Sick
'Wah...kau hebat! Kelebihanmu terletak pada indra pendengaran ya? Kau mendengar permainan basket kami dan menyusun strategi untuk melawan balik, keren sekali!'
Sebuah suara yang nyaris sama bergema di kepala Kagami. Gadis itu beranjak berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Akashi tanpa berkata apapun lagi. Entah kenapa, ia tidak bisa menatap wajah Akashi sekarang. Sedangkan Akashi lagi-lagi dibuat terkejut oleh tingkah Kagami. Sebelum ia pergi, Akashi bisa melihatnya walaupun hanya sekilas, ada sebutir air bening yang berkilau di pelupuk mata Kagami. Apa dia... menangis?
.
.
.
Kiseki no Sedai Music
Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi
Genre: Friendship, Music, Drama, Hurt/Comfort, Romance (?)
Warning: OOC, OOT, AU, OC, Typo bertebaran dan alur yang lambat plus gaje
Lagu-lagu yang muncul merupakan image song Kuroko no Basket. Walaupun tidak menutup kemungkinan ada lagu lain yang nyasar.
.
.
Sick
.
.
Malam harinya, para member Kiseki no Sedai berkumpul di sebuah ruangan luas minim perabotan yang ada di resort tempat mereka menginap. Dari suasana ruangan itu, Kagami yakin jika ruangan itu akan menjadi spot dance training mereka. Para pemuda itu duduk melingkar di tengah ruangan dengan posisi santai mengingat ruangan itu tidak ada tempat duduk.
"Baiklah, aku akan membacakan agenda kita selama di Okinawa-nanodayo." Midorima membaca kertas yang dibawanya sambil membenarkan letak kacamatanya yang tidak bergeser dari tempatnya semula.
"Tunggu, di mana Nijimura-san? Seharusnya dia yang menyusun agendanya kan?" sela Aomine.
"Dia ada urusan'ssu! Katanya akan kembali sebelum tengah malam'ssu." jawab Kise.
Aomine hanya mengangguk-angguk tanda mengerti dan memberi isyarat agar Midorima melanjutkan ucapannya.
"Baiklah, pertama-tama jadwal untuk..."
PATS!
Tiba-tiba lampu ruangan mati, membuat ruangan itu jadi agak bising.
"Murasakibara, yang kau genggam itu kakiku-nanodayo!"
"Eeeh? Kukira itu tadi maiubo yang kuletakkan."
"Hoi, Kise! Jangan menendang tanganku!"
"Aku tidak melakukannya'ssu! Aku cuma diam disini'ssu!"
Kagami sendiri tidak ikut dalam adu mulut mereka karena ia reflek memeluk lengan seseorang di sampingnya begitu lampunya mati.
"Kagami-kun..." suara pelan Kuroko masuk dalam indra pendengaran Kagami. Walaupun pelan namun suara itu sama jelasnya dengan suara pertengkaran teman-temannya.
"Ma-maaf Kuroko, aku punya sedikit phobia terhadap kegelapan." bisik Kagami.
"Tapi, Kagami-kun..."
"Setidaknya, biarkan aku begini sampai lampunya hidup kembali."
Sedetik setelah mengatakan itu, lampu ruangan kembali menyala. Kagami menghela nafas lega dan menatap sekeliling. Ia heran karena Kuroko duduk di depannya dan menatapnya bingung. Tunggu dulu! Kuroko duduk di depannya? Ia meneliti orang-orang yang duduk di depannya. Biru muda, kuning, hijau, biru tua, ungu... Eh?! Berarti yang lengannya dirangkul Kagami...
Gadis itu meneguk ludahnya susah payah dan menoleh pelan. Akashi menatapnya intens lewat manik heterochrome nya. Buru-buru Kagami melepaskan rangkulannya.
"Ma-maaf! Aku punya phobia dengan kegelapan jadi..."
"Tidak masalah. Shintaro, lanjutkan!" Akashi memotong ucapan Kagami dan memerintahkan Midorima untuk melanjutkan.
Semua orang yang awalnya melongo dengan kejadian tadi, langsung memperhatikan Midorima karena tidak mau mendapat hukuman dari sang leader. Midorima sendiri berdehem sebentar sebelum melanjutkan ucapannya. Kagami berusaha mendengarkan kata demi kata yang dilontarkan Midorima walau kenyataannya pikiran gadis itu tidak bisa fokus. Setelah kejadian tadi siang, Kagami berinisiatif untuk mengurangi kontak dengan Akashi. Karena ia merasa jika terus-terusan bersama Akashi, identitasnya akan terbongkar. Tahu kan jika Akashi adalah tuan absolut yang jenius dan tidak bisa dibantah?
Sementara Akashi sendiri punya alasan kenapa ia memotong ucapan Kagami. Jujur, ia baru merasakannya hari ini setelah selesai bermain basket dengan Kagami. Sebuah perasaan bersalah melihat air mata yang disembunyikan anggota barunya. Tapi ini juga bertentangan dengan dirinya yang selalu benar dan tidak mengenal emosi negatif apapun kecuali kemarahan. Kagami Taiga, lagi-lagi dia berhasil mencuri pikiran seorang Akashi Seijuro. Bahkan kali ini, pemuda bermata heterochrome itu mencuri pandang ke arah Kagami tanpa disadari teman-temannya dan tanpa ia sadari, wajah sang emperor menampakkan semburat merah tipis diiringi detak jantung yang tidak normal.
Keesokan harinya, para anggota Kiseki no Sedai berkumpul setelah sarapan. Kali ini Nijimura yang memberikan pengarahan.
"Lokasi syuting kita akan terpisah. Untuk Midorima, Murasakibara dan Kise akan syuting di pulau Yaeyama, Kuroko dan Aomine di Aquarium Churaumi, lalu Kagami dan Akashi di Pulau Kouri."
Glek!
Kagami meneguk ludahnya susah payah. Ia selalu berusaha untuk menghindari sang leader Kiseki no Sedai ini. Namun nyatanya takdir malah terus mempertemukan mereka.
"Mungkin syutingnya membutuhkan waktu beberapa hari. Jadi semalam aku memesan penginapan yang dekat dengan lokasi syuting kalian. Begitu selesai, kalian bisa kembali ke tempat ini untuk menikmati sisa liburan kalian."
"Oh ya, satu tambahan lagi. Akashi, penginapan di dekat lokasi syutingmu bersama Kagami sudah penuh. Hanya tinggal satu kamar yang tersisa. Kau tidak keberatan sekamar dengan Kagami kan?" tanya Nijimura enteng.
"Tidak masalah." jawab Akashi tidak kalah enteng.
Tidak masalah bagi Akashi, tapi masalah besar bagi Kagami! Ia menatap Nijimura tak percaya, bagaimana bisa ia disuruh sekamar dengan Akashi? Ini sama saja bunuh diri!
"Nijimura-san, aku..."
"Tidak apa. Asalkan kau tidak berisik, kurasa Akashi tidak akan memarahimu." potong Nijimura.
Ya ampun, bukan itu masalahnya! Apa manager itu lupa jika Kagami adalah seorang perempuan? Seakan menolak protes Kagami, Nijimura bergegas berjalan keluar diikuti member Kiseki no Sedai. Kagami hanya bisa berdoa semoga ia bisa tidur selama beberapa hari kedepan.
***
Resort mewah milik Akashi terletak di Naha yang merupakan ibukota prefektur Okinawa. Sebagai daerah yang berada di selatan Jepang, Prefektur Okinawa memiliki sejumlah destinasi wisata yang wajib dikunjungi. Apalagi di Okinawa tempat bertemunya berbagai kebudayaan mulai dari kebudayaan Tiongkok, Asia Tenggara hingga Amerika. Tidak heran jika kita sering mendengar orang bicara menggunakan bahasa Inggris di Okinawa sama seperti seringnya mendengar percakapan bahasa Jepang.
Begitu juga dengan Pulau Kouri yang hendak dikunjungi oleh Akashi dan Kagami. Pulau yang terkenal dengan keindahan pasir putihnya ini jelas spot yang sangat bagus untuk syuting video klip. Apalagi walaupun pulau ini terpisah dari pulau utama Okinawa, ada jembatan sepanjang kurang lebih 1900 meter yang menjadi penghubung sehingga mereka tidak perlu naik kapal.
Dan di sinilah mereka berdua sekarang. Sebuah hotel kecil di dekat Emerald Beach yang akan menjadi lokasi utama syuting video klip mereka.
"Hoi, Akashi!" suara seorang lelaki berambut oranye menegur sang emperor. Dia adalah Hayama Kotarou, salah satu staff yang bertanggung jawab selama Kagami dan Akashi di Pulau Kouri.
"Persiapannya sudah siap, Kotarou?" Tanya Akashi saat lelaki bertaring kecil ini mendekat.
"Sudah. Kita bisa mengambil gambar hari ini juga. Oh ya, Kagami... sebentar lagi Kiyoshi akan datang. Dia yang akan mengurus pemotretan dan syutingmu di sini." Hayama tersenyum lebar sambil mengatakan itu dan memberi isyarat agar Akashi mengikutinya.
"Bawa barangku ke kamar. Kau tidak perlu menatanya, aku akan melakukannya sendiri." tepat setelah mengatakan itu, Akashi memberikan tasnya pada Kagami dan berjalan pergi meninggalkannya.
Kagami mengerucutkan bibirnya kesal. Selalu saja begitu, sok berkuasa, tidak terbantahkan dan juga... diktator! Gadis itu menghela napas pelan lalu masuk ke hotel dan bertanya ke resepsionis di mana kamarnya dan Akashi. Bersama seorang room boy, Kagami diantar ke kamarnya.
Kagami menghela napas lega setelah tahu ada dua ranjang di kamarnya. Setidaknya dia tidak akan berbagi tempat tidur dengan Akashi. Setelah meletakkan tas Akashi di salah satu ranjang, ia merebahkan tubuhnya di ranjang lain untuk mengistirahatkan diri sejenak. Menurut info dari Nijimura, Aquarium Churaumi juga terletak di Pulau Kouri. Hanya saja jaraknya sangat jauh dari Emerald Beach. Padahal jika boleh memilih, Kagami lebih suka sekamar dengan Kuroko daripada Akashi. Setidaknya pemuda baby blue itu tidak akan banyak bertanya ataupun menatapnya dengan tatapan tajam menusuk seperti Akashi.
Kagami baru keluar sekitar pukul sepuluh pagi setelah Kiyoshi menjemputnya. Hari ini ia memiliki jadwal pemotretan di sebuah karang berbentuk hati yang berada di komplek Emerald Beach. Sudah bisa dipastikan jika banyak para gadis berkumpul di sana. Untung Nijimura sudah memperingatkan Kiyoshi agar tidak menyuruh Kagami memakai baju renang ataupun memintanya berdiri di tepi laut. Ya, Kagami terpaksa meminta Nijimura agar melakukan itu supaya identitasnya aman dan ia bisa menikmati pemotretan ini tanpa dibayangi ketakutan masa lalunya. Akhirnya, Kagami melakukan sesi pemotretan dengan baju santai di sekitar karang unik itu.
Cuaca yang panas itu tiba-tiba berubah mendung. Ini memang musim panas, tapi cuaca juga tidak bisa selalu diprediksi kan? Hingga akhirnya rintik-rintik hujan mulai membasahi bumi. Di saat seperti ini, Kiyoshi malah meminta Kagami berpose di tengah hujan yang semakin deras dengan alasan dia ingin menciptakan gambar bersama peristiwa alam yang tengah berlangsung. Kagami mau tak mau menyetujuinya agar dia terlihat profesional walau akhirnya ia menggigil kedinginan setelah pemotretan selesai.
Gadis itu sampai di hotel tepat pukul enam sore. Badannya sudah basah kuyup dan parahnya lagi, Kiyoshi hanya memberikannya selembar handuk (lagi-lagi) dengan alasan jika baju ganti yang mereka bawa semuanya basah terkena hujan.
Ketika membuka pintu kamar, Kagami mendapati Akashi tengah duduk di dekat perapian sambil bermain shogi seorang diri. Ingin rasanya Kagami ikut duduk di sampingnya dan bergelung di bawah selimut sambil menghangatkan diri di depan perapian. Sungguh nikmat tiada duanya mengingat cuaca dingin di luar. Namun Kagami menahan diri, setidaknya ia harus mandi dan mengganti pakaiannya dulu.
Kagami keluar dari kamar mandi dengan menggunakan kaos pendek abu-abu dan celana jeans longgar selutut. Ia mengerling ke arah jam dinding sekilas, sepertinya tidak buruk juga untuk membuat makan malam sekarang. Tanpa disuruh, Kagami berjalan ke dapur dan membuka kulkas. Berterima kasihlah pada Nijimura yang selalu menyiapkan kebutuhan artisnya dengan sangat baik hingga Kagami bisa memasak apapun yang menurutnya cepat, mudah dan praktis.
Dari suara-suara yang ada di dapur, Akashi tidak perlu melihat untuk tahu jika Kagami memasak makan malam mereka. Ia tak punya niatan sama sekali untuk membantu. Toh, Kagami juga tidak memintanya. Pemuda bermata heterochrome itu masih fokus menjalankan bidak shogi miliknya. Namun pikiran Akashi terusik dengan perbincangan singkatnya dengan Kuroko sebelum ia pergi ke Pulau Kouri.
"Saat kau bersama Kagami-kun nanti... bisa kau perlakukan dia dengan baik?"
"Apa yang terjadi Tetsuya? Kau sangat memperhatikan pemuda itu sekarang." Akashi melipat lengannya dan menatap manik blue sky Kuroko dalam. Seolah berusaha untuk membaca pikiran pemuda baby blue itu.
"Walaupun Kagami-kun selalu menyembunyikannya, aku tahu jika dia sebenarnya agak tertekan berada di sini. Dia merasa berbeda dari kita karena dia baru masuk Kiseki no Sedai. Oleh karena itu kau harusnya bersikap baik padanya." wajah Kuroko membuat Akashi mengerutkan keningnya heran. Apa ekspresi pemain bayangan itu barusan terlihat... sendu dan... kasihan?
Namun bukan Akashi namanya jika ia tidak tahu apa yang dipikirkan Kuroko.
"Tetsuya, aku sangat mengenalmu dengan baik. Kau bukan tipe orang yang gampang peduli dengan orang lain kecuali orang itu membuatmu nyaman. Jadi, apa yang sudah dilakukan Taiga sampai kau begitu peduli padanya?" suara tajam nan dingin itu tak akan pernah membuat Kuroko merasa terintimidasi karena Kuroko merupakan tipe orang yang miskin emosi.
Kuroko terdiam seolah bimbang ingin mengatakan sesuatu pada Akashi.
"Akashi-kun, sebenarnya..."
"Akashi, makan malamnya sudah siap!"
Suara Kagami menarik kembali pikiran Akashi kembali ke dunia nyata. Ia memejamkan manik heterochrome nya sambil menghela napas pelan. Lagi-lagi Kagami Taiga! Kenapa selama Akashi tinggal bersamanya, ia selalu memikirkan anggota barunya itu? Ia bahkan belum pernah memikirkan sesuatu hingga mengusik pikirannya sampai sejauh ini. Hanya karena sebuah pertanyaan sederhana yang tidak terjawab, siapa sebenarnya Kagami Taiga?
Akashi membereskan papan shoginya dan berjalan menuju ruang makan. Kagami sudah duduk di salah satu kursi sambil minum sesuatu dari cangkir yang sepertinya adalah cokelat panas. Sesekali Kagami memegangi hidungnya yang memerah dan suara-suara bersin terdengar. Apa dia... sakit? Pemuda bermata heterochrome itu memilih tidak peduli dan duduk di salah satu kursi bersiap untuk menyantap makan malamnya.
Menu makan malam yang dibuat Kagami malam ini adalah kare daging ayam. Mengingat cuaca di luar sangatlah dingin, ia memutuskan untuk memasak sesuatu yang bisa menghangatkan tubuh. Walaupun sudah mandi dan ganti baju, tetap saja tubuh gadis itu masih terlihat menggigil. Salahkan Kiyoshi yang menyuruhnya untuk pemotretan di bawah derasnya hujan selama 3 jam. Itu sudah cukup untuk membuatnya terserang flu.
Keheningan selama makan malam itu dipecahkan oleh pertanyaan Akashi.
"Taiga, ada yang akan kutanyakan padamu."
Kagami menatap Akashi agak sayu. Matanya agak berkunang-kunang dan kepalanya pusing berat. Namun ia sebisa mungkin menjaga kesadarannya di depan Akashi. Akashi yang menyadari wajah pucat Kagami langsung tahu jika gadis itu sedang tidak enak badan.
"Kau baik-baik saja?" tanya Akashi memastikan meskipun dia tahu Kagami pasti akan menyangkal keadaannya.
"Aku baik kok, tidak perlu khawatir." Benar kan? Akashi tidak mungkin salah.
"Tak perlu memaksakan dirimu. Tidur saja sana," nada mutlak andalan Akashi terucap. Namun Kagami menggeleng pelan.
"Aku masih ada beberapa pekerjaan yang harus kuurus. Jadi..."
Bruuuk!
Kagami sudah tidak bisa menjaga kesadarannya lagi hingga ia terjatuh dari kursinya. Akashi yang terkejut langsung mendekati Kagami dan memegang kening gadis itu. Dan sesuai dugaannya, suhu badan Kagami tinggi. Mau tak mau, Akashi harus mengurusnya karena dia leader di sini dan bertanggung jawab atas semua anggotanya termasuk Kagami.
Awalnya Akashi berniat memapah Kagami menuju ranjangnya, namun mengingat Kagami pingsan total membuatnya memilih untuk membopong gadis itu dan membaringkannya di ranjangnya. Akashi agak heran setelah membaringkan Kagami di ranjangnya. Cuma perasaannya, atau tubuh pemuda berambut dark red itu sangat ringan? Sebagai atlit basket, Akashi sangatlah tahu berat rata-rata para pemain basket. Tapi saat membopong Kagami tadi, benar-benar bobot yang terlalu ringan untuk atlit basket kebanyakan.
Perhatian Akashi teralih melihat Kagami menggigil dan keringat mulai bercucuran di wajahnya bahkan nafasnya juga semakin tidak teratur. Sambil berusaha menekan rasa paniknya, Akashi menyelimuti tubuh Kagami dan pergi ke dapur untuk mengambil kompres. Ia mengambil kotak obat setelahnya untuk mencari obat pertolongan pertama demam. Sambil mengompres dahi Kagami, pemuda itu duduk di sisi ranjang.
Semakin Akashi mengamati wajah Kagami, semakin Akashi menyadari bahwa kontur wajah pemuda itu terlalu lembut untuk lelaki pada umumnya. Kini ucapan Kuroko kembali terngiang di kepalanya,
"Akashi-kun, sebenarnya... Kagami-kun bergabung di Kiseki no Sedai karena kakaknya. Kudengar kakaknya koma dan dirawat di RS New York."
Akashi menatap Kuroko tajam. Seolah mencari kebenaran dari ucapan Kuroko barusan.
"Apalagi Kagami-kun itu..." Kuroko menggantung ucapannya.
Hening selama beberapa saat sebelum akhirnya Kuroko menggelengkan kepalanya.
"Tidak, lupakan saja." Pemuda baby blue itu membungkuk sekilas sebelum pergi.
Namun Akashi tahu, bahwa Kuroko menyembunyikan sesuatu darinya. Sebuah rahasia besar milik Kagami yang selama ini Akashi cari.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top