Part 4 - Kenapa harus menyerah?
Hai... hai... aku balik lagi 🤗
Ada yang kangen?
Udah pada mandi belum?
Spam nama kamu 👉
Happy reading ♥️♥️
Aku jalani semampunya. Dan aku syukuri segalanya.
_____
Kondisi Sophia sudah jauh lebih baik. Hari ini dia kembali masuk sekolah dengan diantar oleh ibunya, ya, Shopia memilih untuk ikut ibunya sementara waktu ini.
Omong-omong soal arwah Adnan, sejak keluar dari rumah sakit Shopia tidak pernah lagi melihat Adnan tua berkeliaran di sekitarnya.
Apa arwah itu pulang ke alam baka? Ah sayang sekali, Shopia belum berpamitan dengan cantik.
"Belajar yang rajin."
"Iya, Ma," kata Shopia tanpa basa basi. Lalu dia beranjak turun dari mobil ibunya. Suasana sekolah belum begitu ramai. Shopia kerajinan datang sepagi ini.
Saat memasuki gerbang sekolah, di saat bersamaan pula motor besar milik Adnan datang. Boncengan motor cowok itu tidak kosong, ada Alice di belakang. Mata Shopia menajam, ia kesal melihat keduanya. Momen yang sangat menganggu di pagi yang cerah ini.
Saat sampai di parkiran, Alice turun dari atas motor begitu juga Adnan.
"Kita ke kantin dulu ya, Nan. Gue belum sarapan tadi pagi." Adnan dan Alice keluar dari parkiran. Mereka tidak menyadari ada Shopia berjalan di belakang.
Shopia menatap punggung Adnan dan Alice. Ingin rasanya Shopia menerjang dua orang ini. Meninju wajah bahagia mereka di atas rasa kesal Shopia.
"Dasar nggak tahu diri!" maki Shopia. "Pepet terus aja si Alice itu, mau bagaimanapun di masa depan jodoh lo tetap gue," desis Shopia dengan nada pelan.
"Jangan makan gorengan dulu, tenggorokan lo masih belum sembuh betul," kata Adnan penuh perhatian.
Shopia benci melihat kebucinan ini. Dengan gerakan kuat Shopia melangkah cepat, berjalan ke arah Alice dan Adnan. Lewat tepat di tengah-tengah keduanya.
"Aduh!" Alice meringis kesakitan saat bahu Shopia menabrak belakang bahunya dengan keras.
Shopia menoleh ke belakang, bukannya merasa bersalah cewek itu justru tersenyum licik.
"Bisa hati-hati kalau jalan?" tegur Adnan.
"Nggak bisa," balas Shopia.
"Lo bisa membahayakan orang lain."
Lo? batin Shopia. Nyatanya sekarang memang sudah terlalu asing.
"Setakut itu lo Alice terluka?" sindir Shopia.
"Bukan itu intinya, Shopia! Lo bisa membahayakan orang lain kalau terus bertindak cerobah, bukan hanya Alice!" jelas Adnan.
"Udah, Adnan. Gue nggak apa-apa," sela Alice.
Siswa-siswa yang kebetulan melintas melirik ingin tahu kepada mereka. Sudah biasa bagi warga SMA Panca Dharma melihat keributan ketiganya.
"Itu ribut lagi."
"Karena apa?"
"Biasa karena si cewek caper, Alice."
Alice mendengar orang-orang berbisik tentangnya. Alice melirik ke arah dua siswi yang berdiri tidak jauh dari tempat ia berdiri.
Adnan yang juga mendengar hal itu hanya dapat menghela napas. Sudah biasa Alice digosipkan hanya karena dekat dengan Adnan dan teman-teman. Terkadang orang-orang memuji Alice, tapi lebih sering ia mendapat hinaan.
"Benar, dia emang si cewek caper. Dasar caper!" Shopia sudah kepalang sebal, sekalian saja dia hina habis-habisan. "Nggak level dekat sama gue!"
"Shopia!" Adnan kembali menegur.
Sementara Alice hanya memberi tatapan tajam, mengumpulkan keberanian yang tersisa karena Alice takut dia akan menangis jika mengeluarkan kata-kata tanpa persiapan.
"Gue memang terlihat menyedihkan dari luar, Shopia! Tapi hidup gue lebih bahagia dari pada hidup lo yang hanya terlihat sempurna dari luar saja," balas Alice. Dia tidak selemah itu.
Shopia merasa tertampar.
"Shopia, lo buat masalah apa lagi? Lo gangguin Alice?"
Rombongan teman-teman Adnan datang. Ada Renjun, Chai dan Jo. Kumpulan cowok-cowok yang siap pasang badan untuk melindungi Alice.
"Sekali lagi gue lihat lo gangguin Alice, lo nggak akan tenang di sekolah ini," peringat Renjun.
"Jangan sampai Chai ngomelin lo pakai bahasa Thailand," tambah Jo.
Shopia menarik satu ujung bibirnya, menciptakan senyuman sinis. Terlintas rasa iri dalam hati Shopia melihat bagaimana Adnan dan teman-teman melindungi Alice.
"Hidup lo semua yang bakal gue buat nggak tenang!" amuk Shopia sebelum melangkah pergi, ia menyempatkan diri untuk melotot pada Shopia sebelum benar-benar beranjak.
"Bar-bar banget sih itu cewek," komentar Chai sambil menatap punggung Shopia yang semakin jauh.
"Kenapa dulu lo bisa suka sama cewek modelan kayak dia, Adnan? Ih, gue mah amit-amit." Renjun ngeri sendiri
"Mending Alice kemana-mana," tambah Jo.
"Lo semua cowok tapi mulutnya kayak cewek. Heran gue. Tapi, makasih banyak lo semua selalu ada buat gue." Alice tersenyum anggun. "Terutama lo, Adnan."
"Iya, sama-sama. Sini peluk dulu dong." Renjun merentang kedua tangannya.
Dengan sigap Jo menarik Renjun. "Enak di elo, Bambang! Ayo, ikut gue ke alam baka." Jo membawa Renjun menuju kelas mereka 12 MIPA 2.
"Ikooot ke alam baka!" Chai menyusul dengan heboh.
Alice tertawa melihat tingkah teman-temannya. Sementara Adnan hanya tersenyum samar.
"Ayo," ajak Alice, ia raih tangan Adnan. Lalu mereka berjalan menuju kelas dengan tangan yang saling bertautan.
"Tadi katanya belum sarapan."
"Oh iya, lupa! Kita ke kantin aja deh."
"Dasar pikun," ledek Adnan.
*******
"Shopia, temanku yang malang!" teriak Iren heboh ketika Shopia masuk ke dalam kelas mereka, 12 MIPA 1.
Shopia meletakkan tas ransel coklat miliknya di atas kursi yang tidak ia tempati beberapa hari belakangan. "Gue emang malang," kata Shopia.
"Ada masalah?"
"Banyak!" Shopia meletakkan kepalanya di atas maja. Mata Shopia menatap ke arah lorong melalui jendela kaca, dari sini Shopia bisa melihat murid yang melintas dari depan kelas mereka.
Dan di saat yang tidak tepat Alice dan Adnan melintas. Bergandengan. Bercanda. Dan mereka bahagia.
"Padahal belum ada satu bulan dia putus dari lo." Iren juga melihat objek yang sama.
"Biarin ajalah." Entah kenapa Shopia semakin merasa sedih. Ayolah, walau kata arwah itu Adnan suaminya di masa depan. Tapi sekarang mereka bukan siapa-siapa.
"Nggak bisa gitu dong, Shopia. Dia harus menghargai perasaan lo. Minta putus seenaknya, eh besoknya udah nempel-nempel aja sama cewek lain. Bagian yang paling gue nggak suka, dia bawa Alice waktu jenguk lo di rumah sakit. Nggak ada otak emang itu cowok!" Iren mengeluarkan semua sesal di hatinya.
Shopia menegapkan tubuh. Suasana kelas yang sepi membuat perasaan Shopia menyepi juga. "Salah nggak sih kalau gue masih berharap sama Adnan? Soalnya gue yakin dia itu jodoh gue!"
"Demi dewa Neptunus panutan Spongebob, situ sehat?" Iren menatap tidak percaya.
"Sehatlah! Adnan itu suami gue! Dan gue istrinya Adnan," kata Shopia dengan percaya diri.
"Iya, iya." Iren angguk-angguk kepala dengan ekspresi ngeri. "Kalau gitu kenalkan gue istrinya Oppa Korea."
"Ih, gue serius!" balas Shopia kesal. Iren terlihat sangat tidak percaya akan kata-katanya.
"Gue harus menyelamatkan suami gue dari pelakor," deklarasi Shopia.
Iren menoleh ke arah yang berlawanan. "Bukan teman gue," bisik Iren pada dirinya sendiri.
Tbc
Gk bosen2 ngejelasin tentang cerita ini. KISAH SEDIH DI HARI MINGGU bertemakan mantan. Gk tau kenapa suka aja angkat tema. Ini cerita ketiga aku tentang mantan hehehe.
Tapi cerita kali ini sedikit berbeda, teenfict yang aku mix dengan fantasy. Ikutin terus yaaa. Adnan muda emang nyebelin karakternya biar kalian makin cinta sama cerita ini 🤗
Spam next 👉
Yang suka Adnan masa sekarang mana suaranya? 👉
Adnan masa depan 👉
Spam ❤
Spam 👹
Ig : ami_rahmi98
☠ Awas ada typo ☠
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top