Part 35 - Keegoisan Adnan
Haaaaai, aku balik lagi karena target di part sebelumnya udah tercapai 😍
Bilang lalala yeyeye 👉
Udah pada mandi?
Gimana? Masih jomblo?
Spam nama Shopia 👉
Spam nama Alice 👉
Yang semangat ya komennya supaya aku juga semangaaaat 🤗
‼️ Tandai typo ‼️
Happy readiiiing ❤️
Tapi sebelum itu aku mau promosi dulu salah satu karya aku yg di jadikan series. Soon di VIU 🥰
Ramaikan di semua sosmed kalian yaa ♥️
👇
Aku berharap menemukan seseorang yang mencintaiku lebih dari diriku sendiri.
______
Adnan dewasa memasuki kamar Shopia dengan langkah pelan. Matanya mengawasi sekitar dengan seksama. Kebiasaan Shopia ketika tidur lampu tidak menyala ternyata dimulai sejak jauh sebelum mereka menikah. Di masa depan Shopia selalu merengek agar lampu padam ketika tidur.
Jarum jam menunjuk ke angka 12. Shopia terlelap sejak dua jam yang lalu dengan posisi tengkurap. Tadinya Shopia sedang membaca buku paket biologi. Shopia itu benar-benar definisi murid rajin.
Adnan dewasa mengusap surai lembut Shopia. Terkadang dia masih tidak menyangka bisa menyentuh Shopia.
"Shopia, aku harus antar Alice ke rumah sakit. Kasihan dia," ujar Adnan pada suatu malam di masa depan.
Shopia diam tak menyahut dan lebih memilih untuk pura-pura tidur. Yang benar saja tengah malam begini Alice tiba-tiba menelepon dan bilang sedang sakit.
"Aku pergi sebentar ya," bisik Adnan di telinga kiri Shopia.
Perasaan Shopia bergemuruh marah. Kesal. Dan sedih.
Suara decit pintu tertutup menandakan bahwa Adnan sudah pergi menghampiri Alice.
Air mata Shopia jatuh tanpa suara. Ia meringkuk seperti anak kecil seorang diri. Nyeri diperutnya karena datang bulan ia tanggung sendiri. Tidak mengadu pada siapa-siapa, apalagi pada suami orang.
Kepala Adnan dewasa berdenyut hebat. Ingatan masa depan mengusiknya. Lagi-lagi seluruh tubuhnya terasa kebas jika mengingat tentang luka yang telah ia torehkan pada Shopia.
Tangis Shopia menjadi alasan tubuh Adnan dewasa semakin lemah. Dia akan semakin sekarat jika Shopia tidak bahagia. Karena Shopia adalah separuh napasnya.
"Bukannya hari ini tanggal merah? Kamu mau ke mana?" tanya Shopia dengan mata tajam.
Adnan mendapati istrinya sedang duduk di ruang TV seorang diri. Memakai baju khas wanita rumahan. Senyuman penuh Adnan persembahkan untuk Shopia.
"Kamu lupa aku udah minta izin dua hari yang lalu untuk--"
"Oh, kamu mau ke acara piknik anak Alice?!" potong Shopia.
Adnan merasakan kemarahan dalam kalimat Shopia.
"Kamu nggak lupa kan kalau aku nggak pernah mengiyakan kamu untuk pergi?!" debat Shopia.
"Tapi, aku udah minta izin." Ekspresi Adnan semakin frustasi.
"Kenapa sih kamu selalu menomor satukan mantan kamu itu?!" teriak Shopia frustasi.
"Sayang," panggil Adnan lembut dengan nada meminta pengertian.
"Aku muak sama sikap kamu ini! Perempuan nggak tahu diri itu--"
"Stop! Berhenti menghina Alice," potong Adnan. "Perempuan yang kamu sebut tidak tahu diri itu adalah ibu dari anak aku!"
"Maaf!" Adnan dewasa refleks mengucapkan maaf pada Shopia kala teringat semua kejahatannya.
Ya, Adnan dewasa berbohong mengatakan bahwa suami Alice meninggal. Adnan dewasa berbohong pada Shopia soal siapa ayah dari anak Alice. Karena pada kenyataannya dia lebih dulu menikah dengan Alice. Mereka berpisah, lalu Adnan kembali lagi pada Shopia.
Di pernikahan Adnan dan Shopia mereka tidak memiliki anak, lebih tepatnya belum. Ini yang selalu menjadi alasan terbesar Shopia mengapa ia sangat membenci anak Alice. Walau Adnan tahu terkadang Shopia diam-diam menatap anak Alice penuh damba, kagum dan sayang.
Ini kisah cinta segitiga yang rumit.
"Shopia," panggil Adnan dewasa sembari membenarkan posisi tidur Shopia.
Adnan dewasa benar-benar ingin merubah takdir mereka. Adnan ingin hanya menikah dengan Shopia tanpa ada Alice sebelumnya dalam kisah mereka.
"Apa saya terlalu keras pada kamu, Alice dan kita?" tanya Adnan dewasa dengan suara berbisik.
Shopia yang merasa terusik membuka setengah matanya. "Adnan?"
Adnan dewasa menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman tulus. "Kamu selalu cantik saat sedang tidur."
Shopia membalas dengan senyuman kecil sebelum kembali terlelap.
*****
"Kamu Mama antar hari ini," kata Ibu Shopia saat putrinya melintas dari ruang makan.
Shopia sudah rapi dengan seragam khas anak SMA. Hari ini dia menggunakan tas ransel berwarna putih. Senada dengan warna jepit rambutnya.
"Nggak perlu!" balas Shopia dingin.
Ibu Shopia menghela napas berat. "Jangan buat masalah di masa-masa akhir sekolah kamu! Jadi anak yang pintar. Rajin. Dan cantik! Paham kamu?"
Shopia menarik satu ujung bibirnya mendengar nasehat yang itu-itu saja ibunya berikan sejak ia kecil. Apa ibu Shopia tidak melihat seberapa keras ia mencoba untuk terlihat pintar dan selalu cantik?
"Jangan pernah jadi nomor dua! Karena yang dipandang orang-orang itu hanya nomor satu!" tekan beliau.
Telinga Shopia berdengung mendengar semua kalimat ejaan ibunya tentang ini dan itu. "Semakin Mama tekan. Semakin aku ingin merusak diriku sendiri!"
Lalu Shopia melangkah pergi dari rumah yang tidak layak ia sebut rumah. Tidak ada rasa nyaman yang Shopia dapati. Sejak ibu dan ayahnya berpisah Shopia tidak punya rumah ternyaman untuk pulang.
Pagi ini sangat buruk dan menguras emosinya. Shopia takut emosinya akan meledak, apalagi ini hari pertama dia datang bulan.
Shopia tiba di sekolah lima menit sebelum bel masuk berbunyi. Saat melintasi pelataran parkir Shopia tidak sengaja berpapasan dengan Adnan remaja.
"Shopia," panggil Adnan ragu.
Shopia menoleh dengan wajah dingin.
Adnan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bingung harus memulai dari mana.
"Gue dan Alice udah putus." Hanya ini yang terlintas dalam benak Adnan.
Shopia memberanikan diri untuk menatap Adnan lamat-lamat. Garis wajah laki-laki itu selalu mengingatkan Shopia pada rasa sedih. Sedih dan rasa sayang sekaligus.
"Gue sama Alice putus." Adnan mengulang kalimatnya.
Shopia diam. Memangnya dia harus apa? Senang? Atau sedih?
"Itu urusan kalian," beritahu Shopia.
Adnan harus menelan kekecewaan melihat respon Shopia yang sangat cuek. Dia tidak berbuat apa-apa lagi ketika langkah Shopia pergi menjauh. Persis seperti orang bodoh yang hanya bisa menatap punggung Shopia.
"Adnan, sayang!" Jo berteriak heboh keluar dari area parkiran.
"Homo lo?" sinis Chai jijik.
Di belakang Jo dan Chai ada Alice dan Renjun juga. Keempatnya berangkat sekolah menggunakan mobil Chai. Tadinya Chai memawarkan untuk jemput Adnan juga, sayangnya Adnan menolak.
Alice melirik pada Adnan yang terlihat canggung, begitu juga dirinya. Ternyata benar kata orang-orang sahabat jadi cinta itu tidak boleh terjadi. Jika putus seperti kisah mereka suasana tidak akan sama lagi.
"Gue ke kelas duluan," sela Alice.
"Biar gue yang duluan. Lo bareng mereka aja." Adnan mengambil insiatif untuk pergi terlebih dahulu.
Renjun menghela napas kecewa. "Mungkin pertemanan kita nggak akan sama lagi seperti dulu."
"Lo benar. Gue yang harus menjauh atau Adnan. Salah satu dari kami harus pergi," sahut Alice.
"Udahlah, emang paling benar gue aja yang pergi." Jo menyela.
"Pergi lo sana ke kutub utara. Terus membentuk circle sama beruang kutub dan sejenisnya," suruh Chai.
"Pusing deh pala berbi." Renjun malas berpikir tentang kisah pertemanan mereka.
Tbc
Selamat hari minggu dan tahun baru semuanyaaa 🤍 Peluk jauh untuk kalian 🥰
Gimana? Udah mulai kebaca tabiat Adnan dewasa?
Masa depan udah aku kasih lihat sedikit. Mau lihat lebih banyak lagi?
Kalian tim hore siapa?
Spam next 👉
Vote dan komen yg banyaaaak
Spam horeee 👉
Spam ❤️
700 komen. 500 vote. Bisa gk ya? Bisa dongsss ✨️
Follow ig aku supaya kamu gk ketinggalan info seputar KSDHM
Ig : ami_rahmi98
‼️ awas ada typo ‼️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top