Part 34 - Banyak Kebohongan

Haaaai, aku balik lagi karena target di part sebelumnya udah tercapai 😍

Spam horeee 👉

Spam lalala yeyeye 👉

Pilih aku atau dia?

Drakor atau anime?

Spam nama Shopia 👉

Spam nama Alice 👉

Yang semangat ya komennya supaya aku juga semangaaaat 🤗

‼️ Tandai typo ‼️

Happy readiiiing ❤️

kebohongan lain tercipta untuk menutupi satu kebohongan kecil.
______

"Balikan?" Shopia mengulang perkataan Adnan remaja. Mendadak ia merasa gugup, ditambah lagdnan dewasa yang kabur begitu saja bersama hembusan angin tanpa memberi bantuan.

Memang dasar setan!

"Apa yang mau lo perbaiki, Adnan." Shopia mengumpulkan sisa kepingan hatinya.

"Hubungan kita," jawab Adnan remaja dengan cepat.

"Gue capek! Lagi pula sekarang gue punya Raka." Shopia balas menatap dengan hati bergemuruh.

"Kalian semua percaya sama hantu itu, kan? Maka gue juga akan percaya. Ayo kita anggap kalau kita ini memang jodoh di masa depan," jelas Adnan.

"Kalau lo ngelakuin semua ini karena terpaksa itu jauh lebih menyakitkan."

Kalimat Shopia menampar sudut hati Adnan.

"Alice berharap kita tetap bersama." Entah apa tujuan Adnan mengatakan ini. Mungkin bentuk perlindungan diri agar dia tidak terlihat begitu berharap.

Adnan melindungi harga dirinya dengan menghancurkan hati Shopia. "Terlebih lagi karena Alice, gue lebih nggak mau!"

Perasaan Shopia untuk Adnan masih selalu ada dan akan tetap ada. Walau tanpa Adnan sadari kalimat yang keluar dari mulutnya sering melukai hati Shopia. Menghempaskan semua harapan-harapan Shopia.

Dari pada hati Shopia semakin hancur, ia memilih untuk pergi meninggalkan Adnan.

"Shopia, maaf. Gue tahu semua yang gue katakan salah. Bukan karena Alice, tapi karena hati gue bilang kita harus coba sekali lagi." Adnan menahan pergelangan kiri Shopia.

Mata Shopia berkaca-kaca. "Lo udah banyak nyakiti gue. Kenapa harus lo sakiti lagi dengan semua kalimat egois lo itu?!"

"Harga diri gue terlalu tinggi," ungkap Adnan.

Air mata Shopia jatuh tanpa diminta, ia usap dengan gerakan kasar. Adnan tidak boleh melihat kelemahannya.

"Lo nangis lagi karena gue." Jemari Adnan bergerak menuju pipi Shopia. Ia usap air mata yang jatuh di pipi perempuan itu.

"Adnan, kalau sikap lembut lo ini palsu sebaiknya jauhkan tangan lo itu dari pipi gue!" peringat Shopia.

Secara tidak langsung Shopia menolak interaksi dengan dirinya. Perlahan-lahan Adnan jauhkan tangannya dari pipi Shopia.

Adnan dewasa yang diam-diam menatap dari kejauha merasa sedih melihat Shopia menangis karena dirinya. Sedih karena dia tidak bisa berbuat apa-apa. Sedih juga karena berbagai kebohongan yang Adnan dewasa lakukan demi menyatukan dirinya dan Shopia.

Benar adanya, bukan Alice yang sepenuhnya jahat. Adnan lah tokoh antagonis yang sesungguhnya di masa depan.

Maka dari itu Adnan ada di sini, memperbaiki segalanya.

Adnan dewasa tidak akan memberitahu Shopia apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan Alice di masa depan. Tidak akan pernah. Karena Adnan tidak ingin kehilangan Shopia.

*****

"Terima kasih untuk hari ini anak-anak. Kita ketemu lagi minggu depan. Jangan lupa kerjakan PR yang Ibu berikan." Guru bahasa Indonesia meninggalkan kelas Adnan.

Jam pulang akhirnya tiba.

Kursi di sisi Adnan kosong. Tadinya kursi itu ditempati oleh Alice, namun sejak mereka putus perempuan itu pindah tempat duduk ke kursi kosong yang ada di sudut belakang. Seorang diri.

Adnan menoleh ke belakang, tepatnya ke arah di mana Alice duduk. Tanpa disangka perempuan itu juga tengah menatapnya. Sejenak keduanya saling pandang sebelum Alice mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Kenapa sih Alice harus bertindak sejauh ini. Dia dan Adnan putus, persahabatan kita juga putus gitu?" oceh Jo.

Chai melirik Jo dengan tajam. Mengisyaratkan bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk beradu argumen.

"Biar gue yang anter Alice pulang." Renjun menawarkan diri. Dia bangun dari duduknya dan menuju meja Alice di belakang.

Jo menghela napas kasar. Suasana pertemanan mereka sedang tidak asik. Lebih nggak asiknya lagi dia piket kelas hari ini.

"Cabut ah sebelum disuruh nyapu. Gue piket hari ini." Jo lari keluar kelas.

"Jo jangan kabur lo, Nyet!" teriak rekan piket Jo.

"Untuk urusan lari dari kenyataan Jo emang ahlinya," komentar Chai. "Adnan, kita nongkrong di mana hari ini? Gue males pulang ke rumah."

"Sori, gue nggak bisa. Gue nggak mau ketemu Shopia hari ini," tolak Adnan sembari bangun dari duduknya. Ia lampirkan ransel hitamnya secara asal di bahu kiri.

"Ini yang gue nggak suka kalau lo balikan sama Shopia. Lo bakal lupa sama kita-kita," cibir Chai serius.

"Siapapun cewek gue, kalian semua tetap sahabat gue." Adnan menepuk bahu Chai.

"Include Alice?" Chai mengangkat alisnya.

"Of course. Dia selalu jadi sahabat terbaik gue." Sekali lagi Adnan melirik pada Alice sebelum berlalu pergi.

Kaki Adnan bergerak menuju kelas Shopia yang berjarak dua kelas darinya. XII IPA 1 begitu lebel yang tertera di atas pintu kelas Shopia. Langkah Adnan tertahan di depan pintu. Pembicaraan antara mereka dua hari yang lalu masih mengambang dan menganggu pikiran Adnan. Sejak saat itu Shopia selalu menghindar.

Melalui jendela kaca Adnan melihat Raka berdiri di sisi meja Shopia. Mereka sedang berbincang dengan wajah serius. Sepertinya hari ini Adnan akan mundur lagi seperti dua hari belakangan karena kehadiran Raka.

"Mungkin besok," kata Adnan pada dirinya sendiri.

*****

"Shopia." Raka menghampiri meja Shopia begitu bel pulang berbunyi.

"Gue udah bilang jangan hampiri gue di sekolah," peringat Shopia dengan nada berbisik.

"Tapi kita perlu bicara! Lo udah mengabaikan gue beberapa hari belakangan." Raka berdesis tidak sabaran.

"Gue sibuk belajar!" tegas Shopia.

"Bahkan untuk ngebalas chat gue?" Kesabaran Raka habis. Terserah kalau orang-orang pada akhirnya tahu kalau mereka pacaran.

"Raka, jangan buat keributan deh! Nggak usah norak," sela Iren.

Shopia berdiri tepat di hadapan Raka. "Gue tahu lo nggak benar-benar sakit selama nggak masuk sekolah. Gue tahu lo jalan sama teman TK lo itu. Gue tahu, dan gue diam!"

Wajah Raka berubah pias. Ekspresi wajah yang Raka tunjukkan semakin menimbulkan rasa curiga besar di hati Shopia. Persis seperti orang yang ketahuan berbuat salah.

"Jadi, sampai sini paham kenapa gue nggak balas chat lo?" Shopia tersenyum puas.

"Gue memang sakit. Dan gue nggak salah! Karena lo nggak pernah nanya, Shopia! Kami cuma jalan sekali! Dan itu hanya pergi ke swalayan." Raka membela diri.

"Adnan yang gue sayang setengah mati gue tinggalin karena Alice. Apalagi lo yang bukan siapa-siapa di hati gue."

Kalimat Shopia melukai hati sekaligus harga diri Raka.

Raka tertawa hambar. Beberapa teman satu kelas mereka mulai melirik ingin tahu.

"Kalimat lo terlalu kejam, Shopia," kata Raka.

"Gue tahu! Lebih baik gue yang nyakitin lo, dari pada lo yang nyakitin hati gue." Shopia tersenyum miring.

Shopia mulai melangkah meninggalkan Raka. Sejujurnya langkah Shopia gemetar. Walau Raka tidak penting, namun dibohongi itu rasanya akan tetap menyakitkan.

"Lo nggak jauh beda kayak Adnan! Dasar setan!" maki Iren mewakili Shopia.

Dada Shopia terasa sesak dan penuh akan luka yang akan dia sembuhkan sendiri.

Tbc

Mau part panjang tapi up nya lama?

Atau

Part pendek up nya lebih cepat?

Aku masih simpan banyak soal Adnan di masa depan. Kebohongan Adnan dan sikap manipulatifnya. Pelan-pelan kita buka yaaa 😁

Kalian tim hore siapa?

Vote dan komen yg banyaaaak

Spam horeee 👉

Spam ❤️

700 komen. 500 vote. Bisa gk ya? Bisa dongsss ✨️

Follow ig aku supaya kamu gk ketinggalan info seputar KSDHM

Ig : ami_rahmi98

‼️ awas ada typo ‼️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top