Aomine Daiki

Kuroko No Basket belongs to Fujimaki Tadatoshi

'Kiseki no Sedai in The Train' by Yuzu Nishikawa

[Aomine Daiki x Readers]

Don't Like, Don't Read!

Happy reading, enjoy it!

.

.

Readers POV

Aku memeluk tasku erat, rasa tak nyaman mulai menyergap hatiku. Jika saja aku adalah gadis pemberani seperti temanku, mungkin tadi aku sudah mengutuk ketua klub drama, karena dengan seenaknya menyuruh para anggota klub untuk latihan vocal dua kali lipat dari biasanya. Hanya karena suasana hati ketua klub sedang buruk. Akhirnya kini aku terpaksa pulang kesorean dan berada didalam gerbong kereta yang penuh sesak dengan beberapa penumpang; yang notabene adalah para pegawai kantor. Aku menghela nafas lelah, andai saja aku bukan anak manja yang memiliki jam pulang teratur, mungkin aku lebih memilih menunggu jadwal kereta selanjutnya dan pulang sedikit lebih malam. Aku merasa tambah tak nyaman, ketika kulihat seorang pemuda berkulit Tan dengan surai Navy blue, dan iris serupa tengah membaca majalah Gravure Idols dengan santainya.

'Tak tahu malukah dia membaca buku vulgar seperti itu dikereta yang penuh sesak seperti ini.'

Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar dan kulihat beberapa penumpang wanita juga terlihat tak nyaman, ketika pemuda ini dengan cueknya membaca majalah mesum itu.  Tubuhku seketika membeku, kala sebuah tangan asing mengelus pinggang kiriku.

DEG!

Chikan!

Itulah hal pertama yang terpikirkan olehku. Aku mendongak, menduga bahwa tangan pemuda Tan inilah yang berada di pinggangmu. Tapi dugaanku salah, tangan kanan pemuda itu tengah memegang majalah sedangkan tangan kirinya terlihat berpegangan pada gantungan dikereta. Lantas tangan siapa yang berada dipinggangku?

Tubuhku kembali menegang, ketika merasa tangan itu mulai meraba pinggang dan perutu. Aku hanya dapat menatap pemuda dihadapanku dengan penuh harap, mencoba meminta pertolongan darinya. Tetapi karena ketakutan yang luar biasa aku tak dapat mengeluarkan sedikit pun suara. Suaraku tercekat, lidahku kelu, aku merasa menjadi bisu mendadak. Akhirnya yang dapat kulakukan hanya terus menatap pemuda itu dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.

'Kumohon... menolehlah kearahku!' 

.

Aomine POV

Aku membalik halaman majalah dengan tanpa semangat. Seharusnya sekarang aku masih berada disekolah, tertidur diatap dengan hembusan angin sore yang menyejukan. Tapi karena tak tahan akan teriakan merengek dari Satsuki -teman kecilku- yang terus menyuruhku untuk latihan, akhirnya kuputuskan untuk pulang saja kerumah, meninggalkan dirinya yang masih sibuk mengawasi para anggota tim basket Touou gakuen.

Tubuhku merinding saat kurasakan seseorang menatapku dengan intens. Kualihkan pandanganku dari majalah, dan kulihat seorang gadis dengan tubuh mungil menatapku dengan pandangan berkaca-kaca menahan tangis. Aku mengernyitkan dahiku bingung, karena ditatap seperti itu. Hingga kusadari ada sebuah tangan yang melingkar dipinggangnya, dan terus menjelajah kebagian perut gadis ini. Kulihat seorang pria paruh baya yang berdiri dibelakang gadis mungil ini menyeringai mesum. Jadi dia pelakunya.

Aku menutup majalahku dan menggulungnya, lalu dengan tiba-tiba kulayangkan sebuah pukulan ke kepala pria paruh baya itu.

"Oi, paman. Kalau kau mau memuaskan hasratmu disini, sebaiknya dengan membaca majalah saja sepertiku. Bukan dengan melakukan pelecehan pada seorang siswi sekolah." hardikku, kesal.

Kulihat gadis itu tersentak dengan wajah lega karena ucapanku, lalu pria mesum itu mencoba mengelak dari tuduhanku. Dan sekarang kami menjadi pusat perhatian didalam kereta. Ketika kereta tiba disebuah stasiun, pria mesum yang merupakan pelaku chikan  itu mencoba kabur, tetapi dengan sigap aku mencengkram dengan kuat tangan si pelaku.

"Tunggu dulu, kau tidak boleh kabur secepat itu. Kau harus kubawa ke petugas stasiun dulu." ucapku menyeringai.

.

Readers POV

Aku menghela nafas lega, ketika mendengar ucapan pemuda itu, tetapi sebuah tangan besar menarik tanganku untuk ikut keluar dari kereta. "Dan kau juga ikut aku, Baka ! Bagaimana aku bisa melaporkan tindakan pelecehan tanpa korban sebagai saksinya."

Aku menatap pemuda itu dengan terkejut, lalu mengangguk sebagai jawabannya. Kini aku berjalan dibelakang pemuda itu, mengenggam jaket hitam dengan logo sekolah Touou Gakuen yang dia kenakan. Sedangkan pemuda ini menahan kedua tangan si pelaku dibelakang badannya; terlihat seperti seorang polisi. Sekali lagi kami menjadi pusat perhatian. Sesampainya diruang petugas kereta dan kami melaporkan perihal pelecehan yang dilakukan pria mesum itu. Akhirnya setelah setengah jam kami berada diruang petugas, kami diperbolehkan untuk pulang. Dan khusus untukku, aku diberi sebuah nasihat, jika terjadi hal seperti itu lagi tak usah segan untuk berteriak. Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecil mendengar nasihat dari petugas stasiun, sedangkan pemuda disampingku dengan tidak sopannya malah menguap lebar.

Kami berjalan berdampingan menuju jalur kereta dan menunggu kereta selanjutnya, pada akhirnya aku pasti pulang terlambat dan siap-siap saja mendengar ocehan kakaku tercinta.

Hening. Tak ada pembicaraan diantara kami. Suasana sangat canggung saat aku hendak mengucapkan terima kasih pada pemuda disampingku.

"A-ano..." aku mencoba membuka pembicaraan.

Pemuda disebelahku hanya melirikkan ekor matanya sebagai respon. Akhirnya aku bertekad untuk mengucapkan terima kasih. Dengan cepat aku memutar tubuhku menghadap  pemuda itu dan menggenggam erat tali tasku, "Hontou ni arigatou gozaimasu." sedikit membungkukkan tubuh saat mengucapkan terima kasih.

Kulihat pemuda itu kini ikut memutar tubuhnya menghadapku. Aku kembali menegakkan tubuhku dan mendongakkan kepala karena perbedaan tinggi badan kami. Tetapi tiba-tiba wajah pemuda itu menunduk kearahku, mensejajarkan wajahnya dengan wajahku, menatapku intens lalu mengucapkan sebuah kata yang membuatku terkejut.

"Ya tak masalah... tetapi kalau dipikir-pikir, wajar saja kau jadi korban pelecehan karena dadamu besar juga ya untuk ukuran anak sekolah," Ucapnya dengan seringaian mesum dan menunjuk kearah dadaku.

Spontan wajahku merona merah mendengarnya, dan entah keberanian darimana refleks aku menendang sesuatu yang tak seharusnya kutendang. Pemuda itu menjerit tertahan dan ambruk didepanku, duduk bersimpuh sembari memengangi sesuatu dibawah perutnya; sebuah masa depan seorang pria. Aku dapat melihat dia kesakitan, dengan rintihan dan umpatan kecil yang keluar dari mulutnya.

"Auhh sial..! masa depanku... aku hampir saja kehilangan masa depanku, aw..."

Hanya kata-kata itu yang kudengar. Melihat hal itu aku merasa sedikit bersalah, bagaimana pun pemuda ini sudah menolongku dari seorang chikan. Aku berjongkok didepannya, mencoba mensejajarkan tinggi badan kami.

"A-ano... Gomenasai aku tidak sengaja, itu hanya refleks saja."

Dia menatapku sengit seolah mengatakan –Sial, kau hampir menghancurkan masa depanku- dan hanya bisa meringis merasakan nyeri. Kereta yang tujuanku datang, aku berjalan untuk memasuki gerbong kereta itu. Sebelum masuk kedalam kereta sekali lagi aku menoleh kearah pemuda itu; yang kini mencoba untuk berdiri.

"Hei, siapa namamu?"

Pemuda itu menoleh kearahku, masih dengan tatapan sengitnya lalu ia sedikit berteriak saat menyebutkan namanya.

"Aomine Daiki."

FIN

Untuk penjelasan apa itu Chikan, silakan buka chapter Kise Ryouta.

Hari ini publish dua chapter karena flashdisk ketinggalan dirumah. Jadi aku ga bisa lanjutin FF collabku TTATT sory Natsu, Yuzu nunda project collab terus.

Mungkin untuk kalian yang sudah pernah baca fanfic ini di FFN, kalian akan merasa banyak perubahan kalimat di cerita kali ini. Tapi  inti ceritanya masih sama kan, dan ini cerita terpanjang menurutku dibanding part yang lainnya xD

Vote and Comment? Sankyu ^^


Yuzu Nishikawa

.

6 Januari 2016



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top