Part 31 - Hurt

Haaaaai, aku balik lagi karena target di part sebelumnya udah tercapai 😍

Spam horeee 👉

Spam lalala yeyeye 👉

Spam nama Shopia 👉

Spam nama Alice 👉

Yang semangat ya komennya supaya aku juga semangaaaat 🤗

‼️ Tandai typo ‼️

Happy readiiiing ❤️

Tapi sebelum itu aku mau promosi dulu salah satu karya aku yg di jadikan series. Soon di VIU 🥰
Ramaikan di semua sosmed kalian yaa ♥️
👇

Akan kuhadapi semua,
Tapi sambil menangis karena aku manusia biasa.
______

Alice kembali datang ke rumah sakit hari ini setelah pulang sekolah. Dia berdiri di depan pintu ruang rawat Adnan, ragu untuk masuk ke dalam. Dia belum siap bertemu dengan Adnan.

Alice memutar langkahnya berniat untuk pergi dan tidak jadi menemui Adnan. Sebelum benar-benar melangkah Alice melihat sosok Adnan dewasa berdiri di ujung koridor rumah sakit, menatapnya lekat.

Tanpa sadar kaki Alice berjalan mendekati Adnan dewasa.

"Adnan," panggil Alice dengan suara bergetar. Suasana sekitar berubah dingin.

"Saya minta tolong," jawab Adnan dewasa. Ini titik terpasrah dalam hidupnya, meminta pertolongan pada Alice yang seharusnya tidak Adnan dewasa lakukan.

Alice mengangguk. Apapun yang berhubungan dengan Adnan tentu akan dia lakukan.

"Saya ingin kembali ke tubuh saya yang seharusnya. Ke tempat dimana saya seharusnya. Ke masa dimana saya hidup. Saya masih ingin hidup. Saya ingin tetap hidup." Adnan dewasa memelas, bahkan terkesan memohon. Dia sedang putus asa.

Ada kalanya semua tidak berjalan sesuai harapan.

"Aku harus apa supaya kamu baik-baik aja?" tanya dengan Alice tanggap.

Adnan dewasa menatap mata Alice lamat-lamat. Seharusnya Alice tidak sebaik ini. Di kejadian yang pernah Adnan dewasa lewati Alice itu penuh tipu muslihat. Berbuat manipulatif pada hubungannya dan Shopia.

"Bilang aku harus apa?" ulang Alice tak sabaran.

"Saya datang dari masa depan. Dan entah bagaimana terlempar kembali ke masa muda. Saya harus memperbaiki apa yang salah." Haruskah Adnan dewasa terbuka pada Alice.

"Kamu benar-benar Adnan dewasa?" Mata Alice berbinar. Senang bisa melihat Adnan dewasa. Tanpa sadar tangannya terulur menyentuh wajah Adnan dewasa. Dan dia benar-benar bisa menyentuh laki-laki itu.

Senyuman Alice mengembang. Dia benar-benar bisa menyentuh arwah Adnan. Terasa nyata.

"Hanya orang-orang tulus yang bisa melihat saya, namun tidak memiliki hubungan darah." Adnan dewasa berujar dengan perasaan bimbang.

Apa keputusannya sudah benar mendatangi Alice?

"Aku tulus," ujar Alice.

"Iya, saya tahu itu." Harus Adnan dewasa akui Alice memang tulus, buktinya perempuan itu bisa melihat dirinya.

"Bilang aku harus apa supaya kamu baik-baik aja?"

"Saya dan Shopia harus tetap bersama." Adnan tahu kalimatnya ini menyakiti Alice.

Sorot mata Alice langsung redup. Matanya tidak lagi berbinar.

"Apa?" Alice bertanya tidak yakin.

"Shopia itu istri saya. Dia jodoh saya," jelas Adnan dewasa.

"Jodoh? Tapi aku pacar kamu." Alice tidak terima.

"Kamu bukan masa depan saya," balas Adnan dewasa.

"Enggak! Shopia itu bukan siapa-siapa. Dia bahkan nggak lebih baik dari aku! Aku ini lebih mengerti kamu. Bahkan kamu sendiri bilang, kamu lebih nyaman cerita semua hal sama aku dari pada dia." Alice tidak ingin kisahnya dan Adnan berakhir tidak bahagia.

Perasaan Alice patah menjadi dua. Ternyata ada hal yang lebih sakit dari pada dibohongi, yaitu perasaan yang tidak terbalas.

"Alice, dengar--"

"Kamu yang harus dengar aku!" potong Alice ngotot. "Aku nggak akan bantu kamu apapun yang terjadi kalau akhirnya kamu sama Shopia."

Alice tahu dia egois. Jangan katakan Alice jahat, ini cara dia untuk menyelamatkan hatinya.

Alice berbalik, mengambil langkah menjauhi Adnan dewasa.

"Tapi saya akan mati kalau semua tidak berjalan sebagaimana harusnya. Di masa depan saya akan mati kalau tidak bersama Shopia," jelas Adnan dewasa.

Kaki Alice berhenti melangkah.

Adnan akan mati?

"Tolong selamatkan saya. Saya tetap ingin hidup," mohon Adnan.

Alice menulikan telinga, kembali melangkah menjauhi Adnan dewasa. Dia memilih untuk tidak mau tahu. Masa bodo. Dia harus tetap dengan Adnan.

Alice masuk ke ruang rawat Adnan. Dia perbaiki raut wajahnya sebelum bertemu Adnan yang benar-benar Adnan.

"Tante Maura belum datang." Senyuman Alice mengembang. Sejujurnya Alice benci dirinya yang munafik. Dia benci harus bersikap bahwa hubungannya dan Adnan baik-baik saja.

"Belum. Kamu baru pulang sekolah?" Adnan balas bertanya.

Alice melirik ke arah ponsel yang ada di pangukuan Adnan. Terlihat kontak Shopia di sana, sepertinya Adnan ragu ingin menghubungi Shopia.

"Kamu nggak lupa siapa yang selalu ada untuk kamu, kan?" singgung Alice.

Alice mendekati Adnan. Ia raih telapak kanan Adnan yang terbebas dari selang infus.

"Apapun yang terjadi jangan tinggalkan aku, Adnan. Cuma kamu yang aku anggap keluarga. Tempat aku pulang." Air mata Alice jatuh.

"Kenapa nangis? Aku nggak kemana-mana, Alice," jawab Adnan.

Alice terisak sedih.

"Maaf kemarin aku nyakitin kamu," ujar Adnan penuh sesal. Ia simpan ponselnya di balik bantal.

Benar, tadi Adnan berniat menghubungi Shopia. Tapi saat ini menangkan Alice adalah hal yang harus dia lalukan terlebih dahulu.

******

"Kita mau ke mana sih, Ren? Gue lagi malas hari ini," keluh Shopia kesal.

Iren menarik paksa tangan Shopia memasuki warung soto yang tidak jauh dari sekolah mereka.

"Cuan gue dari aplikasi tok-tok baru cair. Jadi hari ini gue mau traktir lo," jelas Iren untuk kesekian kali.

"Gue lagi patah hati tau! Jadi nggak boleh jajan." Walau begitu Shopia tetap mengambil tempat duduk di salah satu kursi.

"Mau soto ayam atau soto babat?" tawar Iren.

"Dua-duanya," jawab Shopia dengan nada sok tidak mau, tapi pesan dua porsi.

"Mang, soto empat porsi. Es teh dua," teriak Iren tanpa mau repot-repot berjalan menuju stand. Teman Shopia yang sebiji ini memang tidak anggun sama sekali.

"Loh, bukannya itu Raka. Katanya dia nggak masuk sekolah karena sakit." Mata Shopia tertuju ke arah parkiran depan ruko. Terlihat Raka turun dari atas motor bersama Terri.

"Raka kok sama cewek?" Iren bingung.

Shopia menatap kecewa pada sosok Raka yang terlihat tidak sakit sama sekali. Padahal alasan cowok itu tidak masuk sekolah karena sakit. Raka dan Terri berjalan menuju indodesember yang ada di samping warung soto.

Laki-laki itu bohong padanya.

"Ren, gue takut sakit hati lagi. Raka terlihat kurang menjanjikan," kata Shopia.

"Gue yakin Raka cowok baik kok. Mungkin aja cewek itu saudara Raka," hibur Iren.

"Bukan. Dia teman masa kecil Raka." Shopia tidak mengerti kenapa terlalu banyak drama dalam hidupnya.

"Adnan memang nyakitin hati lo. Tapi lo nggak bisa memukul rata semua cowok akan sama seperti Adnan. Raka mungkin beda. Lo bisa lihat bagaimana keseharian dia selama kita sekelas sama Raka." Iren coba memberi energi positif.

"Kalau dia memang orang baik, nggak mungkin dia bohong sama gue. Katanya sakit, ternyata jalan sama cewek lain." Shopia takut hatinya akan dipatahkan lagi.

Oke, Shopia akui rasa untuk Raka tidak lebih dari sebatas teman sekelas. Namun dibohongi seperti ini tetap saja akan mengecewakan.

Ponsel Shopia bergetar. Ada pesan masuk dari Alice.

Mau apa lagi perempuan itu?

Tbc

Ada yang kasihan sama Alice? Sakit loh jadi dia

Menurut kalian Raka itu baik atau jahat?

Spam next 👉

Vote dan komen yg banyaaaak

Spam horeee 👉

Spam ❤️

Part berikutnya mau di up kapan?

500 komen. 300 vote. Bisa gk ya? Bisa dongsss ✨️

Oh iya, ada yg tercandu2 sama lagu ih abang jahat aku tuh cinta berat sini dong dekat-dekat ku pegang erat? Sumpah ini lagu nempel di kepala aku 🤣

Gak bosen2 ngejelasin tentang cerita ini. KISAH SEDIH DI HARI MINGGU bertemakan mantan. Gk tau kenapa suka aja angkat tema. Ini cerita ketiga aku tentang mantan hehehe.

Tapi cerita kali ini sedikit berbeda, teenfict yang aku mix dengan fantasy. Ikutin terus yaaa. Adnan muda emang nyebelin karakternya biar kalian makin cinta sama cerita ini 🤗

Ig : ami_rahmi98

❌️ Awas ada typo ❌️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top