Riwayat Alam | 2024
Lorong kosong. Putih seperti yang lain. Lebih banyak mayat bergelimpangan dengan kondisi yang sama membuatku menelan ludah gugup. Semangat yang sempat naik mengempes bagai balon bocor. Namun aku berusaha untuk tetap kuat.
Memaksakan diri terus melangkah, aku berjinjit di antara celah. Mereka sepertinya mati ketika berusaha melarikan diri dari sesuatu, melihat tidak ada jejak makhluk lain, aku dapat menduga bahwa yang membuat mereka seperti ini adalah sesuatu yang tak berwujud.
Wabah? Virus?
Aku menahan napas. Inikah yang dimaksud oleh Meyer bahwa mereka gagal dan kiamat terjadi?
Namun jika demikian, mengapa hanya aku yang tidak terpengaruh?
Pertanyaan demi pertanyaan menumpuk tanpa aku menemukan jawabannya. Melewati lorong sambil mengecek pintu-pintu di sepanjangnya, membuatku tahu bahwa tempat itu semacam fasilitas penelitian. Mungkin aku dan beberapa orang bergaun ala rumah sakit ini adalah objek penelitiannya.
Bulu kudukku merinding. Mungkinkah penelitian mereka membuatku terjebak di tubuh ini?
Lagi-lagi pertanyaan. Aku menelannya kembali.
Lorong kedua, aku kembali dihadapkan dengan mayat dan pintu-pintu. Hatiku mencelus membayangkan horor seperti apa yang harus mereka hadapi. Rasa sakit dan penderitaan ketika nyawa mereka sedikit demi sedikit direngut paksa dari tubuh yang kehilangan fungsinya.
Mengambil waktu untuk mencari informasi, aku kembali memasuki pintu-pintu yang terbuka. Kartu dari Meyer membantuku untuk mendapat akses. Ada ruangan arsip, ruang pertemuan, ruang penelitian dengan botol-botol warna-warni, ruang istirahat, kamar peneliti.
Aku mencoba membaca beberapa tulisan, tapi tidak banyak membantu. Aku tidak tahu apa-apa tentang dunia ini ditambah dengan istilah-istilah ilmiah membuatku mengerti sangat sedikit.
Ruang terakhir di ujung lorong adalah sebuah ruang gelap dengan layar di seluruh dindingnya, menampilkan berbagai macam gambar. Mungkin semacam ruang observasi?
Entahlah.
Ada sebuah kursi seperti kursi pasien dokter gigi di tengah ruangan, menghadap layar paling besar. Di layar itu terpampang sebuah batu bata berlubang di atas batu-batu kali berwarna kelabu. Beberapa serangga hinggap dan pergi saat aku melihat video tersebut.
Pertanyaan kembali muncul.
Apa itu? Apa hubungannya dengan penelitian yang mereka lakukan?
Layar-layar lain menunjukkan hal yang sana, mengamati alam. Pantai berdebur, kepiting mencari makan, burung menyambar ikan. Yang lain menunjukkan ekosistem hutan hujan.
Aku berdiam diri di sana dan termenung. Tempat itu menunjukkan realita yang tak jauh berbeda dengan tempatku hidup sebelum berpindah tubuh. Ada sedikit kelegaan muncul dalam benak, mungkin dunia ini tidak seberbeda yang kukira.
Ditemani suara cericip burung, aku keluar dari ruangan itu dan kembali pada kesunyian lorong putih yang dipenuhi kematian. Mataku tertuju pada pintu ganda yang membuka ke ruangan berikutnya.
Aku menarik napas sebelum kembali melangkah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top