Who Are You?
"Hooo... kau berani memotong ucapanku, Taiga?"
"Tentu saja, hik... kau pikir kau siapa? Dan bukankah kubilang hik... untuk menutup mulutmu?"
"Jika aku menolak?"
"Kau akan menyesalinya hik... sudah menantangku, Akashi..."
"Aku ingin tahu apa yang akan kau lakukan untuk membuatku di..."
Ucapan Akashi terpotong karena tiba-tiba Kagami menarik bagian leher baju Akashi dan mencium bibir sang leader!
.
.
.
Kiseki no Sedai Music
Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi
Genre: Friendship, Drama, Hurt/Comfort, Romance (?)
Warning: OOC, OOT, AU, OC, typo bertebaran dan alur yang gak jelas
Lagu-lagu yang muncul merupakan image song Kuroko no Basket walau tidak menutup kemungkinan ada lagu lain yang nyasar
.
.
The Other Self
.
.
Semua orang masih terpaku melihat kejadian itu. Seorang Akashi Seijuro dibuat diam karena sebuah ciuman dari Kagami? Ketika Kagami melepaskan ciumannya, dia menatap Akashi dengan senyum penuh kemenangan.
"Bukankah sudah hik... kubilang jika aku akan menutup hik... mulutmu?"
Akashi menatap Kagami tidak percaya. Apa yang baru saja dilakukan anggota barunya?
"Dari ekspresimu yang hik...seperti itu... biar kutebak... ini... ciuman pertamamu?"
Bingo! Akashi benar-benar tidak tahu harus berekspresi bagaimana saat melihat wajah tertawa Kagami. Ingatkan dia untuk menghukum Kise nanti yang telah membuat rencana konyol dan dia yang harus jadi korban.
"Sepertinya harga dirimu hik... sudah runtuh hik... Tuan Akashi..."
Tentu saja harga diri Akashi runtuh karena ciuman pertamanya diambil oleh seorang (yang dianggapnya) lelaki!
Dengan segala emosi yang meluap, pemuda merah marun itu meraih gunting yang entah bagaimana ada di atas meja.
"Akashi!"
"Akashicchi!"
"Akashi-kun!"
"Aka-chin!"
Semua orang berteriak bersamaan untuk menghentikan aksi pembantaian yang mungkin akan dilakukan sang leader. Namun yang benar-benar berani menahan tangan Akashi adalah Kuroko.
"Jika kalian hik... membantahku, aku hik... akan pastikan jika hik... mulut kalian tertutup kembali hik..."
Dia bahkan lebih menyeramkan daripada leader kita! Batin pemuda Kiseki no Sedai sweatdrop.
"Aomine-kun, sebaiknya kalian urus Akashi-kun. Biar aku yang urus Kagami-kun." bisik Kuroko pada Aomine.
"Baiklah Tetsu, berhati-hatilah. Dia sangat berbahaya saat ini."
Kuroko hanya mengangguk meyakinkan sementara Aomine memberi kode agar teman-temannya membawa Akashi keluar dari tempat itu. Meninggalkan Kuroko dan Kagami berdua di sana.
"Kagami-kun," Kuroko menepuk pundak Kagami pelan.
Kagami menoleh menatap Kuroko dengan wajah malas.
"Dan kau! Berapa hik... kali kubilang untuk hik... tidak mengejutkanku? Hawa keberadaanmu hik... bahkan lebih tipis dari hik... Chi-chan!"
Kuroko menatap Kagami penasaran. Ia pernah mendengar Kagami mengucapkan nama itu saat ia mengoper bola yang hendak menghantam wajah Kagami. Tapi siapa Chi-chan yang dimaksud Kagami ini?
"Ne, Kagami-kun... Chi-chan itu siapa?" Tanya Kuroko.
Kagami terdiam cukup lama sebelum ekspresi wajahnya berubah menjadi sedih dan depresi.
"Dia... adalah orang hik... yang selalu mendukungku untuk hik... bermain basket. Dan darinya juga hik... aku belajar untuk hik... tidak menyerah dengan hik... keterbatasan kita... Ah... dia juga teman berlatihku hik... bermain basket jika kakakku sibuk..."
"Kau punya kakak?" Kuroko sedikit terkejut karena dia baru tahu jika Kagami memiliki saudara.
"Tentu saja! Aku bahkan hik... bisa terjebak dalam situasi hik... ini karena dia!"
"Lalu dimana kakakmu sekarang?"
"Dia hik... ada di New York. Sudah hampir sebulan dia hik... koma."
Kuroko terdiam. Apa mungkin Kagami bergabung di Kiseki no Sedai demi mencari uang untuk biaya perawatan kakaknya? Jika benar begitu, pastilah Kagami sangat menyanyangi kakaknya sampai dia rela pergi dari New York ke Jepang. Pemuda baby blue itu tanpa sadar tersenyum. Pasti Kagami berusaha dengan sangat keras untuk bisa masuk Kiseki no Sedai.
"Kagami-kun..."
Kuroko hendak berbicara lagi pada Kagami, namun gadis itu tiba-tiba terjatuh di pangkuannya dengan mata terpejam. Ia tertidur.
***
Kagami membuka matanya perlahan dan menatap sekeliling. Sinar mentari yang menyilaukan masuk melewati celah jendela kamarnya. Gadis itu memegangi kepalanya yang masih terasa agak pusing.
"Apa yang sudah terjadi?"
Kagami berusaha mengingat-ingat apa saja yang dilakukannya semalam. Ia kemarin ikut konser, lalu ada jumpa pers setelahnya, kemudian saat ia mau istirahat, Aomine datang dan membawanya ke tempat para anggota Kiseki no Sedai mengadakan pesta kecil untuknya. Dia juga sempat bercanda dengan mereka. Setelah itu... apa yang terjadi? Gawat, sekuat apapun Kagami mengingatnya, ia tetap tidak ingat kejadian setelahnya. Lalu bagaimana bisa ia tidur di kamarnya?
Gadis itu terbangun kaget. Ia menatap pakaian yang dikenakannya. Pakaiannya tetap sama saat terakhir kali ia memasuki dorm semalam jadi ia sedikit bisa bernafas lega. Setidaknya tidak ada yang mencoba menggantikan bajunya. Tapi kenapa ia tidak bisa mengingat kejadian setelah pesta kecil itu?
Tunggu dulu! Semalam ia sempat pergi ke toilet, lalu saat kembali, Akashi menawarkan segelas jus padanya. Lalu... eh?! Apa jangan-jangan Akashi memasukkan sesuatu dalam jus itu? Kagami mengingat kembali ucapannya yang menolak minuman beralkohol yang ditawarkan Aomine. Apa semalam dia... mabuk?!
Kagami bergegas turun dari tempat tidurnya dan meneliti seluruh penjuru kamarnya. Memastikan jika tidak ada yang hilang ataupun yang digeledah orang. Untunglah semuanya sama seperti semula. Tapi pikiran gadis itu masih tidak tenang. Ia mondar-mandir dengan gelisah di kamarnya. Ia mabuk semalam, itulah sebabnya ia tidak ingat apa yang terjadi hingga ia bisa tertidur di kamarnya. Apa yang semalam dilakukannya? Apa yang dikatakannya saat ia hilang kesadaran? Jika memikirkan hal itu, Kagami benar-benar takut. Apa semalam ia membocorkan identitasnya sendiri? Atau malah ia berbuat sesuatu yang memalukan?
Kagami berjalan ke arah jendela kamarnya dan membukanya. Setidaknya udara pagi yang ia hirup mungkin bisa membantunya untuk menenangkan pikirannya. Ia melihat di lapangan taman belakang dorm sudah ada para pemuda pelangi yang tengah latihan pagi. Kagami harus pergi ke sana. Daripada dia larut dalam pikirannya yang berlebihan, lebih baik ia mencari tahu sendiri apa yang terjadi semalam.
Setelah mencuci muka dan mengganti pakaiannya, Kagami langsung berlari menuju halaman belakang.
"Maaf aku terlambat!" seru Kagami sesampainya di lapangan, membuat semua mata tertuju padanya.
Hening
Apa yang terjadi? Kenapa semuanya diam saja? Batin Kagami takut. Dia lebih suka jika semua orang menginterogasinya saat ini daripada terjebak dalam keheningan yang mendebarkan begini. Lagipula, apa-apaan tatapan mereka itu? Tatapan mereka seperti... kasihan dan... geli?
"Maaf aku terlambat."
Kagami terkejut dengan kemunculan pemuda baby blue di sampingnya.
"Kuroko!"
"Ohayo gozaimassu, Kagami-kun." sapa Kuroko.
"Hukuman karena kalian terlambat, Tetsuya lari keliling lapangan lima kali. Taiga, sepuluh kali."
Ujar Akashi dengan nada mutlaknya.
"Tunggu dulu! Kenapa aku sepuluh kali? Aku bahkan datang ke sini lebih cepat dari Kuroko!" protes Kagami.
"Lima belas kali untukmu, Taiga."
"Hoi, Akashi..."
"Dua puluh kali."
"Tapi..."
"Dua puluh lima kali."
Kagami mendengus kesal. Percuma saja protes, pemuda merah itu justru hanya akan menambah hukumannya saja. Ia bergegas berlari mengelilingi lapangan bersama Kuroko.
"Sepertinya kau dendam karena kejadian semalam, Akashi?" Tanya Midorima sambil mengawasi Kagami yang berlari bersama Kuroko.
"Tutup mulutmu, Shintaro." ujar Akashi dingin. Ia melanjutkan latihannya, namun pikirannya agak tidak fokus pagi itu.
Kagami semalam menciumnya dan itu benar-benar merusak citranya sebagai seorang leader yang beribawa dan penuh karisma. Tapi masalahnya, apa itu kesalahan Kagami? Akashi bukanlah orang yang berpikiran pendek seperti itu. Ia tidak mudah menyalahkan orang lain atas peristiwa yang terjadi. Seandainya semalam ia tidak menyetujui rencana konyol Kise, pasti kejadian itu tidak pernah ada kan? Lalu siapa yang patut disalahkan? Tentu saja itu kesalahannya sendiri bukan?
Akashi menghela nafas frustasi. Kenapa dia jadi memikirkan hal tidak penting begini?? Pasti ciuman Kagami semalam mengacaukan syaraf berpikir logisnya hingga pikirannya kacau seperti ini. Tunggu dulu! Apa sejak tadi dia memikirkan Kagami Taiga? Hapus pemikiran itu Akashi, karena kau sebelumnya tidak pernah memikirkan orang lain sampai sefrustasi ini. Lalu... apa karena Kagami adalah satu-satunya orang yang tidak bisa ditebak oleh Akashi hingga dia selalu memikirkan pemuda itu? Apa ini... normal?
Sementara itu, Kagami langsung ambruk ke tanah begitu selesai dengan hukumannya. Nafasnya nyaris habis karena ia tidak pernah berlari dalam jarak sepanjang itu. Sama seperti lari sepanjang 25 km mengingat satu putaran lapangannya 1 km.
"Kau benar-benar kelelahan ya'ssu?" Kise datang dan menyodorkan sebotol air mineral kepada Kagami. Gadis itu langsung menyambarnya dan meminumnya dengan rakus.
"Wah... dia seperti orang yang tidak minum seabad lamanya." Aomine ikut nimbrung dan duduk di samping Kagami bersama Kise dan Kuroko.
"Fuaaah! Akashi kenapa sih? Kejam sekali menyuruhku berlari sebanyak itu!" gerutu Kagami setelah mengusap sudut bibirnya karena masih ada sisa air mineral di sana.
Aomine dan Kise saling lirik. Bagaimanapun juga mereka tahu kejadian semalam dan mengerti penyebab kemarahan Akashi. Masalahnya, apa perlu mereka memberitahu Kagami atas kejadian memalukan itu?
"Ettoo... Kagamicchi, kau tidak ingat kejadian semalam'ssu?" Tanya Kise hati-hati.
Kagami menoleh menatap Kise cepat. Kejadian semalam? Oh Tuhan, apa yang dilakukannya?!
Gadis itu menggeleng pelan.
"Memang... apa yang kulakukan semalam? Aku sama sekali tidak ingat..." Tanya Kagami takut-takut.
"Kagamicchi mabuk'ssu dan..." Kise menggantungkan ucapannya yang langsung disahut Aomine.
"Kau mencium Akashi."
1 detik
2 detik
3 detik
"Apaaaaaa?!" gadis itu menatap Aomine tidak percaya.
"Aomine, jangan bercanda! Leluconmu benar-benar..."
"Itu benar'ssu! Kagamicchi memang... mencium Akashicchi'ssu."
Mata Kagami membulat sempurna. Dia mencium... Akashi? Ia menatap Akashi dari kejauhan yang tengah berbincang dengan Midorima.
Yang benar saja?! Itu bohong kan?? Mana mungkin dia dan Akashi...
Kagami beranjak berdiri dan langsung berlari masuk dorm, tanpa menghiraukan panggilan Aomine maupun Kise.
***
Bagaimana ini?
Kagami mondar-mandir dengan bingung di kamarnya. Oke, dia akui bahwa dia lega tidak ada yang tahu identitasnya yang sebenarnya. Setidaknya dia masih bisa tinggal lebih lama lagi di dorm Kiseki no Sedai. Tapi tadi kata Aomine...
Kagami mencium.... Akashi?
Baiklah, itu benar-benar kelakuannya yang paling memalukan selama dia hidup. Ciuman pertamanya... diberikan kepada leader iblis itu? Apa di dunia ini tak ada orang yang lebih baik?! Kagami harus ekstra tenang menghadapi pikirannya yang sudah kacau sejak ia bangun tidur tadi. Sekarang apa yang harus dilakukannya?
Mungkin semalam memang ada yang iseng untuk membuatnya mabuk, tapi tetap saja... kenapa dia harus mencium Akashi? Apa yang pemuda merah itu lakukan hingga Kagami sampai menciumnya? Kagami mengacak rambutnya frustasi. Lebih baik dia minta maaf pada Akashi, daripada dia dapat teror terus menerus karena sang leader dendam padanya. Tapi... bagaimana caranya?
Gadis itu bergegas mandi dan mengganti bajunya. Karena ini hari libur, Kagami memutuskan untuk memikirkan rencana agar Akashi bisa memaafkannya. Lagipula anak-anak Kiseki no Sedai juga terlihat sedang bersantai di dorm.
Kagami berjalan menuju dapur dan bertemu Murasakibara yang berdiri di depan kulkas sambik memakan puding.
"Murasakibara, apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Kagami.
"Ah... Kaga-chin, aku sedang makan cemilan pagiku."
Memangnya berapa kali kau makan cemilan dalam sehari?! Gerutu Kagami dalam hati.
"Eh, Murasakibara boleh aku bertanya sesuatu?" tiba-tiba terlintas sebuah ide di kepala Kagami.
"Apa?"
"Kau tahu makanan kesukaan Akashi?" Tanya Kagami.
"Hmm... biasanya dia suka makanan mewah ala restoran barat. Tapi mungkin yang paling disukainya sup tofu."
"Sup tofu?"
"Ya, begitulah... Sudah kan? Aku mau pergi untuk membeli persediaan cemilanku." Murasakibara menyeret kakinya hendak pergi.
"Murasakibara, kau... tahu kejadian semalam?" Tanya Kagami dengan suara pelan namun masih bisa didengar oleh Murasakibara.
"Hmmm? Maksudmu saat kau mabuk semalam, mengucapkan beberapa hal yang menjengkelkan dan akhirnya mencium Aka-chin?"
Degh!
Ternyata apa yang diucapkan Aomine dan Kise itu benar! Apa dia mencium Akashi di depan seluruh anggota Kiseki no Sedai? Jika benar begitu, wajar saja jika Akashi sangat jengkel dan berusaha balas dendam padanya.
Melihat Kagami yang sepertinya tidak akan berbicara lagi padanya, membuat Murasakibara berjalan keluar dari dapur. Sedangkan gadis itu membuka kulkas untuk melihat apa saja bahan yang mungkin bisa dia masak. Pokoknya, dia harus minta maaf pada Akashi!
Tiga puluh menit kemudian, bau harum dari sup tofu buatan Kagami menguar di seluruh dapur. Gadis itu tersenyum kecil menatap karya masakannya. Ada untungnya juga punya saudara yang ahli memasak hingga gadis itu juga bisa melakukannya.
"Baiklah, aku akan berikan ini pada Akashi dan minta maaf padanya."
Kagami membawa nampan yang di atasnya ada mangkuk berisi sup tofu buatannya dan berjalan menuju ruangan Akashi. Tidak sulit menemukan ruangan itu karena pintunya adalah pintu geser dengan aksen khas jepang. Sesampainya di depan pintu, Kagami menggeser pintunya perlahan.
"Akashi, boleh aku masuk?" Kagami melongok ke dalam dan melihat Akashi sedang duduk di kursi yang berada di belakang meja kerjanya sambil melihat beberapa kertas yang bertumpuk di depannya.
"Masuklah, ada apa?" Tanya Akashi tanpa menatap Kagami. Ia masih sibuk membaca kertas-kertas itu dan sesekali menggunakan komputer di mejanya.
Kagami meletakkan nampan berisi sup tofu buatannya di atas meja Akashi.
"Ini ada sup tofu. Kupikir kau mungkin akan menyukainya."
Akashi melirik Kagami dan menghentikan aktifitasnya.
"Dari mana kau tahu aku suka sup tofu?"
"Murasakibara yang mengatakannya dan..." Kagami susah payah menelan ludahnya. Ia harus minta maaf sekarang.
"...maafkan aku,"
"Untuk apa?"
"Karena perbuatanku semalam..."
Akashi menghela nafas dan menyandarkan punggungnya di kursi yang didudukinya.
"Jadi kau ingat kejadian semalam?"
Kagami menggeleng pelan. Ia sedikit menunduk karena tidak ingin bertatapan dengan Akashi. Sorot mata pemuda merah itu tajam dan menakutkan baginya.
"Lalu?"
"Aomine dan Kise yang berbicara padaku. Mereka mengatakan kalau aku..." Kagami menggantungkan ucapannya. Ia tidak mungkin berkata jika semalam ia mencium Akashi kan?
"Kurasa itu bukan sepenuhnya salahmu. Aku juga bodoh menyetujui rencana Kise untuk membuatmu mabuk."
Mata Kagami membulat. Ia mendongak menatap Akashi tidak percaya.
"Kenapa kau melakukan itu?!" Tanya gadis itu tanpa sadar dengan nada heran.
Akashi menautkan jari-jarinya diatas meja dan menatap Kagami tajam.
"Kau yakin ingin aku menjawab pertanyaanmu?"
Kagami mengangguk. Gadis itu memang belum lama kenal Akashi tapi melihat tingkah Akashi, Kagami yakin jika pemuda bermata heterochrome itu bukanlah tipe orang yang usil seperti Kise. Lalu kenapa dia bersekutu dengan pemuda blonde itu untuk membuatnya mabuk?
"Jujur saja, kau adalah orang paling misterius yang pernah kutemui."
Kagami tertegun. Apa maksudnya?
"Aku bisa menilai orang lewat penampilan mereka serta ekspresi wajah dan kebiasaan mereka. Dari sana aku bisa tahu bakat, kemampuan, latar belakang mereka bahkan apa yang mereka pikirkan. Tapi kau, secermat apapun aku mengamatimu aku tidak pernah bisa tahu siapa sebenarnya dirimu. Jadi aku akan bertanya padamu, siapa sebenarnya kau, Kagami Taiga?"
Kagami terdiam. Tatapan mata heterochrome Akashi seakan menghipnotisnya untuk berkata jujur. Gadis itu membeku hingga keheningan menyelimuti ruangan Akashi tersebut.
"A-aku..." Kagami berusaha mengeluarkan suaranya yang juga seakan membeku.
Sreeeg!
"Akashi, Nijimura-san sudah menung..." kata-kata Midorima terputus saat menyadari Kagami ada di ruangan itu bersama Akashi.
Suara Midorima seakan membebaskan Kagami dari keheningan yang tadi mengurungnya bersama Akashi. Ia menatap Midorima yang berdiri di depan pintu.
"Ada apa, Shintaro?" Tanya Akashi agak dingin karena pemuda megane itu datang di saat yang sangat tidak tepat. Padahal sebentar lagi Kagami akan berbicara sesuatu tentang dirinya.
"Nijimura-san sudah datang. Dia ingin membicarakan beberapa jadwal denganmu. Kagami, sebaiknya kau turun sekarang karena Nijimura-san mencarimu. Katanya ia ingin bicara denganmu." ujar Midorima sambil memperbaiki letak kacamatanya.
"Ba-baiklah..." Kagami mengangguk pelan dan berjalan keluar diikuti Midorima.
Setelah kedua orang itu keluar, Akashi menghela nafas dan dan menopang dagunya di atas meja. Kagami Taiga benar-benar membuatnya penasaran, siapa sebenarnya pemuda itu.
Sang Leader itu hanya menghela napas dan mendongak menatap langit-langit kamarnya.
Kagami Taiga... Siapa sebenarnya dia?
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top