10. Di Sinilah Kami

Sempat terjadi friksi di antara empat pemuda yang pernah sama-sama menjadi korban pelecehan. Restu jelas-jelas membela Louis, Rasman terkesan tidak peduli, pemuda itu lebih tertarik memikirkan perut dibandingkan hal lain. Namun, secara tersirat dia memaafkan Louis.

Aku percaya, Hubert yang baik hati tidak akan mempertaruhkan nyawa demi orang jahat, begitulah dia berkata waktu Louis meminta maaf.

Tofiq mengamuk dan meninju hidung Louis hingga mimisan. Gara-gara itu dia harus tersungkur mencium lantai karena Restu mendorongnya. Sedangkan Jati tidak banyak bicara, tetapi dari sorot matanya terlihat kebencian.

Singgih dan Bahrun menempatkan diri sebagai pihak netral, sedangkan para kaum hawa tidak dilibatkan. Mereka tetap tidak tahu tentang peristiwa pelecehan itu, kecuali Yaning. Akan tetapi, Jati tidak memberi tahu bahwa Louis adalah salah satu serdadu yang terlibat, toh, Louis tidak menyentuhnya. Louis adalah spesialis Restu.

Meskipun kemarahan dan kebencian itu masih menggendap di hati, mereka berpura-pura semua baik-baik saja dan hidup bersama bagai keluarga.

Pada akhirnya, hubungan Jati dan Yaning terbebas dari gangguan karena Enjum sekarang dekat dengan Tofiq, saling menempel bak lintah.

Restu dan Louis tetap merahasiakan hubungan mereka. Di mata yang lain, mereka hanya terlihat seperti teman yang sering bertengkar, tetapi saling peduli.

Bu sedah dan Bu Moelyani, ibu yang memiliki putri uisa empat tahun, menjelma menjadi orang tua untuk mereka semua. Sulastri, si kecil menjadi anak bungsu yang berlimpah kasih sayang.

Orang-orang yang pernah disakiti dan menyakiti pada akhirnya memilih untuk berdamai. Kisah mereka hanya seperti pasir di tepi pantai, tidak istimewa dan terlewatkan begitu saja, sejarah tidak akan mencatatnya.

Setelah lewat satu bulan, Restu dan Louis akhirnya bisa bernapas lega karena Jansen yang selalu menjadi momok menghantui pikiran mereka, tidak pernah muncul. Bahkan Hubert, Hans, dan Karel sempat datang berkunjung membawa cukup banyak bahan makanan dan obat-obatan. Ketiganya menceritakan dengan bangga telah berhasil mengelabui Jansen, tanpa mengetahui kebenaran bahwa Jansen tidak pernah berniat membunuh Louis.

Setelah satu tahun berlalu, mereka memutuskan untuk kembali ke Kota, kecuali Louis, Restu, dan Bu sedah.

________

Di suatu sore yang cerah, Restu berdiri di hamaman belakang, tempat yang biasa dia gunakan untuk melihat panorama Kota Bandung bila sedang dilanda rindu, sambil bertanya-tanya dalam hati, kira-kira Bahrun dan kawan-kawan sedang apa? Seperti apa kehidupan mereka sekarang?

Restu rindu, terkadang ada hasrat untuk kembali ke Kota, tetapi dia tetap memilih bertahan di sini karena Louis. Di sini tidak akan ada orang yang menyakiti dan memandang Louis sebagai penjahat, sedangkan bila di sana, mungkin Louis akan menjadi sasaran kebencian para pribumi.

Bahu Restu menjengit saat dua lengan perkasa yang sekarang sering dipergunakan untuk mencangkul itu melingkar di perutnya.

"Kalau rindu, kenapa tidak berkunjung ke sana?"

Alih-alih menoleh, Restu malah menyandar pasrah di dada bidang Louis. "Suatu hari nanti mungkin. Tidak sekarang."

"Meneer! Ibu butuh daun ubi untuk sayur bening!" Bu Sedah berteriak dari pintu belakang.

"Iya, Bu Sedah. Tunggu sebentar!"

Restu terkekeh geli. Louis yang dulu garang sekarang malah sering disuruh-suruh oleh Bu Sedah yang dulunya lemah dan sering ketakutan.

"Jangan mulai lagi," Louis protess.

"Mulai apa?" Tawa Restu malah semakin kencang.

"Meledekku ...." Louis segera beranjak dengan Restu berada di atas bahu, dipanggul bak karung beras.

_________

Louis pernah menjadi orang yang sangat brutal terhadap musuh, keji, membunuh tiada ampun meski lawan sudah memohon. Dia mendapat pelajaran berharga saat Belanda takluk pada Jepang. Merasakan betapa tidak enaknya menjadi yang tertindas. Oleh sebab itulah, setelah dibebaskan dari kamp tawanan, dia mulai berubah. Jiwanya goyah, kejenuhan melanda, rasa hati sudah tidak ingin lagi menjadi bagian dalam kesatuan perang, tetapi tak berdaya.

Saat melakukan pelecehan, Louis dalam pengaruh alkohol, dia tidak sepenuhnya sadar akan apa yang dia perbuat. Setelahnya dia menyesal dan Hubert adalah tempatnya mencurahkan isi hati.

Louis menyesal dan sudah hampir melepaskan Restu, tapi egonya melarang. Dia sudah terlanjur jatuh cinta dan tak ingin melepasnya.

Kini mereka telah bersama. Bagaimana ke depannya. Hanya Tuhan yang tahu.

TAMAT

=========== ********** ===========

Tujuan cerita ini hanyalah mempertemukan kembali mereka yang pernah menjadi korban pelecehan di rumah kosong dan orang-orang yang terlibat dalam cerita. Tidak muluk-muluk.

Bila banyak plothole anggap saja itu bagian dari tema ... YANG TERLEWATKAN. 🤣

Yuhuuuuu ... tebar konfeti.

Dirgahayu Indonesia Tanah Tumpah Darah Tercinta. MERDEKA!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top