Sang Anomali | 2024

Orang-orang itu mengacungkan sesuatu yang tampak seperti senjata laras panjang. Aku mengangkat tangan tanda bahwa aku tidak bermaksud buruk. Mereka mendekatiku dengan waspada. Ingin rasanya aku melarikan diri tapi aku tahu sudah terlambat bagiku untuk melakukannya. Satu tarikan pelatuk dan peluru panas akan menembus tubuhku. Walau ada kemungkinan kesadaranku akan berpindah lagi, aku tidak mau mengambil resiko untuk sesuatu yang tidak kuketahui.

"Aku ingin bertanya," ucapku ketika mereka sudah cukup dekat untuk mendengarkan.

"Siapa namamu?" tanya satu orang yang terlihat seperti pemimpin mereka dengan dua garis biru di lengan hazmatnya. "Mengapa kau keluar dari laboratorium?"

Ternyata nama tempat itu Laboratorium.

"Namaku Tira. Aku ... terbangun di Laboratorium dan kehilangan ingatanku," jawabku memberi alasan klise dari manhwa-manhwa isekai yang pernah kubaca.

Terjadi perdebatan singkat di antara para pengguna hazmat. Aku dapat mendengar beberapa kata di antara mereka, bunuh dari pada membuat masalah. Aku menelan ludah, semoga ada orang yang cukup waras untuk memberiku kesempatan hidup.

"Aku ... hanya ingin tahu apa yang terjadi ...."

Mataku menatap sekeliling, menyadari bahwa hanya ada padang tandus berwarna kuning kecoklatan di sekitarku tanpa tanaman dan dipenuhi puing-puing bangunan yang hancur.

Bencana apa yang membuat kehancuran seperti ini?

Ketika aku kembali memusatkan perhatian ke arah para penemuku, mereka sudah selesai berdebat. Senjata-senjata diturunkan sebagian. Sang pemimpin berjalan mendekat dan mengamatiku dengan seksama, mencari tahu apakah aku memiliki senjata atau tidak.

Risih, tapi aku tidak memiliki pilihan.

"Kami akan mengkarantinamu sebelum memutuskan akan membawamu ke koloni atau tidak," ucapnya dari balik hazmat. Suaranya terdengar seperti robot dengan alat pengeras suara yang menempel di tubuhnya.

Aku mengangguk dengan kelegaan. Ada kesempatan bagiku untuk mencari tahu di mana dan siapa aku.

Orang-orang itu mengelilingiku sebelum berjalan. Dua orang di belakangku bersiaga dengan senjata, berjaga-jaga bila aku berulah. Walau takut, aku memutuskan untuk diam.

"Di mana ini?" tanyaku ketika kami melintasi reruntuhan. "Apa yang telah terjadi?"

Sang pemimpin yang berjalan di sampingku menoleh dan menatapku selama beberapa saat. Aku tidak bisa melihat wajahnya yang tersembunyi di balik flexiglass.

"Kau benar-benar tidak tahu apa-apa ya? Ini adalah lokasi bencana tsunami terburuk dalam sejarah. 10 skala richter, dengan tinggi ombak hingga 50 meter menyapu daratan dengan kecepatan 100km/jam. Tidak pernah ada upaya restorasi karena saat itu dunia sudah dalam kondisi kacau balau akibat bencana iklim. Laboratorium di bangun di tempat ini karena tidak ada yang hidup di sini setelah bencana itu."

Dia kembali menatapku.

"Laboratorium itu dibangun untuk meneliti mutasi genetik yang akan membantu manusia bertahan dalam kondisi ekstrim, tapi yang dihasilkan justru wabah yang membuat populasi makin berkurang." Dia terdiam sejenak. "Tapi sepertinya mereka berhasil, dengan adanya dirimu di sini, bertahan hidup tanpa menggunakan baju hazmat."

Mataku membelalak lebar menyadari hal yang selama ini kuanggap normal.

Akulah anomali itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top