4. The Day

'Kamu terlalu jahat karena menganggap dirimu tidak pantas, maka biarkan aku yang menghargai diri itu.'

Kisah yang Belum Selesai

~Thierogiara

***

Waktu pernikahan akhirnya tiba tapi Anne masih abu-abu soal kehidupan Arsen, dia tidak tahu siapa dua anak yang waktu itu dan masih dihantui rasa penasaran soal pekerjaan Arsen dan kisah yang ada di masa lalu pria itu. Mungki memang semua itu bukan urusannya, tapi tetap saja melihat kehidupannya yang sekarang Anne benar-benar penasaran dengan apa yang ada dalam hidup Arsen sebenarnya. Sebenarnya kebanyakan soal tetek bengek acara yang sedang berlangsung semuanya dipilihkan oleh keluarga Arsen, terutama mamanya. Ini akan menjadi pernikahan pertama di keluarga mereka, jadi sudah pasti mama Arsen ingin melakukan yang terbaik. Sementara Anne yang menjadi pengantin hari ini justru tidak memiliki pernikahan impian, bisa dikatakan dia hanya mengikuti arus. Bahkan untuk undangan juga dia sama sekali tidak mengundang siapa pun dari kalangan teman, karena selama ini selalu sendirian, Anne jadi tidak merasa memiliki teman.

Anne menatap dirinya sendiri di depan cermin, wajahnya benar-benar berubah karena sekarang sudah tertutup make up. Mungkin sama seperti perasaannya yang tidak ingin berada di sini, jiwanya juga tidak di sini, jadi sosok itu adalah orang lain. Dia seperti kehilangan dirinya sendiri, sosok itu bukan dia, dia tidak memiliki wajah yang secantik itu.

Jujur saja meski bukan sesuatu yang dia inginkan, tapi detakan jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Euforia pernikahan benar-benar terasa, seperti para pengantin lainnya dia juga merasa gugup, apalagi sekarang adalah waktunya menunggu calon suaminya datang. Dia duduk di depan meja rias kamarnya, menunggu panggilan saat mempelai pria datang, menunggu saat dirinya akan berubah status, menunggu kehidupan yang juga akan berubah, menunggu sekaligus mempersiapkan diri, mempersiapkan jika detak ini akan menjadi detakan yang mengecewakannya.

"Mempelai pria sudah datang." Salah satu tante Anne masuk ke kamar membawa berita. Berita yang sudah sejak bermenit-menit lalu dia tunggu.

Anne menarik napasnya dalam kemudian mengembuskanya setelah itu. Dengan digandeng mama beserta adik perempuannya, mereka keluar dari kamar Anne. Akad nikah hari ini diadakan di ruma keluarga Anne, resepsi nanti malam baru di hotel.

Acara akad dilakukan di rumah adalah permintaan dari keluarga Anne, menurut kedua orang tua Anne akan lebih kusyu jika dilakukan di rumah, apalagi akhirnya keluarga yang sudah lama tidak bertemu akhirnya berkumpul kembali, semuanya menginap di rumah keluarga Anne. Mungkin sampai beberapa hari ke depan karena memang sudah lama tidak bertemu, jadi berencana menghabiskan waktu lebih lama untuk berkumpul.

Anne mengangkat wajahnya dan tatapannya langsung terjurus pada Arsen, warna rambut pria itu masih sama seperti sebelumnya, hanya saja sekarang ditutup dengan peci putih yang senada dengan pakaian adat Melayu yang mereka kenakan sebagai baju akad nikah. Ini juga mengikuti kemauan mama Arsen karena memang bu Susan adalah orang Melayu yang lahir dan besar di Sumatera Utara. Jadi dia mau kalau pernikahan ini menggunakan adat Melayu saat akad. Tidak ada yang protes, sepertinya memang hanya bu Susan yang antusias. Mama Anne juga tidak request apa-apa, cenderung hanya mempersiapkan diri untuk melepas anak perempuannya.

Anne kembali menunduk, mereka terus berjalan sampai Anne didudukkan di sebelah Arsen yang di hadapan mereka sudah duduk para wali dan saksi. Anne memilih tetap menunduk dan menjawab seluruh pertanyaan tuan kali dengan kata siap. Lagipula kalau dia tidak siap dia tidak mungkin berada di sana. Setelah mendapat persetujuan dari papa Anne acara langsung dimulai. Semua orang beruluk basmallah, Anne sendiri berusaha untuk menenangkan gejolak dalam dirinya, berusaha menenangkan kepalanya yang dihantui pikiran-pikiran jahat.

"Saya terima nikah dan kawinnya Belisania Anne Wirahman binti Hakam Wiarhman dengan mas kawin satu unit rumah senilai sepuluh miliar dibayar tunai." Arsen membalas ijab yang dilontarkan papa Anne dengan satu tarikan napas, setiap kata yang keluar menjadi sebuah kalimat yang kedengaran sangat tegas.

"Bagaimana para saksi?"

"Sah!"

Anne bahkan masih tertegun dengan mas kawin yang Arsen berikan, karena beberapa hari yang lalu Anne diajak oleh bu Susan untuk membeli berlian, Anne memilih sebuah gelang dengan aksen berlian yang memanjang mengelilingi bagian gelang dan menyangka kalau itu akan menjadi mas kawin, ketika ditanya juga Anne mengatakan bahwa itu tergantung keputusan Arsen karena Arsen yang akan memberikan, apa pun akan dia terima asal masuk akal. Tapi ini rumah? Nilainya juga sepuluh miliar? Menurut Anne ini kurang masuk akal untuk diberikan pada dirinya, apa dia se-worth it itu?

Tapi Anne bahkan tidak ada kesempatan untuk menanyakan soal itu, acara langsung berlanjut dengan doa, penandatanganan berkas, penyerahan mahar yang berbentuk sertifikat rumah serta mencium punggung tangan Arsen dan Arsen mencium keningnya, kalau akan sebanyak itu mahar yang Arsen berikan maka Anne akan mengatakan sendiri apa yang dia minta. Sepuluh miliar itu banyak, tentu saja beban yang akan Anne tanggung jadi sangat berat. Memang dia akan berusaha menjadi istri yang baik, tapi tentu saja balun bisa memastikan dia bisa atau tidak untuk menjadi istri yang baik. Belum bisa memastikan, apakah benar sosok sepertinya yang selama ini Arsen inginkan?

***

Setelah akad nikah keduanya sama sekali tidak saling bicara, ada banyak pertanyaan di benak Anne tapi mereka masih belum memiliki kesempatan untuk punya waktu hanya berdua. Ada banyak orang yang harus mereka sapa, energi Anne benar-benar habis hanya untuk berpura-pura di hadapan semua orang.

"Siap-siap sebentar lagi kita mau ke hotel."

Anne megangguk, dia lantas berjalan ke kamarnya, karena nanti malam mereka akan menginap di hotel sudah pasti Anne harus mempersiapkan baju untuk dibawa, dia juga masih mengenakan gaun akad dan rasanya sudah gerah sekali. Gaun itu juga membuatnya susah bergerak, menyapa semua orang dengan gaun itu sedikit membuatnya agak tersiksa, apalagi ternyata Arsen sosok yang tidak peka, dia membiarkan Anne bergerak sendirian, tidak membantu Anne sama sekali, setidaknya untuk memegangi rok Anne.

Anne berjalan menuju ke kamarnya dan begitu akan membuka pintu seperti ada seseorang yang juga berhenti di belakangnya. Anne menoleh dan mendapati Arsen.

"Mau numpang istirahat." Ya kalau bukan ikut Anne, dia ikut siapa lagi? karena posisinya di sana yang istrinya adalah Anne.

Anne mengangguk lantas membukakan pintu kamar untuk dirinya dan juga Arsen, entah kenapa gesture Arsen terlihat biasa saja, sama sekali tidak terlihat canggung atau sungkan. Dia juga tidak terlihat gugup, apa memang hal semacam ini biasanya dialami oleh wanita?

Karena Arsen sudah masuk duluan, malah dirinya yang bingung, ragu tapi Anne tetap ikut masuk ke dalam kamar, mulai sekarang sepertinya dia harus sering-sering mengingatkan diri sendiri bahwa Arsen adalah suaminya. Masih dengan pakaian pengantin Arsen merebahkan dirinya di atas kasur. Sementara itu Anne memilih melepaskan riasan kepalanya dan menghapus make up yang masih menutupi wajahnya. Acara pertama sudah selesai, jadi tidak masalah jika Anne mandi siang ini. Badannya cukup gerah dan lumayan agak lelah, maka Anne memutuskan mandi untuk menyegarkan dirinya.

Sampai saat dirinya harus melepas baju Anne bingung karena harus menurunkan resleting yang ada di belakang. Anne melihat ke arah Arsen, sepertinya pria itu mulai tertidur. Mengintip dari balik pintu kamarnya sepertinya tidak mungkin juga jika harus meminta tolong orang di luar, karena semua orang kelihatannya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Agak sungkan juga karena meminta bantuan hanya untuk membuka resleting baju.

"Kenapa?" Tiba-tiba saja Arsen sudah bangkit dari posisi rebahan ya sebelumnya, dari tidur ayamnya dia bisa melihat kalau Anne membuka pintu mengintip ke luar.

"A...aku butuh bantuan untuk membuka baju ini."

Tanpa kata Arsen melambaikan tangannya meminta Anne mendekat. Meski sebenarnya sangat gugup, Anne tetap maju kemudian mendudukkan dirinya di hadapan Arsen di atas kasur.

"Kenapa maharnya sebanyak itu?" tanya Anne, akhirnya memberanikan diri. Suasana di antara mereka sudah lumayan mencair, jadi Anne tidak terlalu takut untuk bertanya.

"Karena mama mengatakan bahwa aku harus memberikan apa yang menurutku paling berharga dan harus hasil kerja kerasku sendiri dan aku cuma punya rumah." Arsen menjelaskan, semudah itu?

"Kenapa nggak beli gelang atau cincin yang murah aja?" tanya Anne, ya memang sekarang sudah terlambat tapi Anne masih ingin mendengar alasan lain Arsen.

"Kenapa dari awal nggak bilang? Kamu hanya mengatakan terserahku karena itu akan menjdi pemberianku."

"Ya aku kira kamu nggak akan ngasih sebanyak itu." Anne memelankan suaranya di akhir kalimat, sungguh semua hal soal Arsen benar-benar kejutan untuknya.

"Karena kata mama juga harus yang berharga."

Jadi sepenting itu pernikahan ini untuk Arsen? Padahal dari awal dia terlihat sangat tidak berminat.

Anne masih diam di tempatnya, sungguh andai bisa diulang menurutnya lebih baik diulang, maharnya tidak perlu sebanyak itu, selain bukan cewek matre, menikah dengan Arsen dia sama sekali tidak mengharapkan apa pun. Dia hanya ikut mau orang tuanya dan kebetulan orang tuanya mau kalau dia menikah dengan Arsen.

"Berapa lama lagi?" tanya Arsen.

"Apanya?"

"Kamu membiarkan aku melihat bra merah itu."

Anne refleks menyilangkan kedua tangannya di depan dada padahal yang terbuka adalah belakangnya. Anne tidak sadar kalau sejak awal mereka mengobrol resleting belakang gaunnya sudah terbuka, karena niatnya duduk di hadapan Arsen memang meminta bantuan untuk membuka resleting bajunya.

Anne langsung bangkit dan berjalan cepat menuju kamar mandi. Sekarang masalahnya adalah seharusnya Anne membawa baju ke dalam kamar mandi! Tapi dia lupa karena tadi sempat panik. Meminta tolong Arsen juga rasanya sungkan karena kejadian beberapa menit yang lalu. Tapi keluar lagi juga tidak mungkin karena bajunya sudah setengah terbuka.

"Bisa kamu keluar dari kamarku?"

Arsen menatapnya.

"Apa lagi?"

"Aku harus ambil baju." Beruntung saat itu Arsen tidak menolak dan langsung keluar dari kamar Anne.

***

Haiiii

Siapa yang mau mahar 10M? Wkwkwk

Jadi Anne beruntung nggak nih?

Kayaknya Arsen akan jadi salah satu karakter yang bikin bingung. Kadang baik, kadang juga baik banget dong🤣🤣🤣

Jangan lupa vote & comment sayang sayang akoooh!

Have a nice day

Luvyu guys!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top