Chap 8.
***
Syamsul melihat seoarng pemuda tengah di kurung di sebuah ruangan bawah tanah. Dengan berhati-hati Syamsul mengintip lewat sela-sela pintu. Benar saja dia adalah pria yang di bawa di sungai dan Syamsul yakin dia adalah Danu, suami Fatma.
Syamsul mencoba membuka pintu ruangan tersebut namun gagal. Dia tidak mungkin mendobrak pintu itu. Akan sangat berbahaya jika kebaradaanya di ketahui oleh penjaga.
Syamsul teringat sesuatu dia mengambil sebuah kawat kecil dari sakunya. Ayahnya dulu pernah bekerja sebagai tukang pembuat kunci gembok dan Syamsul juga pernah di ajari ayahnya bagai mana membuka kunci gembok dengan mengunakan kawat.
Tapi Syamsul butuh waktu sedikit lama. Semoga saja Fatma dapat terus mengalihkan perhatian penghuni isi rumah agar dia memiliki waktu yang cukup.
Fatma sendiri yang masih berjalan mengikuti penjaga menuju ruangan nyonya besar seakan di buat takjub dengan isi rumah yang begitu megah. Di setiap sudut dinding terdapat guci-guci yang unik dan indah setaip dinding kayu terdapat ukiran yang sangat bagus. Langkah kaki Fatma berhenti ketika melihat sebuah poto yang lumayan besar di ruang utama.
Bukan karena ukuranya melainkan keluarga yang tercetak di foto itu. Ya itu adalah keluraga tuan Alnord dan dua wanita itu adalah istri dan anaknya Maria.
"Tuan Alnord?" Gumang Fatma. Apa yang menculik Suaminya adalah Tuan Alnord. Menagapa tuan Alnord melakukan itu, apa sebenarnya tujuanya.
"Kenapa kau berhenti? Ayo kita segera keruangan nyonya besar." Suara garang Bandit bayaran yang di panggil penjaga itu membuyarkan lamunan Fatma.
Fatma menganggukan kepalanya dan menunduk kemudian melanjutkan langkahnya.
Mereka berdua berhenti di sebuah pintu yang lumayan besar saat pintu terbuka nampaklah seorang wanita separuh baya.
Walau umurnya sudah tidak muda lagi namun parasnya masih terlihat sangat cantik. Rambutnya tersanggul rapi dia mengenakan kebaya berwara coklat cocok sekali dengan kulitnya yang putih langsat.
Wajah yang ayu, wanita berdarah jawa itu sangat anggun bak putri jawa wanita itu terduduk di sebuah kursi goyang tanganya sibuk merajut sebuah kain.
"Nyonya, ada orang ingin mengantarkan obat untuk nyonya."
Wanita itu mengalihkan pandanganya kearah penjaga dan Fatma. Dia sedikit menyipitkan matanya memastikan siapa yang tengah berbicara denganya.
"Masuklah," sebuah kata terlontar dari bibir merah wanita itu.
Tak menunggu lama, Fatma segera memasuki ruangan itu sedangkan penjaga itu kembali menjalankan tugasnya.
"Lebih dekatlah, aku tidak bisa melihatmu dengan jelas"
Fatma pun menganggukan kepalanya dan melangkah lebih dekat kearah wanita itu.
"Siapa namamu?" Tersenyum lembut kearah Fatma. Suaranya begitu lembut dan dia terlihat sangat ramah sama dengan penampilanya Fatma yakin dia adalah orang yang berpendidikan tinggi.
Tutur sapanya yang sangat lembut membuat Fatma yang sedari tadi tegang sedikit merasa tenang.
"Nama saya Fat- Fatur." Lanjut Fatma hampir saja dia lupa jika dia sekarang sedang menyamar sebagi seorang laki-laki.
"Tolong letakan obat itu diatas maja."
Fatma mengangguk menerti lalu segera meletakan obat yang di berikan Syamsul ke atas meja.
"Kau boleh pergi sekarang, dan. Berikan ini pada seoarang pemuda bernama Syamsul."
Seketika Fatma terperanjak mendengar wanita itu menyebut nama Syamsul. Apa wanita itu mengenal Syamsul lalu ada hubungan apa wanita itu dengan Syamsul.
"Nak?"
"Ah. Iya akan saya berikan." Fatma segera memgambil bungkusan yang di berika wanita itu lalu beranjak pergi.
Dia masih mengingat jalan keluar rumah itu saat dia ingin melanjutkan langkahnya dia melihat seorang gadis, ya dia adalah Maria. Maria berjalan melangkah menuju kamar Wanita itu.
Fatma sedikit menundukan kepalnya agar saat dia berpapasan dengan Maria, Maria tidak mengenali penyamaranya.
Saat Fatma tengah melewati Maria, tiba-tiba saja Maria menghentikan langkahnya.
"Tunggu!"
Fatma yang sedikit terkejut langsung menghentikan langkahnya. Jangan sampai Maria mengenalinya itu akan sangat berbahaya.
"Apa kau baru saja dari Kamar Momy ku?"
Fatma hanya menganggukan kepalanya tanpa bersuara.
"Kau pasti si pengantar obat itu."
Kembali melangkah meninggalkan Fatma.
Fatmapun bernafas lega hampir saja dia ketahuan.
Fatma kemudian segera keluar dari Rumah itu. Dan menunggu di tempat yang di sarankan Syamsul.
Disisi lain Syamsul yang sudah berhasil membuka pintu ruangan segera masuk. Danu yang sedari tadi berusaha untuk melepaskan ikatannya sedikit terkejut melihat Syamsul yang tiba-tiba saja masuk.
"Si-siapa kau?" Tanya Danu,
"Stttt, jangan berisik." Dengan sigap Syamsul segera melepaskan ikatan Danu.
"Akan ku jelaskan nanti sebaiknya kita keluar dulu." Ucap Syamsul saat melihat Danu yang masih terlihat kebingungan.
Dengan mengendap-ngendap mereka mencoba keluar dari Rumah itu.
Seoarang penjaga terlihat sedang mengawasi situasi.
"Bagaimana ini, kita harus melewati penjaga itu."
Danu sedikit berfikir tiba-tiba saja Maria yang muncul dari balik pintu.
"Kalian tidak akan bisa melewati dia. Dia adalah bandit tersohor di penjuru tanah ini."
Syamsul dan Danu terperanjak melihat Maria yang tiba-tiba saja muncul.
"Maria."
"Ikut aku, aku akan membatu kalian."
Danu dan Syamsul saling bertukar pandangan seakan bertanya-tanya apakah benar Maria akan membantu mereka.
"Tenang saja, aku hanya ingin membantu."
Danu dan Syamsul menganggukan kepala dan mengikuti Langkah Maria.
Tak lama kemudian Syamsul dan Danu keluar dari rumah bersama Maria mengunakan Baju gaun milik Maria. Bukan hanya baju penampilan mereka berdua pun seperti wanita.
Mereka bertiga berjalan mendekati penjaga.
"Aku akan berjalan-jalan di sekitar sini bersama teman-temanku." Seru Maria diikuti anggukan kepala dari penjaga itu.
Mereka bertiga pergi menjahui penjaga hingga sampai ditempat dimana Fatma menunggu.
Fatma yang masih menunggu dengan cemas berjalan mondar-mandir sampai dia menemui dua orang yang memakia pakaianya gaun wanita inggris.
Fatma memicingkan matanya merasa heran mengapa ada dua wanita berada di tempat ini.
"Fatma,"
Fatma terperanjak saat dia memperhatikan lebih jelas ternyata itu adalah Danu suaminya dan Syamsul.
Segera Fatma mendekati Danu dan memeluknya.
Danu yang bernafas lega melihat Fatma baik-baik saja segera membalas pelukan Fatma.
Tak ada yang lebih berharga selain Istrinya. Dan dia sudah berjanji seumur hidupnya akan membahagiakan Istrinya,melindunginya selamanya.
"Aduh, udah seperti Shinta dan Rama yang baru ketemu sekian lama, Sampai saya yang tidak di hiraukan". Seru Syamsul, Syamsul yang umurnya masih terpaut lebih muda dari Fatma itu memang sangat suka bergurau.
Fatma yang melihat tingkah Syamsul terkekeh geli. Apa lagi mengingat mereka tengah memakai pakaian wanita.
"Tak kusangka kalian berdua sangat cantik," Ucap Fatma dengan tertawa geli yang di ikuti gelak tawa Syamsul dan Danu.
"Saya saja juga baru sadar Mba, kalau saya ini ternyata cantik sekali".
Tawa Fatma seketika berhenti saat melihat Maria yang muncul di balik pohon.
"Maria?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top