak megang hp selama kita di sini. Gue pikir dia yang bakalan heboh." Balqis memulai obrolan lebih dulu. Dan target pertamanya adalah Medina.

Ngomong-ngomong, Randi adalah seorang tiktokers. Ya, walaupun belum centang biru. Tapi setiap videonya di-like oleh ribuan orang.

"Gak cuma di sini aja. Gue pernah buat perjanjian sama dia. Kalau lagi sama gue, gak bakal ada kamera." Jawab Medina.

"Bagus dong. Dia bisa nahan gak buat konten, padahal view-nya cantik banget demi gak melanggar janji sama lo." Salut Balqis.

"Tapi gue salut sih, Me. Lo akhirnya bisa balikan sama mantan. Ya maksud gue kalian sama-sama bisa ngilangin ego." Ujar Kiana.

Ngomong-ngomong, dulu Medina dan Randi pernah pacaran ketika SMA. Memang beda sekolah, beda angkatan pula. Randi ini seangkatan dengan Aksa, keduanya ada kakak kelas mereka. Medina dan Kiana sama-sama jatuh cinta dengan kakak kelas.

Hubungan keduanya kandas ketika Randi memilih fokus ujian. Katanya hanya break. Tapi hingga bertahun-tahun lelaki itu tak kunjung ada kabar. Hingga Randi sudah berhasil menjadi tiktokers, dan Medina menyelesaikan kuliahnya, keduanya akhirnya kembali. Entah bagaimana mereka memulainya, biarlah itu menjadi rahasia keduanya.

Medina mengembuskan napas pasrah. "Awalnya dia yang minta untuk privasi hubungan ini. Sekalian aja gue minta untuk jangan ada kamera selagi dia di dekat gue. Gue cuma mau mempertegas permintaan dia."

"Astaga, Me! Itu artinya dia takut kalian go public? Dia takut apa malu sih?" Ujar Balqis blak-blakan.

"Bukan gitu, Qis. Bisa jadi dia takut followers-nya kecewa karena dia udah punya pasangan. Kan banyak fans yang fanatik." Kiana berusaha menengahi.

"Gue ngerti maksud lo, Qis. Mungkin dia malu, sekaligus takut kalau ternyata pasangan dia gak sesuai sama ekpektasi netizen. Soalnya netizen tuh punya anggapan kalau si ganteng hanya milik si cantik." Jawab Medina.

Kiana menepuk bahu gadis itu. "Kok lo malah insecure. Lo juga cantik tau."

Medina tersenyum. "Percuma cantik kalau cupu."

"Itumah namanya lo nyindir gue, Me!" Ketus Kiana. Keduanya kini tertawa.

"Btw, Qis. Lo gak ada niatan mau honey moon gitu? Kasian loh, siapa tau Baskara nya boring kerja mulu." Medina kini mengalihkan topik obrolan.

"Boring apaan? Yang ada gue yang boring, Me! Dia kalau lagi boring kerja paling keluar, main sama temen-temennya sampai pulang larut. Pulang-pulang minta jatah. Apanya yang bikin boring coba." Balqis berujar tanpa filter, seolah lupa jika teman-temannya belum menikah sepertinya.

"Maksud gue, Qis, kalian punya quality time berdua gitu loh. Biar promilnya berjalan lancar trus dedenya jadi deh." Jelas Medina.

Balqis mengembuskan napas pasrah. "Kalau belum rezekinya hamil ya mau gimana lagi, Me."

"Semua pasti ada hikmahnya kok, Qis. Buktinya sekarang lo masih bisa healing sama kita, padahal lo udah nikah, yakan?" Ucapan Kiana barusan tak sepenuhnya salah. Balqis mengangguk.

"Setuju sih." Sahut Medina.

"Me!" Balqis mendekatkan dirinya pada Medina lantas membisikkan sesuatu pada telinga gadis itu.

Tak lama, Medina lantas menggeleng dan menaikkan kedua bahunya serentak.

"Apasih?" Tanya Kiana.

"Balqis nanya, gue tau gak siapa cowok lo." Jelas Medina.

Kiana tak menjawab.

"Nah ini. Makanya gue males nanya sama orangnya langsung. Udah pasti gak dijawab sih." Ujar Balqis terang-terangan.

"Gimana gue mau cerita kalau orangnya aja gak ada di sini." Balas Kiana.

"Lo berantem sama cowok lo?" Tanya Balqis.

Kiana menggeleng.

Balqis berdecak kesal. "Ya, apapun masalah kalian. Intinya gue cuma mau liat fotonya doang. Atau, minimal spill nama aja udah."

"Cowok dua tenda di sebelah kita." Tebak Medina asal.

Balqis kini ikut-ikutan. "Hah? Cowok yang nolongin lo tadi sore? Siapa sih namanya?"

"Gue gak tau!" Ketus Kiana.

"Sama dia juga gapapa kok, Ki. Yang penting jangan sama si itu." Ujar Balqis.

"Si itu siapa?" Pancing Medina.

"You know lah."

Medina berdecak. "Halah, pas lo nikahan juga dia lo undang. Jangan salahin Kia kalau dia makin gamon."

"Salah gue? Mana gue tau dia bakalan dateng. Gue ngundang angkatan setahun di atas, sama di bawah kita. Lagian jelas-jelas dia tau kalau Kia sahabat gue. Otomatis Kia hadir di pernikahan gue. Dia nya aja yang sengaja nunjukin diri biar Kia makin gamon sama dia!" Medina malah berapi-api.

Gadis itu kembali melanjutkan omongannya. "Denger, Ki. Dia jelas-jelas bukan cowok baik. Dia sengaja bikin lo gak bisa ngelupain dia dengan sekali pertemuan kemarin!"

Medina mengambil jalan tengah. "Dah-udah! Jam dua teng nih. Yang ada besok pagi malah kesiangan lagi. Kasian laki kita."

Gadis itu beralih tidur lebih dulu. Disusul Kiana dan Balqis di sebelahnya.

Dari semua pembahasan topik malam ini, tampaknya topik Kiana-Aksa masih sulit untuk diterima.

***

TBC!

Yuk follow akunku

Ig @natasya.ylr

Tt @natasya_naa

See you next part 👋🏻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top