Part 11 - Hati yang Patah

Oke, karena part sebelumnya udah mencapai 200 komen jadi aku double up hari ini.

Senang gk? Senang dong hehehe

Tes semangat dulu. Spam Aaaaa 👉

Spam nama Shopia 👉

Spam nama Alice 👉

❌️Tandai typo ya

Apa yang kamu benci, tidak harus kamu jauhi.
Jadi cobalah berdamai dengan keadaan.
____

"Shop gue duluan, ya!" Iren menyandang tas ransel kesayangannya. Dia melangkah riang keluar dari dalam kelas. Terkesan buru-buru.

"Iren, jangan kabur lo piket hari ini!" teriak ketua kelas yang selalu migrain saat mengurus kelas.

"Lo hari ini gue piket?" tanya Alice sok kaget, namun tetap tidak menghentikan langkah.

"Iya! Hari ini lo piket. Cepat sapu sekarang!"

"Untuk apa gue piket hari ini kalau masih bisa gue lakukan besok? Besok aja ya." Lalu Iren menghilang secepat bayangan. Jurus menghilang seribu bayangan.

"Ireeen!" panggil ketua kelas.

Langkah Iren semakin cepat. Bahkan perempuan itu berlari semakin kencang dan kencang. Si ketua kelas harus menabung kesabaran lebih banyak lagi.

"Shopia, sebagai teman baik Iren lo yang gantiin--"

"Kabooor!" Shopia tidak kalah gesit dari Iren. Dia berlari cepat dan penuh semangat.

"Gini bangeeet punya anggota. Emang lebih baik gue tumbuh-tumbuhan aja," lirih si ketua kelas pasrah.

Ketua kelas itu hanya menatap sedih sekeliling. Kelas sudah sepi. Terpaksa hari ini dia lagi yang akan piket.

Napas Shopia memburu cepat. Lari dari lorong kelas 12 hingga depan gerbang ternyata cukup menguras tenaga juga. Shopia merogoh saku roknya, jajan hari ini hanya tersisa untuk ongkos angkot.

Dan Shopia kesal sendiri saat tadi ia melewati parkiran melihat Adnan dan kawan-kawan. Ada Alice juga. Pemandangan yang mampu merusak hari Shopia yang tidak indah semakin tidak indah.

Kaki Shopia bergerak menuju halte terdekat. Mobil sedan hitam tiba-tiba berhenti di sisi Shopia, ia merasa asing dengan mobil hitam ini.

Seorang laki-laki berumur empat puluhan turun dari sana. Ada Ibu Shopia juga.

"Shopia, dari tadi Mama chat kamu tapi nggak di balas," ujar Ibu Shopia.

Shopia memang sengaja tidak membalas pesan ibunya. Dia tidak minat.

"Oh iya, kenalkan ini calon ayah kamu." Wajah Ibu Shopia terlihat sumringah. Berbanding terbalik dengan wajah Shopia yang tidak bersahabat.

Shopia mengabaikan ibunya begitu saja. Dia berbalik arah dan melangkah pergi.

"Shopia!" Ibu Shopia menarik lengannya.

"Lepas!" Shopia coba melepaskan diri.

"Kamu ini nggak punya sopan santun?! Mama nggak pernah ngajarin kamu bersikap kurang ajar!" amuk Ibu Shopia.

"Mama memang nggak pernah ngajarin aku sopan santun! Aku kurang ajar karena Mama nggak pernah ngajarin aku apapun. Apapun!" balas Shopia.

Orang-orang yang melintas di sekitar Shopia melirik secara terang-terangan pada mereka. Kini drama kehidupan Shopia jadi tontonan orang-orang

"Ikut Mama!" Ibu Shopia kembali menarik tangannya.

"Aku nggak mau!"

"Jangan membantah kamu! Bikin malu saja!"

"Lepaaaas!" Shopia berontak.

"Shopia!"

"Aku nggak mau!"

"Bukan dengan cara kekerasan membujuk anak sendiri! Tante justru mempermalukan diri sendiri jika seperti ini." Alice tiba-tiba muncul.

"Jangan ikut campur kamu!" debat Ibu Shopia tak suka. "Shopia, pulang!" Beliau kembali menarik tangan Shopia.

"Lepas!" teriak Shopia. Ia terus berontak.

"Lepasin Shopia, Tante!" Alice menarik Shopia. Hingga akhirnya Shopia terbebas dari paksaan ibunya sendiri.

Shopia mengusap tangannya dengan kasar.

"Gue nggak butuh bantuan lo," ujar Shopia sinis demi mempertahankan harga dirinya.

"Lo nggak tahu terima kasih banget ya." Alice menatap dengan pandangan tidak percaya. Alice sudah menolong Shopia di sini, dan dia layak mendapatkan terima kasih.

"Buat apa berterima kasih sama lo? Lo sama sekali nggak membantu." Shopia menekankan setiap kalimatnya.

"Pantas tabiat lo busuk, ternyata keturunan dari ibu lo," bisik Alice pelan. Namun masih dapat didengar dengan baik oleh telinga Shopia.

"Apa kata lo?! Ulangi lagi! Tadi lo bilang apa?!" Shopia tidak terima. Dia mendekat pada Alice dalam satu langkah lebar.

"Shopia lepasin gue!" Alice berteriak panik saat Shopia menarik kerah seragamnya.

"Lo yang busuk! Bukan gue!" maki Shopia tidak terkontrol.

Alice terbatuk karena cengkraman Shopia semakin kuat. Terasa mencekik di sekitar lehernya.

"Jangan berani-berani lo ngatain gue busuk. Paham?" peringat Shopia.

Alice tidak memberi respons.

"Paham?!" ulang Shopia sarkas.

Pada akhirnya Alice hanya dapat mengangguk pasrah.

"Jangan bantu gue lagi! Karena gue nggak butuh itu!" Shopia melepaskan cengkramannya pada kerah kemeja Alice. Namun anehnya Alice menghempaskan tubuhnya sendiri ke arah jalanan seolah-olah Shopia yang mendorongnya. Dan bertepatan saat itu sebuah motor melintas.

Orang-orang berteriak panik melihat Alice terserempet motor. Alice tergeletak pingsan dijalanan.

"Lo ngedorong dia, Shopia?!" Adnan datang dan langsung berteriak pada Shopia.

Sementara Alice dibantu oleh Jo, Chai dan Renjun. Keempatnya sangat sigap untuk melindungi Alice. Dan orang-orang mulai berkerumun menyaksikan apa yang terjadi.

Shopia menggeleng takut. Tangannya gemetar. "Gue nggak ngedorong dia! Dia sendiri yang melemparkan diri ke arah jalan raya."

"Gue punya mata untuk melihat semua yang terjadi. Lo ngedorong dia. Kalau sampai terjadi sesuatu sama Alice, seumur hidup gue nggak akan maafin lo!" Adnan berteriak tepat di depan wajah Shopia.

"Gue nggak ngedorong dia!" teriak Shopia kuat.

"Lo jahat banget, Shopia. Padahal tadi Alice berniat nolongin lo." Seorang murid perempuan yang melintas ikut menyudutkan Shopia.

"Lo benar-benar nggak punya perasaan," ujar yang lainnya.

Shopia menutup kedua telinganya. Dia benci situasi ini. Shopia benci hidupnya. Shopia benci dirinya sendiri.

"Lo tahukan seberapa berharga Alice untuk gue?" ujar Adnan tajam.

Shopia hanya dapat membalas tatapan Adnan tanpa kata. Air mata Shopia berada di ujung matanya, sedikit saja dia berkedip maka akan jatuh.

"Jadi jangan coba sakiti dia! Atau gue akan benci sama lo seumur hidup!" Adnan menutup ancamannya dengan senyuman sinis. Kemudian baru dia pergi menyusul teman-temannya yang menolong Alice.

"Adnan, lo harus percaya sama gue," kata Shopia pada dirinya sendiri. Sedih sekali rasanya. Hati Shopia patah. Hatinya yang malang.

"Dasar nggak punya hati!"

Nggak punya hati? Hei, hati Shopia sedang patah saat ini.

"Gue nggak nyangka kelakuan asli lo begini, Shopia. Mentang-mentang kesayangan satu sekolah."

"Kasihan Alice."

"Shopia si muka dua."

Kerumunan orang-orang mulai sepi. Satu per satu mereka pergi. Meninggalkan Shopia bersama caci maki dan rasa malu.

Ibu Shopia mendekat. Matanya menatap prihatin pada sang putri yang menangis dalam diam.

"Shopia, ayo kita pulang," bujuk Ibu Shopia.

"Mama puas sekarang?" isak Shopia. "Mama senang aku dipermalukan?"

Ibu Shopia menghela napas berat. "Ini tidak ada gunanya." Lalu wanita itu pergi bersama laki-laki yang ingin dia perkenalkan pada Shopia.

Semua orang pada akhirnya pergi. Shopia hanya punya dirinya sendiri saat ini.

Mata Shopia menjelajah ke sekitar. Mencari sosok Adnan dewasa yang selalu muncul di saat-saat tersulitnya.

Tidak ada. Kali ini laki-laki itu tidak muncul.

Apa karena Adnan dewasa mengetahui bahwa Alice tulus jadi dia lebih memilih bersama Alice?

TBC

Spam next 👉

300 komen+200 vote yok bisa yok ♥️ nanti langsung up 🥰

Menurut kamu siapa yg paling tulus di sini?

Spam Alice ratu drama 👉

Spam horeee 👉

Spam ❤️

Part berikutnya mau di up kapan?

bosen2 ngejelasin tentang cerita ini. KISAH SEDIH DI HARI MINGGU bertemakan mantan. Gk tau kenapa suka aja angkat tema. Ini cerita ketiga aku tentang mantan hehehe.

Tapi cerita kali ini sedikit berbeda, teenfict yang aku mix dengan fantasy. Ikutin terus yaaa. Adnan muda emang nyebelin karakternya biar kalian makin cinta sama cerita ini 🤗

Ig : ami_rahmi98

❌️ Awas ada typo ❌️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top