Part 5 - Kenapa bukan aku?
Hai... hai... aku balik lagi 🤗
Ada yang kangen?
Udah pada mandi belum?
Spam nama kamu 👉
Happy reading ♥️♥️
Kita tidak mungkin jadi sepasang karena perasaan kita berbeda.
______
"Gue belum makan nih, belum diingetin ayang makan," kata Jo sedih.
"Lah gue diingetin ayang makan tapi nggak disuruh minum," balas Chai ikutan sedih juga.
"Kalian masih mending, gue disuruh ayang tidur tapi nggak disuruh bangun. Untung gue mandiri jadi bangun sendiri tadi pagi." Renjun tidak mau kalah.
Alice yang duduk di antara para cowok-cowok keren ini tertawa pelan. Lalu Alice memasang wajah polos sambil berkata, "kalian punya ayang?"
Ketiganya serempak menggeleng. "Nggak punya!"
Sontak saja tawa Alice semakin pecah, membuat siswa dan siswi yang sedang berada di kantin menoleh ke meja mereka.
Caper banget, pikir sebagian orang tentang Alice. Dan sebagiannya lagi memandang cemburu betapa beruntung Alice berada di tengah-tengah para cogan.
"Dasar para jomblo," ledek Alice.
"Nggak usah ngeledek lo, Alice! Kayak lo punya ayang aja!" seru Jo.
"Gini-gini banyak yang ngantri buat jadian sama gue," seloroh Alice.
"Iyain aja soalnya cewek selalu benar." Jo menyerah.
"Cewek selalu benar. Kalau cewek salah balik lagi keperaturan pertama," deklarasi Chai dengan nada sok bijak.
"Babu kita hari ini lelet banget, sih." Renjun mengalihkan topik pembicaraan. Hari ini Adnan yang kebagian tugas memesan makanan mereka.
"Kayak lo nggak tahu Adnan aja. Pasti dia dengan sabar menunggu tanpa mau menerobos kerumunan yang lagi desak-sesakan antri," balas Chai.
"Lapar banget. Pengen diingetin ayang makan," keluh Renjun.
"Biar gue susul." Alice bangun dari duduknya. Berjalan menuju kerumunan murid-murid yang sibuk memesan makanan, persis seperti masyarakat yang sedang berebut sembako.
Di saat bersamaan Shopia juga muncul. Tanpa bisa dielakkan dan mau tidak mau mereka berjalan bersisihan di antara kursi dan meja kantin. Alice menatap biasa saja, sementara Shopia memasang wajah sebal.
Pelakor, batin Shopia.
"Adnan," panggil Alice dengan nada riang. Terlihat Adnan berdiri di sisi kerumunan. Adnan memasang wajah malas untuk menerobos kerumunan agar bisa memesan makanan.
"Udah gue duga lo bakalan ogah desak-desakan." Alice melipat tangan di depan dada.
Adnan tersenyum tipis. "Bikin sumpek."
Sementara Shopia yang berdiri tidak jauh dari keduanya hanya bisa memasang wajah bete. Pasangan yang sangat tidak tahu diri, tidak bisa menghargai perasaan orang lain.
"Gue bantuin deh. Gue terobos kerumunan, lo yang jagain gue biar aman," tawar Alice.
"Jangan. Biar gue aja yang pesan, nanti lo kenapa-kenapa," tolak Adnan tidak mau ambil risiko.
"Ya udah beruan. Tuh kaum ghibah udah pada laper semua." Kaum ghibah yang Alice maksud adalah Jo, Renjun dan Chai. "Jangan sampe Chai ngomel pake bahasa Thailand."
"Tunggu di sini!"
Alice hanya menurut, dia berdiri di belakang kerumunan. Kaki Adnan melangkah pelan berjalan menuju kerumunan murid-murid yang kelaparan. Entah apa tujuan Adnan, dia berdiri tepat di sisi Shopia yang tampak diam saja.
Jantung Shopia berdetak tidak karuan. Curi-curi pandang pada Adnan yang kelihatan sangat tenang.
"Gue mau bantuin lo." Alice datang mendekat.
"Nggak usah, Alice. Ini ramai banget," peringat Adnan.
"Kan ada elo yang jagain gue," kata Alice dengan senyuman. "Lho, ada Shopia di sini."
Merasa namanya disebut Shopia memilih untuk menoleh tanpa senyuman. "Hai."
"Mau jajan juga?" Alice basa-basi.
"Menurut lo?" Shopia memutar bola matanya dengan malas.
Balasan Shopia yang tidak bersahabat membuat wajah Alice berubah suram. Senyuman ramahnya seketika lenyap.
"Awas-awas! Ngapain berdiri di tengah jalan?! Udah tahu ramai begini," semprot seorang murid perempuan yang kerepotan membawa bakso dan segelas es jeruk. Posisi Alice menghalangi langkahnya.
"Tegur dengan sopan!" sela Adnan tidak terima dengan nada bicara murid itu.
"Gue kurang sopan apa? Harus salim tangan dia dulu?!" balasnya.
"Udah, Adnan! Lagi pula gue yang salah," lerai Alice.
Murid perempuan itu melirik sinis pada Alice. Dengan sengaja dia menyenggol bahu Alice saat melintas. Tubuh Alice mundur beberapa langkah, diperlakukan seenaknya begini sudah biasa bagi Alice.
"Minta maaf!" Adnan meraih bahu murid perempuan itu.
"Nih, permintaan maaf gue." Murid perempuan itu menyiram seragam Alice dengan es jeruknya. "Jangan mentang-mentang ini cewek dilindungi sama lo dan teman-teman lo itu gue jadi takut. Nggak! Gue nggak takut sama sekali."
Adnan menatap tak percaya, sama dengan Alice yang tidak menyangka akan disiram es jeruk. Kini mereka semua menjadi tontonan gratis di kantin sekolah.
"Lo benar-benar nggak punya etika!" ujar Jo terlihat marah. Ia datang bersama Renjun dan Chai. Ketiganya berdiri di sisi Alice.
"Lo nggak pernah belajar yang namanya etika? Belajar untuk lebih menghargai orang!" tambah Chai.
Murid perempuan yang pada awalnya begitu semangat wajahnya berubah pias. Alice dan para bodyguard-nya jelas bukan tandingan. Perempuan itu memutar tubuh, bermaksud ingin pergi.
"Minta maaf!" suruh Adnan dengan emosi.
"Maaf!" katanya lalu pergi.
"Dengar, siapapun yang berani gangguin Alice bakalan berhadapan dengan kami semua! Nggak ada yang boleh nge-bully Alice!" peringat Renjun pada semua orang yang ada di kantin.
Murid-murid mulai berbisik-bisik.
"Bubar kalian semua!" suruh Adnan pada semua. Satu demi satu mulai pergi.
Shopia menarik satu ujung bibirnya menciptakan senyuman sinis. Tidak ada yang pernah membelanya seperti Adnan dan teman-teman membela Alice. Harus Shopia akui cewek itu cukup beruntung.
Alice hanya menunduk dengan isakan sedih. "Maaf, gue bikin kalian malu."
"Udah jangan nangis. Lo nggak cantik kalau nangis," hibur Jo.
"Bener, jelek banget. Alice, lo nggak cocok kalau nangis. Jangan menye-menye," tambah Chai dengan nada bercanda.
Alice tertawa dengan isakan yang masih tersisa.
"Lo punya baju ganti?" tanya Adnan.
Alice menggeleng.
"Pakai jaket gue aja, tapi jaket gue ada di kelas jadi kita ambil dulu. Biar Renjun yang pesan makanan," jelas Adnan perhatian.
"Iya, biar gue yang pesan jajan hari ini. Entar gue bawa ke kelas." Renjun mengiyakan.
"Buruan ke kelas. Kasihan Alice seragamnya kotor gitu," suruh Jo.
"Makasih banyak." Alice terharu dan merasa benar-benar dilindungi.
"Ayo!" ajak Adnan. Dengan patuh Alice mengikuti langkah Adnan menuju kelas mereka, Chai juga ikut ke kelas. Sementara Jo membantu Renjun membeli makanan untuk mereka.
Pergerakan mereka semua tidak lepas dari pengawasan Shopia. Mereka berjalan menjauh hingga akhirnya hilang bersama jarak.
"Bodoh banget ya saya."
Shopia kaget saat merasakan seseorang tiba-tiba berdiri di sisi kirinya. Shopia menoleh dan mendapati Adnan versi dewasa. Entah kenapa Shopia merasa senang melihat arwah penasaran yang satu ini.
"Gue kira lo balik ke alam baka," kata Shopia dengan nada pelan.
"Urusan saya di sini belum selesai. Saya ingin menyadarkan diri saya dulu dari tipuan Alice."
"Nggak ada harapan lagi. Lo sebucin itu sama Alice," bisik Shopia lemah.
Tbc
Gk bosen2 ngejelasin tentang cerita ini. KISAH SEDIH DI HARI MINGGU bertemakan mantan. Gk tau kenapa suka aja angkat tema. Ini cerita ketiga aku tentang mantan hehehe.
Tapi cerita kali ini sedikit berbeda, teenfict yang aku mix dengan fantasy. Ikutin terus yaaa. Adnan muda emang nyebelin karakternya biar kalian makin cinta sama cerita ini 🤗
Spam next 👉
Yang suka Adnan masa sekarang mana suaranya? 👉
Adnan masa depan 👉
Spam ❤
Spam 👹
Ig : ami_rahmi98
☠ Awas ada typo ☠
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top