Beach
"Kau yakin ingin aku menjawab pertanyaanmu?"
Kagami mengangguk. Gadis itu memang belum lama kenal Akashi tapi melihat tingkah Akashi, Kagami yakin jika pemuda bermata heterochrome itu bukanlah tipe orang yang usil seperti Kise. Lalu kenapa dia bersekutu dengan pemuda blonde itu untuk membuatnya mabuk?
"Jujur saja, kau adalah orang paling misterius yang pernah kutemui."
Kagami tertegun. Apa maksudnya?
"Aku bisa menilai orang lewat penampilan mereka serta ekspresi wajah dan kebiasaan mereka. Dari sana aku bisa tahu bakat, kemampuan, latar belakang mereka bahkan apa yang mereka pikirkan. Tapi kau, secermat apapun aku mengamatimu aku tidak pernah bisa tahu siapa sebenarnya dirimu. Jadi aku akan bertanya padamu, siapa sebenarnya kau, Kagami Taiga?"
.
.
.
Kiseki no Sedai Music
Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi
Genre: Friendship, Drama, Hurt/Comfort, Romance (?)
Warning: OOC, OOT, AU, OC, typo bertebaran, alur gaje yang terlalu lambat dan suka-suka author
Lagu-lagu yang muncul merupakan image song Kuroko no Basket walau tidak menutup kemungkinan bakal ada lagu lain yang nyasar
.
.
Beach
.
.
Saat Kagami turun, dia melihat Nijimura tengah duduk sambil berbicara pada Kise.
"Nijimura-san," panggil Kagami. Sang manager menoleh menatap Kagami.
"Oh, Kagami hari ini kau ikut aku ke studio musik Aida-san."
"Untuk apa?"
"Jadwal rekaman lagu barumu, tentu saja. Pastikan kau menyelesaikannya hari ini supaya saat liburan musim panas nanti, kita bisa syuting video klip bersama."
Kagami mengangguk setuju. Tak lama kemudian, Akashi turun dari lantai atas dan langsung duduk di satu-satunya sofa yang masih kosong.
"Jadi, kapan kita akan melakukan syuting video klipnya?" Tanya Akashi to the point.
"Aku memutuskan saat liburan musim panas. Jadi kita akan punya banyak waktu." jawab Nijimura.
"Tempatnya?"
"Itu dia masalahnya, aku ingin membicarakan hal ini denganmu. Apa kau punya spot bagus untuk syuting video klip kalian?"
Akashi terlihat berpikir sejenak.
"Bagaimana kalau Kyoto?" tawar Akashi.
"Tapi saat liburan musim panas nanti pasti di sana akan panas sekali. Kenapa tidak di Okinawa saja?" sahut Aomine.
"Aominecchi, kau pasti ingin mengambil spot pantai..."
"Bukannya jika musim panas memang lebih seru jika ke pantai?" Aomine berkata sambil menaik turunkan alisnya jangan lupakan juga tersenyum mesumnya.
"Aku setuju dengen Mine-chin, aku tidak tahan dengan hawa panas." dukung Murasakibara.
"Aku juga tidak keberatan-nanodayo."
"Kurasa ide bagus. Akashi bagaimana menurutmu?" Tanya Nijimura.
"Tidak masalah aku punya resort kecil di Okinawa."
"Baiklah, saat liburan musim panas nanti kita akan pergi ke pantai daerah Okinawa!"
Mendengar hal itu membuat Kagami gelisah. Ia harus bicara dengan Nijimura setelah ini.
***
"Aku tidak bisa pergi, Nijimura-san..." ujar Kagami dalam perjalanannya pergi ke studio musik yang hanya berdua dengan Nijimura.
"Tidak Kagami, kau tetap akan pergi."
"Tapi..."
"Tenang saja, aku akan atur agar identitasmu aman. Kau tidak perlu khawatir soal itu."
"Bukan itu masalahnya..." Kagami berujar dengan nada setengah putus asa.
Nijimura melirik Kagami yang duduk di samping kursi kemudi dan tersenyum kecil.
"Kau tidak perlu khawatir, kau akan ikut kami ke Okinawa dan identitasmu tetap aman."
Kagami terdiam. Ia juga tidak mungkin membantah ucapan Akashi karena ucapan pemuda itu mutlak. Jadi setidaknya ia akan membujuk Nijimura untuk membatalkan tempat yang akan mereka kunjungi tapi ternyata hasilnya sama saja.
Tidak semua orang tahu tentang kegelisahan Kagami jika menyangkut tempat yang berhubungan dengan air. Gadis itu trauma dengan tempat yang bagi banyak orang menyenangkan itu. Trauma yang hanya bisa dipahami olehnya sendiri.
***
Liburan musim panas telah tiba. Para anggota Kiseki no Sedai pun mempersiapkan keberangkatan mereka ke Okinawa. Jika Aomine dan Kise adalah orang yang paling semangat pergi, maka Kagami adalah orang yang paling malas pergi. Dengan asal-asalan tanpa niat sama sekali, gadis itu menyiapkan barang-barangnya dalam ransel. Mungkin sesampainya di penginapan nanti, dia memilih mengurung dirinya di kamar sepanjang waktu sebelum Kise menariknya pergi ke pantai dan kembali mengerjainya.
Di sinilah para Kiseki no Sedai berdiri sekarang, di depan sebuah resort besar nan mewah milik keluarga Akashi. Kaget? Sudah pasti. Para pemuda pelangi minus Akashi hanya melongo menatap bangunan di depan mereka.
"Etto... Bukannya kau bilang ini hanya resort kecil milikmu, Akashi?" Tanya Aomine pada Akashi.
"Ini memang resort kecil dibandingkan dengan resort keluargaku yang berada di Kyoto dan Hokkaido." jawab Akashi tenang.
Mungkin setelah ini Aomine dan Kiseki no Sedai lainnya harus mencatat standar anggapan resort kecil dan mewah versi Akashi Seijuro. Yang ada di hadapan mereka ini saja termasuk hitungan bangunan besar, tidak... sangat besar malah. Lalu seperti apa resort Akashi yang ada di Kyoto dan Hokkaido? Seperti istana? Siapa yang tahu.
Saat masuk, mereka langsung disambut para pelayan resort dan menunjukkan kamar untuk masing-masing anggota. Untung Kagami mendapat kamar bagian paling ujung dan bersebelahan dengan kamar Akashi, jadi setidaknya Kise ataupun Aomine akan berpikir ulang untuk pergi ke kamarnya. Yang Kagami dengar dari Kuroko, Akashi itu adalah orang individualistik, disiplin dan tidak suka ada gangguan di sekitar kamarnya. Kise dan Aomine tidak mungkin berani mengusik Kagami sekarang yang kamar tidurnya dekat dengan Akashi.
Setelah selesai membereskan semua barang-barangnya, Kagami merebahkan diri di kasur sambil menghela napas pelan. Ia punya tujuan masuk Kiseki no Sedai, tapi ia juga bingung. Tidak tahu harus mulai dari mana mencari keberadaan ayahnya.
Triiing
Sebuah notifikasi pesan masuk berbunyi. Kagami meraih ponselnya dan membaca pesan yang baru saja masuk.
From: Kise
Kagamicchi, ayo kita main ke pantai! Kurokocchi dan Aominecchi akan ikut bersama!
Bagus, sepertinya pemuda blonde itu memang tidak datang ke kamarnya tapi ajakannya tetap muncul. Dengan segera Kagami mengetik balasannya.
From: Kagami
Maaf Kise, aku masih agak capek setelah perjalanan jauh tadi. Jadi aku tidak bisa. Aku butuh istirahat sekarang.
Setelah menekan tombol 'send', ponsel Kagami kembali berbunyi semenit kemudian.
From: Kise
Sayang sekali, padahal Midorimacchi dan Murasakibaracchi sudah mau ikut setelah kupaksa. Yakin tidak mau ikut?
Kagami menghela napas pelan. Pemuda blonde ini sepertinya hobi memaksa orang. Kagami kembali membalas pesan Kise.
From: Kagami
Pergi saja sana! Aku tidak tertarik!
Terkesan kasar memang. Tapi ini cukup ampuh agar Kise tidak memaksanya pergi ke pantai.
***
Akashi memainkan pion shoginya dengan hati-hati. Walaupun bermain sendirian, pemuda bermanik heterochrome itu tetap serius bermain. Ia tidak menerima kegagalan ataupun bantahan karena dia absolut. Akashi menatap keluar jendela di sampingnya yang menghadap langsung ke pantai dan sudah bisa diduga teman-teman pelanginya tengah asyik menghabiskan waktu mereka di sana. Ada Kise dan Aomine yang ribut berenang sambil melirik gadis-gadis berbikini yang lewat, serta Midorima, Murasakibara dan Kuroko yang memilih berteduh di bawah payung besar sambil minum minuman dingin. Khusus untuk Murasakibara, ada cemilan segunung yang dimakannya.
Akashi menghela napas pelan. Kenapa sekarang dia terlihat berbeda dengan mereka? Semua orang di Kiseki no Sedai sangat gampang berkumpul dan bercanda, namun dia hanya bersosialisasi seperlunya. Ia tidak mau repot-repot menanggapi ucapan bodoh teman-temannya, begitulah yang seharusnya. Tapi...
Sejak kedatangan pemuda baru di Kiseki no Sedai, Akashi mulai merasa jika ada yang berbeda dengan Kagami. Pemuda itu selalu bertingkah di luar perkiraannya dan pikirannya tidak bisa ditebak, membuatnya penasaran sekaligus heran. Padahal mereka sudah tinggal bersama hampir dua bulan, tapi tetap saja ia tidak bisa 'membaca' seorang Kagami Taiga.
"Cih! Aku memikirkan dia lagi," umpat Akashi pelan. Ia beranjak berdiri, mungkin dengan jalan-jalan sebentar bisa mengurangi beban pikirannya.
Tempat menginap Kiseki no Sedai memiliki gedung terpisah dari resort utama. Bagaimanapun juga, mereka adalah publik figur, jadi privasi dan ketenangan sangat dibutuhkan jika mereka pergi ke suatu tempat. Di depan penginapan, ada taman bunga yang luas dengan jalan setapak kecil sebagai penghubung resort utama dan penginapan mereka. Akashi memilih untuk duduk di salah satu bangku yang berada di taman bunga tersebut. Mata heterochrome nya tertuju pada lapangan basket yang ada tak jauh dari tempatnya.
Di sana, di lapangan basket yang sepi itu ada orang yang selalu mengusik pikirannya belakangan ini, Kagami.
Kagami terlihat asyik mendribble bola basketnya dan mengopernya kesana kemari dengan lihai. Akashi tidak heran dengan kemampuan Kagami yang hebat. Toh, Kagami juga sudah ikut bertanding beberapa kali bersamanya hingga akhirnya Teiko Academy meraih posisi juara di turnamen musim panas.
Entah mendapat dorongan dari mana, Akashi beranjak dari tempat duduknya dan berjalan memasuki lapangan basket. Ia hanya berdiri mengawasi permainan Kagami di pinggir lapangan tanpa berniat mengganggunya ataupun menegurnya. Hingga akhirnya bola basket itu melambung ke arahnya. Tentu saja ditangkap dengan mudahnya oleh Akashi.
"Akashi? Sejak kapan kau di sana?" tanya Kagami heran.
"Sepuluh menit yang lalu." jawab Akashi ringkas dan datarnya.
Kagami berlari kecil ke pinggir lapangan dan duduk di bangku yang ada di sana. Akashi berjalan mendekati Kagami dan duduk di sampingnya. Hening yang canggung tercipta saat Kagami meminum air mineral yang dibawanya sedangkan Akashi memutar-mutar bola basket di tangannya.
"Akashi, kenapa kau tidak ikut Aomine dan yang lainnya ke pantai?" pertanyaan dari Kagami memecah keheningan.
"Aku tidak punya waktu untuk itu. Ada beberapa hal yang kuurus tadi." lagi-lagi suara pemuda itu tajam, dingin dan terkesan tidak peduli.
Kagami hanya ber'ooh' ria. Tinggal di dorm selama hampir dua bulan sudah cukup bagi Kagami untuk memahami seluruh karakter para penghuninya termasuk pemuda yang duduk di sampingnya ini.
"Bagaimana denganmu? Kenapa kau tidak ikut mereka?" Akashi kali ini yang bertanya.
Hening
Kagami memainkan botol minumannya gelisah dan bingung. Sebenarnya Kagami bukanlah tipe orang yang pintar berbohong apabila itu berhubungan dengan masa lalunya. Makanya dia bingung apa jawaban yang diberikannya pada Akashi. Akashi yang menyadari perubahan sikap Kagami menatapnya dalam. Namun manik merah Kagami tidak menatapnya melainkan menatap botol minuman di tangannya.
"Kenapa kau tidak menjawabku?"
"Kurasa... aku tidak perlu menjawabnya." gumam Kagami pelan tanpa menatap manik heterochrome Akashi.
"Aku bertanya padamu, jadi kau harus menjawabnya." tegas Akashi.
Kagami menghela napas berat. Benar juga, ia sedang berhadapan dengan seorang Akashi Seijuro yang absolut dan selalu benar. Sepertinya kebohongan kecil tidak akan berdampak padanya, walaupun keberadaan Kagami disini juga merupakan sebuah kebohongan.
"Aku punya trauma dengan laut. Soalnya aku pernah nyaris terseret ombak saat aku berumur sepuluh tahun." cerita Kagami.
"Apa itu sebabnya kau selalu membolos saat pelajaran renang?"
Kagami tertawa kikuk.
"Ya... begitulah."
Mungkin yang dikatakan Akashi memang benar jika ia selalu membolos saat pelajaran renang karena trauma. Tapi alasan utamanya tentu bukan itu.
Hening lagi.
"Taiga, bermainlah one on one denganku." titah Akashi.
Mata Kagami membulat sempurna. Ia menoleh menatap Akashi tidak percaya.
"Ma-maksudmu?"
"Kurasa kau sangat paham dengan ucapanku barusan." Akashi beranjak berdiri dan memantulkan bola basket di tangannya sambil berjalan ke tengah lapangan.
Kagami mengerjapkan matanya beberapa kali. Mau protes? Tentu sangat percuma, mengingat yang memerintahnya adalah seorang Akashi. Gadis itu tak punya pilihan lain selain meladeni tantangan leader Kiseki no Sedai itu.
Hasilnya tentu sudah bisa diduga, Akashi memenangkan tantangan yang dilayangkannya pada Kagami. Sedangkan gadis itu terduduk di tengah lapangan akibat ankle break yang dilakukan Akashi sebelum memasukkan bolanya. Kagami menghela napas panjang. Selama bergabung di Kiseki no Sedai, ia sama sekali belum pernah melihat Akashi bermain basket dan ikut pertandingan secara langsung. Jadi wajar saja ia tidak mengetahui kemampuan pemuda bermata heterochrome itu yang ternyata luar biasa.
Akashi menoleh menatap Kagami yang berusaha mengatur napasnya. Pemuda itu nyaris tidak mempercayai matanya melihat ekspresi Kagami yang sangat biasa. Tak ada tanda-tanda jika ia kesal atau tidak percaya dengan kemampuan Akashi yang memang hebat. Bahkan Kagami seolah tahu jika dia akan kalah sejak Akashi menantangnya. Tapi Akashi juga tahu selama permainan tadi, Kagami serius melawannya hanya saja sepertinya ada sesuatu yang ditahan olehnya. Dan Akashi tidak tahu apa itu. Tapi setidaknya tujuannya aslinya menantang Kagami terpenuhi.
Pemuda berambut merah itu berjalan mendekati Kagami.
"Sejak awal aku sudah curiga dengan gerakanmu saat melawan Ryouta. Aku menantangmu untuk melihat bakat aslimu dengan mataku sendiri dan dugaanku benar."
Kagami mendongak menatap Akashi sedikit bingung.
"Apa maksudmu?" Tanya Kagami.
"Bakatmu hampir mirip dengan Ryouta. Bedanya, jika Ryouta menggunakan matanya untuk meniru gerakan dengan sekali melihat, maka kau... mendengar semua gerakan lawanmu untuk menyusun strategi serangan."
Kagami tertegun. Ia menatap Akashi tak percaya. Selama ini tidak pernah ada yang tahu bakat asli seorang Kagami Tsubasa. Ia memang sengaja menyembunyikannya karena pesan dari seseorang yang pertama kali dan satu-satunya yang tahu bakatnya. Bahkan bisa dibilang orang itulah yang memberi tahu Kagami tentang bakatnya yang bahkan tidak disadarinya sampai ia berumur delapan tahun.
"Kelebihanmu terletak pada indra pendengaranmu kan? Indra pendengaran yang di atas manusia rata-rata."
'Wah... kau hebat! Kelebihanmu terletak pada indra pendengaran ya? Kau mendengar permainan basket kami dan menyusun strategi untuk melawan balik, keren sekali!'
Sebuah suara yang nyaris sama bergema di kepala Kagami. Gadis itu beranjak berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Akashi tanpa berkata apapun lagi. Entah kenapa, ia tidak bisa menatap wajah Akashi sekarang. Sedangkan Akashi lagi-lagi dibuat terkejut oleh tingkah Kagami. Sebelum ia pergi, Akashi bisa melihatnya walaupun hanya sekilas, ada sebutir air bening yang berkilau di pelupuk mata Kagami. Apa dia... menangis?
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top