Lets Dance, Aomine!

"Aku spesialis pengarang lagu di Kiseki no Sedai. Jadi jangan kau pikir kau akan mendapat latihan yang khusus dariku. Aku hanya akan memberimu satu tugas. Buatlah sebuah lagu yang mencerminkan keadaanmu saat ini-nanodayo."

Tsubasa melotot menatap Midorima. Apa-apaan ini?!

"Maksudmu?"

"Maksudku sangat jelas, Kagami Taiga. Buatlah sebuah lagu dan berikan hasilnya padaku sebelum makan malam-nanodayo." Midorima beranjak berdiri lalu berjalan keluar dan meninggalkan Tsubasa yang masih melongo.

Singkat, padat, dan jelas. Namun... apa bisa Tsubasa melakukannya?! Dan pemuda lumut itu memberinya waktu yang bahkan kurang dari setengah hari! Pengarang lagu profesional saja paling tidak menghabiskan waktu seminggu untuk mengarang lagu.
------------------------------
"Itu semua kurasa tergantung padamu. Lagu itu punya esensi untuk menyampaikan isi hati sang penyanyi pada pendengarnya. Jika kau punya sesuatu yang ingin kau sampaikan, kau bisa merangkainya menjadi barisan kata dan mengubahnya menjadi lagu." jelas Kuroko.

Tsubasa terdiam berusaha mencerna ucapan barusan. Benar juga... Ia punya tujuan untuk bergabung di Kiseki no Sedai. Jika dia bisa menyampaikannya...

Tiba-tiba Tsubasa berdiri dan terlihat bersemangat kembali.
"Terima kasih, Kuroko!" setelah mengatakan itu, ia langsung ngacir keluar.

Kuroko yang melihat itu tanpa sadar ikut tersenyum.
.
.
.
Kiseki no Sedai Music
Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi
Genre: Friendship, Drama, Music, Hurt/Comfort, Romance(?)
Warning: AU, OOT, OOC, OC, typo dan berbagai macam kekurangan lainnya.
Lagu-lagu yang nantinya bakal muncul di fict ini merupakan image song Kuroko no Basket
.
.
Lets Dance, Aomine!
.
.

Bel pulang sekolah bergema di seantero Teiko Academy, membuat para murid bergegas pulang ataupun pergi ke ruang klub bagi yang mengikutinya. Tsubasa sendiri segera membereskan buku-bukunya sebelum pulang.

"Kaga-chin," terlihat pemuda raksasa berambut ungu berdiri di depan pintu kelas Tsubasa.

"Murasakibara-kun? Ada apa?" Kuroko menatap Murasakibara heran. Tumben sekali pemuda ungu itu datang ke kelasnya.

"Ah, Kuro-chin... Aka-chin memintaku untuk menyuruh Kaga-chin pergi ke gym sekarang."

"Eh?!" Tsubasa mengerutkan keningnya heran. Kenapa Akashi menyuruhnya datang ke gym? Dia kan bukan anggota tim basket Teiko Academy? Kuroko sendiri juga terlihat agak bingung.

Akhirnya dia pergi ke gym bersama Kuroko dan Murasakibara. Sesampainya di sana, Tsubasa melihat Akashi berkumpul dengan teman-teman timnya dan juga ada Shirogane Eiji, pelatih tim basket Teiko Academy.

"Kagami Taiga?" Tanya Shirogane saat Tsubasa memasuki gym.

"Ya?"

"Kudengar dari anak-anak timku, kau bisa mengalahkan Kise dalam one on one kemarin. Benar begitu?"

"Hmm... Kurasa begitu..." jawab Tsubasa agak ragu. Kenapa pelatih tim basket ini menanyakan hal itu?

"Kalau begitu kenapa kau tidak bergabung dengan tim basket sekolah ini?"

Tsubasa membelalakan matanya. Bergabung dengan tim basket Teiko Academy? Ia tak pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Apalagi ia sudah lama tidak bermain basket. Yah, walaupun kemarin dia one on one dengan Kise setelah sekian lama, tetap saja...

"Maaf, aku perlu memikirkan hal ini. Bisa beri aku waktu?" pinta Tsubasa.

"Baiklah, datanglah ke sini besok jika kau ingin bergabung."

"Ha'i!" Tsubasa segera melangkah keluar gym.

Akashi yang sedari tadi melihat hal itu menatap Midorima.
"Shintaro, kau sudah melakukan tugasmu?" tanya pemuda merah itu.

"Tentu saja. Aku tidak suka membuang-buang waktu terlalu lama-nanodayo." jawab Midorima sambil menaikkan letak kacamatanya.

"Baguslah, aku menantikan hasilnya."

***

"Huaaahhh... Rasanya capek sekali..." Tsubasa merenggangkan tubuhnya setelah menulis lirik lagu di kamarnya. Ia melirik jam dinding, ternyata sudah pukul lima sore.

"Ya ampun, aku sudah duduk dan menulis di sini hampir dua jam! Pantas saja tubuhku rasanya pegal sekali." gumam Tsubasa. Ia berdiri dan berjalan keluar kamar.

Dari suasana dorm yang terlihat sepi, sepertinya para pemuda pelangi itu belum pulang. Gadis itu memutuskan untuk pergi ke lapangan belakang dorm. Ia mengambil bola basket yang terletak di keranjang di samping pintu belakang dan memainkannya sendirian di lapangan basket dorm.

Selama beberapa saat, gadis itu hanya mendribble bolanya dan berlari di sekitar lapangan. Hingga akhirnya ia bersiap menembak three point dan...

Masuk!

Tsubasa menghela nafas dalam-dalam sambil memejamkan matanya. Inilah yang selalu terjadi jika ia bermain basket sendirian. Membuatnya teringat dengan ingatan kelamnya dua tahun lalu. Saat kejuaraan nasional basket putri tingkat nasional di New York, tim SMP Tsubasa berhasil memenangkannya. Namun setelahnya, ia malah pergi ke pemakaman sahabatnya yang tewas karena kecelakaan.

"Chi-chan..."

"Kagami-kun,"

"Huaaaaa! Kuroko! Sejak kapan kau ada disana?!" seru Tsubasa kaget karena pemuda baby blue itu sudah berdiri di sampingnya.

"Sejak kau memasukkan bolanya tadi." Jawab Kuroko datar.

Tsubasa menghela nafas pelan. Walau hawa keberadaannya mirip Chi-chan, tapi sepertinya dia lebih parah, Batin Tsubasa.

"Kagami-kun, boleh aku menanyakan sesuatu?"

"Apa?" Tanya Kagami balik.

"Apa kau menyukai basket?"

"Pertanyaan konyol macam apa itu?" Tsubasa menatap Kuroko bingung.

"Jika Kagami-kun menyukai basket, pasti tawaran pelatih tadi langsung kau jawab. Tapi, kau malah bingung dengan keputusanmu."

Ya ampun, kenapa pemuda baby blue ini seolah bisa membaca pikirannya? Gadis itu menunduk dan diam hingga hening selama beberapa saat. Kuroko mengambil bola yang terletak tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Kagami-kun!" Kuroko melempar bola itu ke arah Tsubasa yang dengan reflek ditangkap gadis itu.

"Apa itu ada hubungannya dengan cerita temanmu semalam?" Tanya Kuroko lagi.

"Yah... kurasa... begitu," jawab Tsubasa ragu.

Gadis itu bimbang. Apa tak apa, jika ia menceritakan masalahnya pada Kuroko? Tapi pemuda itu baru saja dikenalnya. Di sisi lain, pemuda itu juga sangat mirip dengan sahabatnya...

"Aku... juga merasa tak percaya diri jika masuk di tim itu dan..." Tsubasa menggantungkan ucapannya agak bingung sendiri harus mengatakan apa. Kuroko terus menatap Tsubasa, menunggu kelanjutan ucapannya. Namun tak ada kata yang kunjung keluar dari mulutnya.

"Kagami-kun, apa kau tipe pemain yang menggunakan kombinasi 'cahaya dan bayangan'?"

Tsubasa mendongak menatap Kuroko tak percaya. Baiklah, kini dia mulai takut pada pemuda itu yang selalu bisa membaca pikirannya.

"Bagaimana kau bisa tahu?"

Alih-alih menjawab, Kuroko hanya tersenyum yang membuat Tsubasa terpesona pada pemuda baby blue itu.

"Jika kau membutuhkan bayangan untuk tetap mendukungmu bermain basket, aku siap melakukannya." tawar Kuroko.

Degh!

Ia tertegun menatap, Kuroko. Dia barusan... tidak salah dengar kan? Kuroko berlari dan memberi kode agar Tsubasa mengoper bolanya. Gadis itu melakukannya. Ia mengoper bolanya dan oleh Kuroko, bola itu dilempar ke arah ring. Secara reflek, Tsubasa berlari ke arah ring dan melompat untuk memasukkan bolanya ke dalam ring. Kuroko yang menyaksikan itu hanya tersenyum.

Tsubasa menoleh menatap Kuroko dan ikut tersenyum.
"Terima kasih, Kuroko." ucap Tsubasa tulus.

"Mau kutemani latihan sebentar?" tawar Kuroko.

"Ayo!" sambut Tsubasa bersemangat.

Tanpa mereka berdua sadari, sejak tadi Akashi mengawasi semua tingkah mereka dari beranda kamarnya.

***

Tsubasa menatap pantulan dirinya di depan cermin setelah mandi dan berganti baju. Malam ini gadis itu memakai celana jeans longgar dan kaos hoodie berwarna merah kehitaman, sesuai dengan warna rambutnya. Setelah membiarkan rambutnya agak berantakan agar bisa memberi kesan keren, gadis itu mengambil kertas yang berisi lagu karangannya untuk diberikan kepada Midorima. Ia melirik jam dinding kamarnya, sudah pukul enam kurang sepuluh menit. Berarti masih ada sepuluh menit sebelum makan malam, ia harus segera memberikannya pada Midorima.

Tsubasa menyusuri koridor yang berlawanan arah dari koridor kamarnya. Jika kamar Tsubasa, Kise, Aomine dan Kuroko terletak di koridor sebelah kanan setelah naik tangga, maka kamar Akashi, Murasakibara, dan Midorima ada di koridor sebelah kiri. Sudah cukup jauh juga ia menyusuri koridor itu, namun tak menemukan kamar Midorima. Hingga akhirnya, gadis itu mendengar sebuah suara. Seperti suara... biola? Tsubasa mendengarkan suara itu secara seksama. Tidak salah lagi, ini adalah suara biola. Tapi siapa yang memainkannya?

Gadis itu melangkah menuju ke sumber suara hingga ia tiba di depan sebuah pintu geser dengan desain jepang klasik. Tsubasa mengerutkan dahinya bingung. Kok bisa ada pintu geser dengan nuansa khas jepang seperti ini, padahal pintu-pintu ruangan lainnya adalah pintu kayu biasa. Pintu geser itu terbuka sedikit hingga ada celah yang cukup untuk Tsubasa mengintip. Berusaha tanpa menimbulkan suara sekecil apapun, Tsubasa mengintip melalui celah pintu geser tersebut.

Seorang pemuda berambut merah terlihat tengah memainkan biolanya menghadap pintu kaca besar ke arah beranda. Walaupun ia berdiri memunggungi Tsubasa, gadis itu sangat yakin jika pemuda itu adalah Akashi Seijuro. Tiba-tiba Akashi menghentikan permainan biolanya, dan tanpa menoleh ia berucap,

"Apa yang kau lakukan disana, Kagami?"

Degh!

Gadis itu tersentak kaget. Bagaimana pemuda itu bisa tahu jika ia berdiri di sini? Padahal pemuda itu kan berdiri membelakanginya?!

"Ah... itu... a-aku... sedang mencari... Midorima... kau tahu di-dia... ada dimana?" Tsubasa benar-benar grogi dan takut jika sudah berurusan dengan leader Kiseki no Sedai ini. Oh, jangan lupakan sikap menyebalkannya yang benar-benar di luar akal sehat.

"Dia ada di ruang kerjanya saat ini. Dua pintu setelah kamar ini, di sisi sebelah kanan." Jawab Akashi tanpa menoleh menatap Tsubasa.

"Terima kasih!" ujar Tsubasa cepat dan bergegas pergi ke ruangan yang dimaksud. Baiklah, sikapnya tadi benar-benar membuat Tsubasa merinding. Dia iblis apa? Mana mungkin bisa tahu Tsubasa di pintu padahal dia berdiri memunggunginya?!

Tsubasa mengetuk pintu ruang kerja Midorima.

'Tok, tok, tok'

"Masuklah-nanodayo"

Tsubasa memutar kenop pintunya dan masuk. Ia bisa melihat jika ruangan itu bernuansa putih bersih. Bau mint segar juga masuk ke indra penciuman Tsubasa. Midorima yang duduk di salah satu sofa ruangan itu menatap Tsubasa yang baru memasuki ruangannyaa.

"Kau sudah menyelesaikan tugasmu-nodayo?"

Tsubasa mengangguk dan memberikan kertas yang dari tadi dipegangnya kepada Midorima. Midorima menerima dan membacanya sekilas.

"Liriknya bahasa inggris-nodayo?"

"Ah... aku tidak begitu mahir berbahasa jepang. Jadi aku menulisnya dengan bahasa inggris." jawab Tsubasa innocent.

Midorima menatap Tsubasa dengan tatapan menyelidik sebelum akhirnya meletakkan kertas itu di mejanya.
"Tugasmu sudah selesai. Kau bisa pergi sekarang. Dan setelah makan malam nanti, temui Aomine di ruang latihan di lantai tiga." ujar Midorima datar.

"Baiklah." Tsubasa berbalik dan meninggalkan Midorima di ruangannya.

Setelah makan malam, Tsubasa berjalan menuju lantai tiga untuk mencari ruang latihan Kiseki no Sedai. Tak memerlukan waktu lama karena ruangan itu terlihat mencolok dengan pintu kaca buram yang berwarna putih. Tsubasa bergegas masuk dan melihat Aomine tengah melakukan perenggangan badan.

"Yo! Aku sudah menunggumu." ujar Aomine saat melihat Tsubasa masuk.

"Kita mulai latihannya sekarang?" Tanya Tsubasa.

"Oke, sepertinya kau sudah tahu latihan yang akan kuberikan."

"Kau koreografer Kiseki no Sedai, tentu aku tahu latihan yang akan kujalani bersamamu." jawab Tsubasa tenang.

"Bagus, kita mulai latihan kita sekarang!"

***

Midorima memasuki ruangan pribadi Akashi tanpa mengetuk pintunya. Di tangan kanan lelaki hijau lumut itu ada kertas yang berisi lagu karangan Tsubasa.

"Akashi," Midorima berjalan mendekati Akashi yang tengah bermain shogi sendirian di beranda ruangannya.

"Shintaro ya? Bagaimana?"

"Kurasa perkiraanmu sedikit meleset soal ini-nanodayo." Midorima menyerahkan kertas itu pada Akashi. Akashi menerima kertas itu dan membacanya.

"Hooo... begitu rupanya." Akashi menyeringai melihat kertas itu.

"Boleh aku menanyakan sesuatu-nodayo?" Tanya Midorima.

"Apa?"

"Untuk apa kau melakukan semua ini? Bukannya dengan kemampuan mata dan kepalamu sudah cukup untuk membuat kesimpulan-nodayo?"

Akashi diam selama beberapa saat. Dalam keheningan itu hanya terdengar bunyi pion shogi yang tengah dimainkannya.

"Kau tahu Shintaro, dia adalah orang yang tidak bisa kuanalisa." jawab Akashi terus terang. Kedekatannya dengan Midorima tak mampu menyembunyikan apa yang ada di pikirannya. Toh jika Akashi berbohong, Midorima akan tahu. Begitu juga sebaliknya.

Midorima tersentak kaget dan menatap Akashi tak percaya. Sebagai orang yang sangat dekat dengan Akashi, Midorima tahu bagaimana kehidupan seorang Akashi Seijuro. Kemampuannya yang tidak main-main serta bakatnya yang luar biasa membuat dia tak terkalahkan dan tak terbantahkan. Dan dia tak bisa menganalisa anggota baru mereka? Benar-benar tak bisa dipercaya!

"Akashi, kau yakin dengan ucapanmu barusan-nodayo?" tanya Midorima memastikan. Siapa tahu Akashi salah ngomong.

"Entahlah, aku juga tidak terlalu yakin. Tapi bukankah ini menarik?" Akashi meletakkan pion terakhirnya, checkmate. Ia lalu menyandarkan punggungnya di sofa yang dia duduki.

"Selama ini belum pernah ada orang yang lolos dari pengamatanku. Bukan hanya bakatnya, aku bahkan tidak bisa melihat kehidupan masa lalunya. Walaupun Nijimura sudah memberitahuku latar belakangnya, tetap saja aku tidak bisa menarik kesimpulan siapa sebenarnya Kagami Taiga. Tapi ini tak akan berlangsung lama. Aku akan mengungkap siapa sebenarnya pemuda itu dan melihat semua rahasia yang disembunyikannya sampai rahasia yang paling tertutup rapat."

Midorima yang mendengar itu hanya menaikkan letak kacamatanya. Dia benar-benar serius. Aku malah ikut penasaran dengan Kagami Taiga-nodayo.

***

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, namun suara musik dan decitan sepatu masih terdengar di ruang latihan Kiseki no Sedai. Dan sudah bisa ditebak, jika Tsubasa dan Aomine masih di ruangan itu.

"Gerakanmu masih kaku! Lebih rileks sedikit!" tegur Aomine yang melihat gerakan Tsubasa.

Entah kenapa bagi gadis kembaran Taiga itu, latihannya bersama Aomine adalah latihan yang menurutnya paling normal. Jika sebelumnya ia hanya diberi tugas yang terpaksa dilakukannya, maka sekarang Aomine memberitahunya tentang koreografi mereka yang akan digunakan untuk konser nanti. Untungnya juga, pemuda berkulit gelap itu cukup sabar menghadapi Tsubasa yang masih sering melakukan kesalahan.

"Begini?" Tsubasa mengulangi gerakannya dengan lebih pelan.

Aomine berdecak pelan dan berjalan ke arah Tsubasa. Ia berdiri di belakang gadis itu, memegang tangannya dan menuntunnya melakukan gerakan yang benar.

Ya ampun, dia terlalu dekat! Umpat Tsubasa dalam hati saat menyadari wajahnya dan Aomine terlalu dekat, hingga tanpa sadar gadis itu menarik tangannya dan langsung menjauhi Aomine. Jangan lupakan keringat dinginnya dan wajahnya yang memerah. Aomine yang melihat itu menatap Tsubasa heran.

"Kenapa?" Tanya Aomine bingung.

"Ah... ti-tidak..." jawab Tsubasa gugup.

Aomine menatap Tsubasa selama beberapa saat sebelum akhirnya menyeringai jahil. Ia berjalan mendekati Tsubasa. Melihat wajah aneh Aomine, membuat gadis itu agak takut dan reflek mundur.

Bugh!

Gawat, punggung Tsubasa sudah menempel di tembok. Ia tak bisa melarikan diri lagi. Sementara Aomine semakin dekat dan kini mengurung gadis itu diantara dua lengan kekarnya.

"Apa kau pikir, aku akan melakukan sesuatu padamu?" Tanya Aomine dengan suara seduktif. Membuat Tsubasa merinding dan meneguk ludahnya susah payah.

Melihat ekspresi ketakutan Tsubasa membuat Aomine menyeringai semakin lebar. Detik berikutnya, ia mundur dan tertawa terpingkal-pingkal.

"Huahahaha.... kau pikir aku serius? Aku masih normal kok! Mungkin kau kebanyakan lihat shonen ai di Amerika, jadi kau pasti mengira disini banyak yang begitu." ujar Aomine di tengah tawanya.

Tanpa sadar Tsubasa yang melihat itu, menghela nafas lega. Kupikir dia tahu rahasiaku, ternyata...

"Lagipula, aku lebih suka yang dadanya besar daripada dada rata." tambah Aomine lagi.

"Dasar mesum!" teriak Tsubasa. Ia langsung berlari keluar ruangan meninggalkan Aomine yang masih tertawa karena berhasil menggoda anggota baru mereka.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top