Part 36 - Keegoisan Shopia

Haaaaai, aku balik lagi karena target di part sebelumnya udah tercapai 😍

Bilang lalala yeyeye 👉

Jangan lupa baca doa sebelum baca 😁

Spam nama Shopia 👉

Spam nama Alice 👉

Spam nama Adnan 👉

Yang semangat ya komennya supaya aku juga semangaaaat 🤗

‼️ Tandai typo ‼️

Happy readiiiing ❤️

Tapi sebelum itu aku mau promosi dulu salah satu karya aku MANTAN TAPI MENIKAH yg di jadikan series. Soon di VIU 🥰
Ramaikan di semua sosmed kalian yaa ♥️
👇

.
.
.
.

Tidak ada kebahagiaan dan kesedihan yang abadi.
______

"Shopia!" Adnan remaja menarik tangan Shopia. Memaksa perempuan itu untuk berhenti tepat di ujung koridor.

Shopia balas menatap Adnan dengan jengah.

"Kita perlu bicara," kata Adnan dengan tenang.

"Gue nggak ada waktu. Gue harus cepat balik ke kelas. Sebentar lagi bel," tolak Shopia.

Adnan memasang wajah memelas. "Lima menit aja."

Shopia diam

"Please," ujar Adnan.

"Oke, lima menit!"

"Ayo, kita balikan." Dengan serius Adnan menatap kedua bola mata Shopia. Ingin menunjukkan bahwa dia tidak main-main dengan ajakannya.

Dapat Shopia rasakan keseriusan dari kedua bola mata Adnan yang dia rindukan. Shopia ingin berlama-lama menatap kedua telaga bening itu. Untungnya dia segera ditampar oleh kenyataan bahwa jatuh cinta pada Adnan adalah salah satu hal yang paling menyakitkan.

"Apa alasan lo ngajak gue balikan? Karena Alice?"

"Lo mau jawaban terjujur yang gue punya? Karena gue selalu mencari kebaradaan lo saat kita putus."

Jawaban khas laki-laki hidung belang.

"Bohong! Lo pombohong besar! Selama kita putus lo selalu ada di sisi Alice. Nggak pernah gue lihat lo merasa kehilangan." Shopia tersenyum sinis.

"Ada banyak hal yang gue simpan untuk diri gue sendiri. Salah satunya ingin tahu tentang lo, tapi gue selalu ingkar," akui Adnan.

"Bukannya lo selalu berbagi semua hal dengan Alice?" sindir Shopia tepat sasaran.

"Shopia," tegur Adnan dengan nada memohon. Dia tidak suka Alice dibawa-bawa karena ini hanya tentang mereka.

"Kalau gue minta jauhin teman-teman lo demi gue, lo mau? Terutama Alice," kata Shopia dengan nada angkuh.

"Gue nggak ngerti kenapa lo benci banget sama teman-teman gue bahkan sejak kita pacaran dulu. Bagaimana pun mereka itu bagian dari diri gue," jelas Adnan.

"Mereka nggak suka sama gue. Jadi buat apa cari muka sama mereka?" jawab Shopia apa adanya. Alasan terbesar Shopia meminta Adnan menjauhi teman-temannya adalah karena Alice.

"Jadi lo mau balikan?" Adnan memastiskan.

"Jauhi teman-teman lo!"

Apa permintaan Shopia ini terlalu egois?

"Oke!"

Senyuman Shopia terukir secara sinis.

"Dan juga, gue masih pacaran sama Raka."

"Putusin dia."

"Gue nggak kayak lo yang semudah itu melepaskan seseorang. Butuh waktu bagi gue untuk putus dari Raka." Walau hubungan Shopia dan Raka kurang baik, tapi diantara mereka belum ada kata putus.

"Putus darinya!" ujar Adnan dengan geram.

"Lihat nanti kalau gue mau bakal gue putusin." Shopia senang bisa mempermainkan Adnan.

"Terus gue gimana? Kita udah balikan."

"Ya sebatas ini saja. Balikan tanpa ada orang yang tahu."

Shopia terlalu pandai memanfaatkan kesempatan ini untuk mematahkan harga diri Adnan.

"Shopia, kalau lo mau hukum gue bukan gini caranya."

"Ini tidak seberapa, Adnan. Gue jauh labih sakit saat lo ninggalin gue ketika lagi jatuh. Lo lepasin tangan gue saat orangtua gue juga memilih melepaskan gue. Lo tinggalin gue sendirian hanya karena gue nggak bisa memahami lo seperti Alice."

Kenapa hati Shopia sakit sekali setiap kali memahas moment Adnan memutuskannya dulu?

Shopia menarik napas dengan berat. Ada banyak beban yang dia simpan. "Tapi nggak apa. Karena versi lain diri lo selalu ada untuk gue. Ya, gue dapat diri lo yang ilusi. Sementara Alice mendapatkan lo secara utuh."

"Kita perbaiki lagi."

"Coba saja kalau memang bisa. Karena sesuatu yang sudah rusak diperbaiki sebagus apapun akan tetap meninggalkan bekas." Shopia menatap lurus pada kedua bola mata Adnan.

Adnan dewasa berdiri menyaksikan semua perdebatan antara dirinya dan Shopia. Ternyata semua tidak semudah yang ia bayangkan. Shopia membuat ini semakin rumit.

******


"Woi, Adnan! Lo dari mana aja, sih? Lo udah ngerjain PR bahasa Inggris belum? Noh, Alice ngasih contekan," cercah Jo begitu Adnan memasuki kelas.

Adnan berdiri kaku di dua meja yang sengaja di satukan keempat temannya. Lalu mereka duduk mengelilingi meja itu, buku Alice ditaruh di tengah sebagai bahan contekan.

"Lah, dia malah bengong. Lima menit lagi bel buru kerjaain PR lo," kata Renjun.

"Duduk, Adnan! Berdiri terus kek tiang bendera. Nggak capek lo?" Chai menimpali.

Adnan menatap wajah keempat temannya secara bergantian, dan berhenti pada Alice yang nampak canggung. Adnan diminta Shopia untuk menjauhi orang-orang ini.

Apa harus Adnan lakukan?

"Adnan beneran jadi tiang bendera nih. Minta dihormat." Renjun jengah melihat Adnan tidak kunjunf duduk.

Pada akhirnya Adnan bergerak duduk di kursi kosong, tepat di sisi Alice. Perasaannya tidak menentu. Adnan melanggar permintaan Shopia. Lagi pula Shopia tidak ada di sini, Shopia tidak akan tahu.

"Dari tadi kek. Urat leher gue hampir putus cuma minta lo duduk," keluh Jo.

"Itu urat leher ato tali plastik jemuran, pake putus segala," ledek Renjun sembari tertawa puas.

Adnan tersenyum kering di antara candaan teman-temannya. Melirik sekitar dengan waspada, takut Shopia melintas dari depan kelas mereka.

"Adnan, nanti lo ikut ke rumah Alice? Dia mau masakin kita makanan enak," tawar Chai.

Adnan termenung. Kalau dia katakan iya Shopia tidak akan tahu, bukan?

"Lah, dia malah begong," keluh Chai.

"Adnan!" Jo berteriak memanggil Adnan.

Membuat laki-laki itu tersadar, dengan refleks Adnan berdiri dari duduknya.

"Gue nggak bisa ikut!" tolak Adnan. Dia tidak boleh ingkar pada Shopia. Tidak boleh.

"Kenapa?" Akhirnya Alice buka suara.

"Gue ada urusan." Terlihat jelas Adnan berbohong.

"Lo makin ke sini, makin ke sana. Lo sengaja ngejauh dari kita?" tuduh Chai.

Adnan terlihat tertekan. "Bukan gitu."

"Kalau ini karena hubungan kita yang buat kamu nggak nyaman, biar aku aja yang menjauh," sela Alice.

"Kamu tetap di sini!" Dan Adnan memilih pergi.

"Adnan, lo pengecut kalau bersikap begini. Hanya karena lo putus dari Alice bukan berarti merubah tentang pertemanan kita!" Chai berteriak marah.

Adnan menghentikan langkah, ia tatap teman-temannya dengan serius. Kini mereka menjadi tontonan murid lain.

"Gue nggak bisa lagi temanan sama kalian!" kata Adnan dengan sangat jelas.

Luka kecewa di wajah keempat temannya sudah cukup menggambarkan betapa Adnan ingin coba memperbaiki hubungan dengan Shopia.

Tbc

Menurut kalian Shopia egois gk minta Adnan menjauh dari teman-temannya?

Sesuai permintaan kalian up cepat tapi partnya pendek 😁

Spam next 👉

Vote dan komen yg banyaaaak

Spam horeee 👉

Spam ❤️

700 komen. 500 vote. Bisa gk ya? Bisa dongsss ✨️

Follow ig aku supaya kamu gk ketinggalan info seputar KSDHM

Ig : ami_rahmi98

‼️ awas ada typo ‼️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top