23. Kesempatan Kesekian

'Karena mencintaimu adalah usaha untukku memaafkan segala masa lalumu.'

Kisah yang Belum Selesai

~Thierogiara

***

Anne masih diam, dia juga tidak tahu akan dibawa ke mana rumah tangganya ini, semua hal mulai terasa rumit. Kalau dia tidak mau menjadi ibu untuk anak-anak Arsen, maka dia harus rela kalau anaknya juga terlahir tanpa ayah, dia berada dalam situasi yang benar-benar sulit untuk dipilih. Bisa sih sebenarnya Anne menerima anak Arsen, tapi posisinya sekarang, dia bahkan tidak tahu sebanyak apa anak Arsen di luar sana, sebanyak apa lagi yang akan datang ke mereka.

Tapi mau semarah apa juga, yang namanya istri itu tetap saja akan bangun pagi kemudian menyiapkan keperluan sang suami yang memang akan berangkat bekerja, sama seperti perempuan lain, Anne juga bangkit dari kasur untuk mempersiapkan sarapan pagi untuk Arsen. Karena meski menginap di rumah mamanya, tetap saja harus Anne yang melayani siaminya sendiri.

"Kita pulang hari ini." Arsen membuat keputusan, mereka berdua sedang di meja makan, tentu Anne menemani Arsen sarapan pagi.

Anne menatap Arsen. "Aku masih serius soal perpisahan kita." Di satu sudut hati Anne memang dia ingin kalau ada perbaikan di dalam hubungan mereka, tapi di sudut yang lain Anne benar-benar tidak siap dengan itu, dia tidak siap kalau sampai harus hamil, tapi juga mengurus semua anak Arsen. Kasihan sih sebenarnya anak-anak yang tidak bersalah tersebut ditolak, tapi sekali lagi Anne bukan malaikat.

"Dan aku nggak akan membiarkan anak kita lahir tanpa ayah." Arsen menegaskan, dia banyak melakukan kesalahan di masa lalu. Sekarang dia akan memiliki anak yang anak itu hadir di dalam sebuah pernikahan, anak itu hadir dengan cara yang baik, menurut Arsen dia harus menyambut anaknya dengan cara yang baik pula.

"Sampai kapanpun aku nggak akan pernah bisa berdamai sama masa lalu kamu! Aku capek!" Karena mustahil sosok seperti Arsen bisa berubah hanya karena seorang Anne, mungkin akan berubah, tapi tentu saja harus dari dirinya sendiri, harus dari hatinya, tidak bisa berubah hanya dengan kenyataan bahwa kini Anne hamil dan mereka berdua akan bersiap untuk menjadi orang tua, tidak akan pernah bisa seperti itu.

Arsen menghela napasnya, kalau yang jadi masalah adalah masa lalunya, maka Arsen tidak bisa perbaiki apa pun yang ada di masa lalunya. Jujur memang masa lalu Arsen memang seburuk itu. Tapi, di masa depan dia tentu akan memberikan yang terbaik untuk Anne. Sekali lagi Arsen juga tidak mungkin berjanji banyak, tapi dia yakin sekali dengan niat di hatinya bahwa jadi dia merasa harus menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Sementara Anne sendiri berpikir panjang, dia masih memikirkan hal apalagi yang akan dihadapi di depan sana jika dia bertahan? Sebanyak apa lagi luka yang akan Arsen berikan jika Anne memutuskan untuk tetap berada di sisi Arsen?

Bahkan sampai kini Anne masih yakin kalau dirinya tidak sekuat itu, mungkin dia bisa menerima dua anak Arsen yang sebelumnya tapi tidak tahu apakah mampu menerima anak-anak Arsen yang kemungkinan lebih banyak di luar sana. Dia masih berusaha untuk berpikir positif bahwa suaminya adalah sosok yang baik tapi bagaimana jika dia kecewa dengan harapannya? Karena kadang luka, datangnya dari harapan itu sendiri.

"Aku sama sekali nggak bisa merubah apa pun soal masa laluku, tapi mungkin yang kali ini aku serius untuk jadi manusia yang labih baik lagi. Kamu akhirnya membuat aku mengerti bahwa apa sih yang aku kejar? Jadi, aku mohon, aku nggak mau pisah dari kamu."

Karena memang apalagi yang arsen cari? Dia menemukan semuanya pada diri Anne, Anne masuk ke dalam hidupnya dengan semua kesempurnaan yang akhirnya bisa Arsen lihat saat ini. Anne bersedia menjadi teman, menjadi ibu, dan menjadi semua hal yang Arsen butuhkan di dalam hidup Arsen. Perlahan, keinginan Arsen untuk mempertahankan rumah tangga ini bukan semata karena dia membutuhkan Anne saja, tapi karena memang Anne adalah semua jawaban yang dia temukan dari seluruh perjalanan panjang yang sudah dilalui dalam hidupnya.

Anne membuat Arsen memiliki sudut pandang yang berbeda soal kehidupan, membuat Arsen akhirnya memiliki tujuan hidup dan berkomitmen untuk berhenti atas semuanya. Ibarat kata, Anne adalah pencarian yang membuat arsen merasa bahwa dia tidak perlu mencari lagi, dia menemukan semuanya di diri Anne.

Anne terdiam. Entah kenapa kalimat Arsen yang kali ini Terdengar sangat meyakinkan, suaminya itu Terdengar sangat serius dengan semuanya. Apa Anne harus memberinya kesempatan? Tapi bagaimana jika seluruh kesempatan yang Anne berikan malah menjadi sebuah kesia-siaan? Dia masih belum bisa yakin seratus persen dengan Arsen.

"Aku nggak akan pernah lepaskan kamu, aku selalu ingin menuntaskan semua hal yang tidak pernah kita selesaikan di masa lalu." Arsen menatap mata Anne tanpa keraguan, dia dengan segala perasaan cintanya untuk Anne tidak akan pernah menjadi sesuatu yang bercanda.

Anne menatap mata suaminya, seberapa banyak yang tidak mereka selesaikan di masa lalu? Apa semua hal yang terjadi sekarang ini karena apa yang ada di masa lalu?

"Jatuh cinta sama perempuan baik-baik di saat sadar diri sendiri nggak baik itu menyakitkan banget." Arsen akhirnya mampu jujur dengan perasaannya sendiri. "Aku mau kamu, tapi di saat yang sama juga merasa kalau aku lebih baik kalau lihat kamu sama orang yang jauh lebih baik dari aku."

Anne menelan ludahnya sendiri dengan susah payah, mudah saja sebenarnya, mungkin sekali lagi Anne harus melapangkan hati untuk memaafkan segala kesalahan Arsen dan hubungan mereka kemudian akan menjadi baik-baik saja. Mereka hanya harus lebih mengalah lagi untuk yang kesekian kalinya.

"Untuk segala perasaanku yang ada di masa lalu, ketahuilah bahwa aku nggak pernah selesai dengan itu An. Kalau kamu mau pisah, kamu membiarkan aku terluka atas cinta yang sudah tumbuh sejak bertahun-tahun lalu." Akhirnya ini adalah ungkapan perasaan paling sederhana dari sosok Arsen, diungkapkan di meja makan rumah keluarga Anne.

"Mulai sekarang, hal yang paling aku benci adalah mendengar apa pun soal pisah dari kamu."

Anne semakin menelan ludahnya dengan susah payah.

"Aku nggak akan pernah ceraikan kamu. Kalau kamu mau menganggap aku adalah manusia egois, maka aku egois. Aku mau segois dalam perasaan aku soal mencintai kamu."

"Dan aku minta maaf atas segala kesalahan yang nggak pernah aku pertimbangkan di masa lalu, aku minta maaf untuk semuanya."

***

Kemudian akhirnya segala keinginan untuk berpisah menguap begitu saja. Karena memang sepertinya tidak bisa, Anne sedang hamil dan tidak pernah bisa membayangkan kalau dia harus melalui semua ini tanpa sang suami. Jadi hari ini akhirnya Anne sudah dalam perjalanan untuk pulang ke rumah mereka, tentu bersama Arsen yang langsung datang menjemput begitu dirinya pulang kantor.

"Soal Joe?" Anne bertanya.

"Kalau kamu memang nggak mau anak itu tinggal sama kita, aku bisa minta tolong mama sama papa." Arsen membuat keputusan.

Anne terdiam dulu, Joe tentu tidak pernah menyangka kalau kehidupan yang akan dia hadapi seperti ini, anak itu sama sekali tidak berdosa. Seharusnya memang mereka yang dewasa yang bisa mengambil keputusan terbaik untuk hidup Joe ke depannya. Anne jahat sekali kalau sampai membiarkan Joe tinggal dengan oma dan opanya, selain karena dua orang tua itu harus menikmati waktu tua mereka, juga kemungkinan Joe akan menyimpan dendam karena dibesarkan dengan cara yang berbeda dari dua kakaknya atau mungkin adik-adiknya nanti. Meski berbeda ibu, tapi semua anak Arsen berhak untuk memiliki kehidupan yang sama dan kasih sayang yang sama.

Anne menoleh menatap Arsen. "Kita bawa pulang Joe, aku mau rawat dia." Anne membuat keputusan, daripada harus menanggung kebencian dari Joe suatu saat, lebih baik kalau Anne mengalah sekarang. Joe pantas untuk disayang, karena yang disayangkan adalah kelakuan orang tuanya di masa lalu.

Anak sama sekali tidak salah.

"Kamu nggak perlu memaksakan diri." Arsen mengingatkan.

"Nggak ada yang memaksakan diri, aku cuma merasa kalau Joe seharusnya punya hak yang sama sebagai anak kamu dan karena aku menikah sama kamu, maka aku harus siap dengan segala konsekuensinya, harus menyayangi anak kamu juga." Anne menjelaskan, sejauh ini dia memang sosok yang tidak tegaan, itu kenapa dia selalu bisa menerima hal-hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan keinginannya.

Arsen cukup amaze dengan seluruh jawaban yang Anne lontarkan. Bahkan saat dirinya seharusnya memikirkan diri sendiri, Anne masih bersedia untuk memikirkan soal anak Arsen.

Arsen akhirnya diam, sekali lagi dia merasa memiliki terlalu banyak dosa untuk Anne yang begitu baik, Anne yang memiliki kehidupan yang sangat baik, Arsen sangat merasa bersalah dengan itu. "Maaf." Dan hanya selalu maaf yang bisa Arsen ucapkan untuk Anne.

Anne menghela napasnya, dia juga belum bisa percaya sepenuhnya, tapi kalau urusan memaafkan dia memang sudah memaafkan. Karena memang tidak ada gunanya juga memendam kemarahan pada seseorang yang bahkan selalu Anne temui dari pagi saat dia membuka mata dan saat malam menjelang tidur. Mau dia semarah apa pun, kalau statusnya memang dia masih istri Arsen, maka Anne tidak bisa berbuat apa-apa.

"Buktikan aja kalau kamu bisa jadi yang terbaik buat anak-anak." Agak menyesakkan sih sebenarnya, Anne tidak pernah berpacaran dan sekalinya menikah malah harus langsung menjadi orang tua, sama sekali tidak ada waktu untuk berdua saja.

Arsen menganggukkan kepalanya. "Bantu aku untuk melakukan yang terbaik." Kali ini Arsen sudah sangat serius dengan keputusannya.

"Kamu bisa melakukan yang terbaik dan semua itu berdasar dari diri kamu sendiri."

Arsen menganggukkan kepalanya, sekarang juga dia sudah berjanji dengan dirinya sendiri untuk memperbaiki semuanya, terutama apa yang ada di dalam dirinya, terkesan terlambat tapi Arsen tidak akan menyerah.

***

Jangan lupa vote & comment!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top