Part 29 - Setiap Hari Hanya Ada Kesedihan
Hai, hai masih ada yang baca cerita ini gk ya?
Coba absen dulu. Bilang hiiiii 👉
Bilang horeeeee 👉
Spam nama Shopia 👉
Spam nama Alice 👉
Oh iya, jangan lupa mampir ke cerita aku MANTAN TAPI MENIKAH yang sebentar lagi jadi series.
👇
Happy reading ♥️
Harusnya aku tidak menggantungkan bahagiaku padamu.
_____
Tubuh Shopia bergetar hebat saat dia sampai di rumah sepulang dari anniversary sekolah. Tadi dia pulang diantar Raka.
Setelah kejadian di aula Shopia tidak memiliki keberanian untuk ikut ke rumah sakit menjenguk Adnan.
"Kamu buat ulah apa lagi di acara annvirsary sekolah?! Tadi guru nelpon Mama." Ibu Shopia menghampiri Shopia yang masih berdiri kaku di depan pintu masuk.
Shopia menatap kosong ke arah mata ibunya. Dia butuh pelukan saat ini dari perempuan yang telah mengandungnya selama sembilan bulan, bukan makian.
"Kamu bisa nggak sih jangan banyak tingkah! Mama itu udah pusing mikirin kerjaan. Mama nggak nuntut banyak, Mama cuma minta kamu belajar yang benar dan selalu jadi yang pertama. Jadi nggak usah berulah!" cercah Ibu Shopia.
Shopia juga tidak mau seperti ini. Ini semua salah takdir yang jahat padanya.
"Bikin pusing aja! Kalau begini ceritanya mending dulu kamu ikut sama ayah kamu yang kere itu aja!" Mungkin karena sudah terlanjur kesal, Ibu Shopia tanpa sadar telah melukai hati putrinya.
Shopia mengabaikan semua perkataan ibunya. Dengan langkah sendu ia berjalan menuju kamarnya sendiri. Shopia tidak menyalakan lampu. Tidak juga membuka tirai jendela. Perasaan tidak berharga itu kembali muncul.
Terjadi lagi hari minggu yang buruk dalam hidup Shopia.
"Ini bukan masalah besar," bisik Shopia pada dirinya sendiri.
Di antara gelapnya kamar Shopia, sosok Adnan dewasa muncul. Wajah laki-laki itu terlihat pasrah. Shopia balas menatap dengan datar.
"Sakit, Shopia. Tubuh saya terasa sangat sakit," bisik Adnan dewasa parau.
Energi Adnan dewasa terkuras habis. Tubuhnya di masa depan dan masa sekarang sama-sama terbaring lemah di rumah sakit.
"Tolong saya." Wajah Adnan dewasa berubah sedih.
"Enggak! Gue nggak mau lagi nolong lo."
Penolakan Shopia membuat Adnan dewasa kian lemah.
"Pergi dari sini sebelum lo kena sial karena gue. Pergi!" usirnya.
Adnan dewasa menatap penuh kekecewaan. Dia memang meminta Shopia untuk mencari kebahagiaan sendiri, tapi tidak dengan cara melepaskan tangannya.
"Pergi!"
******
Raka menekan klakson motornya berulang kali di depan rumah Shopia. Ini hari senin dan ada upacara bendera, lima belas menit lagi jam masuk dan Shopia belum juga menunjukkan batang hidungnya.
Tin, tin, tiiiiiiiiiiin.
Begitu bunyi klaskon motor Raka.
Tiiiiiiiiiin.
"Piiip, piiiip calon mantu," gurau Raka begitu melihat Shopia keluar dari dalam rumah.
Tiiiiiiiiiin.
Raka menekan panjang klakson motornya.
"Gue merasakan suasana India karena suara klakson motor lo," ujar Shopia sinis.
"Lo lama banget keluarnya. Gue udah selesai bolak-balik umroh tujuh kali nungguin lo," balas Raka.
Shopia berdecak kesal. Dia sedang tidak ingin bercanda hari ini.
"Lo baik-baik aja, kan?" tanya Raka memastikan.
"Apa wajah gue kurang menggambarkan kondisi gue saat ini?" Shopia balas bertanya.
Raka memegang dagunya sambil menilai wajah Shopia dengan serius. "Terlihat menyedihkan. Kantong mata terlihat besar dan hitam. Rambut kusut. Hidung kembang-kempis. Bibir pecah-pecah. Tulang kropos--"
"Rasanya pengen buang lo pluto." Shopia memotong perkataan Raka.
"Dih, entar gue ketemu sodara-sodara lo di sana," cibir Raka.
"Gue anak tunggal!"
"Oh iya, lupa!" Raka nyengir.
"Sumpah, lo berisik banget pagi ini," kata Shopia dengan wajah judes.
"Terri bilang gue harus ngehibur lo. Tapi jatohnya jadi bikin lo kesal," sesal Raka.
"Apa? Terri?"
"Iya, gue cerita ke dia tentang apa yang terjadi," jawab Raka apa adanya.
"Jangan sebut nama cewek lain di hadapan gue! Gimana pun gue ini pacar lo!" tegas Shopia sembari naik ke atas boncengan motor Raka.
"Apa itu artinya gue diakui sebagai pacar?" Raka cekikikan.
"Kalau lo mau diakui sebagai pacar, minimal lo harus gantenglah kayak Jaemin NCT." Shopia menerima helm yang disodorkan Raka.
"Anak SMA bagian mana itu? Berani-beraninya dia menandangi kegantengan gue." Raka berkaca pada kaca spion ingin memastikan bahwa dia masih ganteng.
"Bapak kau ganteng!"
Setidaknya Raka cukup menggibur Shopia di pagi ini.
"Jangan sedih lagi. Semua yang terjadi pada Adnan bukan salah lo," kata Raka dengan wajah yang berubah tulus.
Raka melihat Shopia menggangguk dari kaca spion motornya.
"Iya, emang bukan salah gue. Tapi salah elo yang nggak gerak cepat buat nolongin gue kemarin," dumel Shopia.
Sudahlah tidak ada gunanya memang menyalahkan perempuan.
******
Tolong saya.
Mata Alice menajam membaca tulisan di kaca rumah sakit. Tulisan bertintakan tetesan embun yang perlahan-lahan menghilang. Angin berhembus membelai belakang leher Alice.
Alice merasakan tangannya dingin. Dia takut. Tapi saat melihat sosok Adnan dewasa muncul perasaan takut itu hilang.
"Tolong saya!" bisik Adnan dewasa lemah. Lalu sosok itu kembali hilang.
Mata Alice bergerak mencari sosok Adnan.
"Adnan, kamu ada di mana?! Aku bakal nolongin kamu. Adnan!" panggil Alice.
Tidak ada suara terdengar. Suasana toilet rumah sakit ini semakin dingin.
"Adnan, aku bakal nolongin kamu!" ulang Alice.
"Datangi aku, Adnan! Aku ada di sini!"
Berulang kali Alice memanggil. Sosok itu tidak muncul lagi.
Apa yang terjadi pada sosok tak kasat mata itu?
******
Shopia melangkah ragu di lorong rumah sakit. Membawa bingkisan untuk menjenguk Adnan. Ini hari kedua Adnan di rawat. Kepala Adnan bocor dan mendapat tujuh jahitan, itu berita yang tersebar. Semenjak masuk rumah sakit Shopia tidak pernah menjenguk laki-laki itu, ini kali pertama.
Hingga sampailah Shopia di depan pintu ruang rawat Adnan. Matanya menatap lurus.
"Harusnya lo bilang kalau mau ke sini." Raka tiba-tiba datang, berdiri tepat di sisi Shopia.
Shopia tersentak kaget. "Tadinya gue mau ngajak lo. Tapi sebelum gue ajak lo udah ngeluarin pernyataan kalau lo ada urusan pulang sekolah."
Ya, tadinya Shopia memang ingin mengajak Raka. Dan juga mengajak Iren, tapi Iren berhalangan hadir karena harus live tok-tok sepulang sekolah.
"Batal. Terri nggak jadi datang ke rumah gue," jawab Raka apa adanya.
Dih, ternyata urusan sama si ikan Terri. Gue kira apa, batin Shopia.
"Hmm," gumam Shopia kenanya.
"Lo nggak nanya kenapa Terri datang ke rumah gue?" tanya Raka iseng.
Shopia balas menatap. "Gue nggak mau tahu kalau memang lo nggak mau kasih tahu."
"Kalau lo tanya, gue bakal terbuka," sahut Raka dengan sungguh-sungguh.
"Sekarang itu nggak penting. Yang terpenting adalah kita jenguk Adnan!' balas Shopia.
Raka kecewa mendengarnya. Dia terlalu berharap lebih.
"Ayo, masuk!" Setelah meyakinkan diri akhirnya Shopia masuk ke dalam ruang rawat Adnan.
"Selalu Adnan yang jadi nomor satu di mata lo," kata Raka pada dirinya sendiri sebelum masuk ke dalam ruangan.
Shopia sudah menyiapkan hati sebelumnya. Jika dulu dia melihat Alice yang merawat Adnan, hari ini dia kembali disuguhkan dengan pemandangan yang sama.
"Shopia?" Adnan kaget ada Shopia.
Mata Shopia bertemu dengan Adnan. Shopia tatap lekat-lekat kedua bola mata Adnan. Syukurnya laki-laki itu baik-baik saja, Shopia takut terjadi sesuatu yang buruk pada Adnan kerena dirinya.
"Shopia datang ke sini untuk mengucapkan terima kasih." Raka berinisiatif untuk menjelaskan.
Kaki Shopia maju mendekati ranjang rawat Andan. Dia berdiri di sisi Alice, lalu menyerahkan bingkisan yang dibawanya pada Alice.
Alice bertindak sebagai pasangan yang sempurna.
"Maaf karena nolongin gue lo jadi celaka begini. Mungkin benar kata seseorang gue itu cuma pembawa sial." Seseorang yang Shopia itu maksud adalah Alice.
Adnan bungkam.
"Gue janji akan menjauh dari hidup lo. Gue janji nggak akan banyak tingkah lagi. Gue juga janji akan selalu menghilang dari radar pandangan lo." Mata Shopia berkaca-kaca.
Shopia merasa ada bongkahan batu besar di dadanya. Membuat dia merasa sesak. Sakit. Ingin menangis dan teriak.
"Gue janji." Namun tidak ada air mata, hanya terdengar suara bergetar dari celah bibir Shopia.
"Lain kali kalau terjadi sesuatu sama gue jangan peduli! Jangan mendekat. Jangan menolong," kata Shopia tegas.
"Bahkan sekalipun gue mau meregang nyawa!" tambah Shopia.
"Karena gue mau bebas dari lo. Karena gue sedang berusaha agar takdir kita tidak bersinggungan lagi di masa depan." Shopia menatap dalam mata Adnan dewasa.
Kepala Adnan mendadak pusing. Tangan Adnan meremas bagian rambutnya.
"Sebaiknya lo pergi dari sini. Kehadiran lo cuma bikin Adnan tambah sakit." Alice menarik lengan Shopia untuk menjauh.
Raka melepaskan tarikan Alice dari lengan Shopia. "Kami bisa pergi sendiri. Lepasin tangan, Shopia!"
Alice menatap sebal.
"Ayo, kita pergi." Raka membawa Shopia bersamanya. Dalam rangkulan Raka Shopia pasrah.
Kali ini Shopia benar-benar menyerah
Tbc
Karena Shopia udah memutuskan untuk benar-benar menyerah. Jadi Adnan dewasa merasa tidak ada harapan lagi.
Udah komen yang banyak?
Sebelum meninggalkan lapak ini komen dulu yg banyak
Banyaaaak 👉
Minta tolong sama Alice jangan?
Spam next dulu 👉
Spam 💋
Semakin banyak komen semakin cepat up 🥰
Ig : ami_rahmi98
❌️ Awas ada typo ❌️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top