Part 1 - Kenapa bisa hancur?
Bilang lalala yeyeye yang mampir di lapak ini 👉
Spam nama kamu 👉
Happy reading ♥️
Aku tidak bisa mempercayakan hatiku padamu.
_____
"Kamu jalan sama dia?" Mata Shopia menyorot serius pada laki-laki di depannya, pada pacarnya.
Laki-laki itu terdiam. Tidak memberi pembelaan atas tuduhan yang dia terima.
"Jawab aku!" teriak Shopia marah.
"Aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Kami hanya teman kecil."
"Semua berawal dari teman," cibir Shopia dengan nada geram.
"Aku kenal dia lebih dulu dari kamu."
"Jadi maksud kamu dia lebih berharga? Tega kamu, ya! Pantas saja kemarin aku minta jemput kamu bilang nggak ada waktu. Ternyata kamu pergi sama cewek itu."
Kejadiaanya hari sabtu kemarin saat Shopia minta untuk diantar pulang. Namun laki-laki di hadapan Shopia ini beralasan ada kerja kelompok. Seperti bangkai yang akan tercium baunya, salah satu teman dari pacar Shopia update story instagram. Dari sana Shopia tahu kebohongan pacarnya yang pergi dengan perempuan lain.
"Aku memang kerja kelompok. Satu kelompok sama dia," jelas si cowok.
"Di kafe?"
"Iya."
"Sekalian jalan?" Shopia tersenyum sinis.
"Aku memang nggak pernah benar di mata kamu."
"Kamu memang salah!" Shopia mendebat.
"Terserah!"
Shopia tertawa nyaring, nada suaranya terdengar menyedihkan. Drama macam apa yang akan diciptakan laki-laki ini dalam hidup Shopia?
"Kamu suka sama dia?" Shopia bertanya dengan suara serak.
Lawan bicara Shopia terdiam. Namun, anggukan dari laki-laki itu sudah cukup menjawab segalanya.
"Terus aku kamu anggap apa?!"
"Kamu pacar aku. Aku suka sama dia nggak lebih dari sebatas teman."
"Kamu pikir aku percaya, Sialan? Aku nggak akan biarkan kalian bahagia di atas penderitaanku!" amuk Shopia.
Emosi Shopia ada pada titik teratas. Sesak yang bertahan sejak lama tumpah sudah.
Udara hari ini cukup terik. Pohon rindang yang menaungi mereka tidak mampu memberi keteduhan bagi Shopia. Siswa yang berada di sekitar taman belakang sekolah melirik ingin tahu pada keduanya. Beruntung ini hari minggu, suasana sekolah tidak begitu ramai karena hanya murid yang memiliki kegiatan tambahan saja berada di lingkungan sekolah.
"Kalian berdua sialan!" maki Shopia.
"Jangan merasa jadi yang paling tersakiti saat ini, Shopia! Coba lihat dari sisiku. Kemana kamu saat aku sulit?! Kemana kamu saat aku butuh dukungan? Kemana kamu saat ayahku meninggal?"
"Kamu tahu sendiri hari itu aku ikut olimpiade!" teriak Shopia marah.
Lawan bicara Shopia tertawa miris. "Saat aku kecelakaan sampai harus dirawat di rumah sakit kamu ada di mana?"
Shopia diam tak berkata-kata. Saat itu dia sedang liburan kenaikan kelas semester ganjil bersama keluarganya di Bali.
"Aku bukan prioritas kamu, Shopia!"
Mata Shopia tidak dapat fokus. Bergerak tak menentu mencari objek yang bisa menjadi pengalih rasa sesak di hati. Kenapa sekarang jadi Shopia yang terpojok?
"Dia yang selalu ada saat aku butuh," ujarnya.
Apa semua kekacauan hubungan mereka memang karena Shopia? Salah Shopia?
"Dia yang selalu beri aku dukungan!" amuk laki-laki itu. "Bukan kamu," tambahnya.
Shopia memilin ujung kaos yang dia gunakan. Sungguh, ini hari minggu yang buruk. Mood Shopia jadi hancur untuk latihan dan membahas soal olimpiade nanti.
"Bagi kamu aku memang nggak penting."
"Kamu mau kemana?" Shopia menarik tangan Adnan yang berniat pergi.
Adnan Yuda Bachtiar, laki-laki yang Shopia pacari empat bulan yang lalu. Mereka bertemu dan satu kelompok saat acara orientasi siswa baru. Walau pisah kelas hubungan keduanya tidak putus hingga akhirnya pacaran. Sejak awal Shopia tahu tentang Alice, sahabat bagai kepompong Adnan.
Hubungan Adnan dan Alice sering menjadi alasan mereka bertengkar. Berulang kali Adnan mengatakan Shopia egois hanya karena meminta Adnan untuk tidak berhubungan lagi dengan Alice.
"Kita belum selesai bicara," ujar Shopia.
"Aku mau latihan basket. Anak-anak udah nungguin di lapangan."
"Apa masalah kita nggak lebih penting dari pada latihan basket kamu itu?!" Shopia memekik marah.
"Bukannya sama saja seperti kamu yang menganggap penting olimpiade kamu itu? Begitu juga aku. Lagi pula ini hanya masalah kecil. Kamu saja yang berlebihan."
"Adnan, ini bukan masalah kecil. Ada orang ketiga dalam hubungan kita jelas bukan masalah kecil." Shopia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Adnan.
"Nggak ada orang ketiga, Shopia!" tegas Adnan.
"Alice orang ketiga!"
"Aku capek sama sikap kamu, Shopia!" ungkap Adnan dengan serius. Membuat Shopia membeku.
"Aku mau putus saja." Bibir Adnan berujar dengan lihai.
"Kamu minta putus? Aku ingin berjuang, sementara kamu ingin lepas. Apa hubungan kita memang sebercanda ini?" Shopia mengamuk.
"Kita putus!" Ini bukan pertanyaan, tapi ini sebuah pernyataan tegas dari Adnan.
"Aku nggak mau!" Shopia semakin keras kepala.
"Kita putus!"
"ADNAN!" teriak Shopia marah. Kaki Adnan melangkah pergi. Meninggalkan Shopia sendirian bersama masalah mereka yang selesai dengan kata putus.
******
Shopia duduk di dekat gudang sekolah sendirian. Tanpa alas. Tanpa kursi. Tanpa teman.
Hanya ada debu di sini. Ada juga tangga besi yang biasa digunakan untuk memperbaiki lampu sekolah. Ada papan tulis bekas juga. Area sekitar gudang memang kurang terawat.
"Dia minta putus," ujar Shopia pada dirinya sendiri.
"Apa hebatnya Alice?" Air mata Shopia menggenang. Sebelum jatuh ia bersihkan dengan cepat. Shopia benci menjadi lemah.
Ponsel Shopia bergetar. Ada pesan masuk dari ibunya.
Mama 💕
Mama dan ayah akan cerai. Pulang dari sekolah kamu langsung ke rumah Mama
Shopia mematikan ponsel tanpa memberi balasan. Dia tidak peduli apapun saat ini, termasuk rencana perceraian kedua orangtuanya. Mereka sama egoisnya seperti Adnan, tidak mengerti Shopia. Mereka semua tidak tahu bahwa Shopia sedang tidak baik-baik saja.
"Rasanya mau mati saja," bisik Shopia serak.
Perderitaan apa lagi yang kurang di hari minggu ini?
Diputuskan, sudah.
Ditinggal kedua orangtua, sudah.
Rasanya seperti jatuh tertimpa tangga pula.
Bukan hanya kalimat kiasan semata. Shopia benar-benar jatuh tertimpa tangga. Saat akan bangun dari duduknya Shopia berpegang pada tangga besi yang tidak jauh dari jangkauannya. Kerena tubuhnya yang lemas Shopia jadi oleng, tangga yang ia jadikan tumpuan ikut tertarik dan jatuh mengenai kepala Shopia.
Sakit sekali.
Pandangan Shopia seketika buram. Tercium bau amis darah. Dalam keadaan setengah sadar Shopia melihat seseorang datang menghampiri.
"Shopia," ujar seorang laki-laki dengan lembut.
Apa laki-laki ini Adnan? Dia mirip sekali dengan Adnan, tapi bukan seperti Adnan.
"Adnan?" lirih Shopia sebelum semuanya gelap.
******
Mata Shopia terbuka dengan perlahan-lahan. Hal yang pertama kali Shopia dapati ada suasana ruangan yang serba putih. Wangi obat tercium indra pembau Shopia.
Di rumah sakit. Tanpa perlu menjadi pintar Shopia tahu dimana dia berada sekarang.
"Kamu sudah sadar?" Suara lelaki dewasa terdengar.
Shopia tidak asing dengan suara ini. Perlahan Shopia menoleh ke kiri. Laki-laki dewasa berdiri di sisi ranjang. Wajah laki-laki itu mirip dengan Adnan, tapi dalam versi yang lebih matang. Hidung yang tinggi, wajah yang tegas, bibir yang cantik dan sorot mata tajam. Semua sama seperti Adnan. Mirip sekali.
"Kamu Adnan?" tanya Shopia ragu.
"Saya suami kamu dari masa depan."
Alis kiri Shopia mengangkat mendengar jawaban tidak masuk akal laki-laki itu.
Apa ini sedang syuting film? batin Shopia.
Tbc
Hai aku balik lagiiiii dengan cerita bertemakan mantan. Gk tau kenapa suka aja angkat tema. Ini cerita ketiga aku tentang mantan hehehe.
Tapi cerita kali ini sedikit berbeda, teenfict yang aku mix dengan fantasy. Ikutin terus yaaa.
Spam next 👉
Say hi untuk suami masa depan Shopia 👉
Spam ❤
Spam 👹
Ig : ami_rahmi98
☠ Awas ada typo ☠
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top