Pelarian | 2024

Tentu saja, itu hanya menjadi keinginan yang mustahil.

Ketika aku membuka mata, aku melihat langit-langit besi dengan kipas angin berputar.

Aku kembali pada tubuh yang katanya seperti cacing pasir raksasa. Sambil mengerang, aku menutup mata sekali lagi, berharap aku bisa kembali berkelana. Namun, baru saja aku memejamkan mata, sebuah ketukan terburu-buru dari arah kaca terdengar.

Derek.

Wajahnya terlihat panik.

"Tira! Tira!!! Ada kabar buruk."

Aku terlonjak bangun dan segera berjalan ke arah kaca untuk mendengar lebih lanjut.

"Kabar buruk. Yang datang adalah Profesor Braham. Jenius tapi mengerikan. Dia bersedia melakukan apa pun untuk mendapatkan jawaban." Wajah Derek terlihat pucat.

Aku merasakan jantungku mencelus. "Apa yang dia lakukan?"

Derek tidak menjawab. Dia menghilang dari area yang bisa kulihat. Ada kekecewaan yang muncul tanpa bisa kucegah. Walau baru kenal, aku merasa Derek orang yang menyenangkan dan baik. Aku tidak bisa menyalahkan jika dia ingin hidup atau membantu koleganya memecahkan masalah untuk mencegah musnahnya umat manusia. Namun aku juga tidak ingin dijadikan kelinci percobaan profesor gila.

Aku harus keluar dari tempat ini, dengan atau tanpa bantuan Derek. Mataku terarah pada pintu satu-satunya di ruangan itu, tapi sebelum aku bertindak apa-apa, pintu itu terbuka dan menunjukkan Derek berpakaian hazmat di baliknya.

"Ayo! Aku akan membawamu ke koloni tempat keluargaku tinggal. Di sana jauh lebih manusiawi dari tempat ini," ucapnya ketika mataku terbelalak melihatnya.

Tanpa banyak bicara, aku segera keluar bersama Derek. Bunker itu sederhana, sama seperti saat aku pertama kali datang ke sana. Hanya ada satu ruang isolasi dan lima pintu, sejauh yang kulihat. Satu ruang tamu dan sisanya adalah kamar serta ruang penyimpanan.

"Kita harus cepat," ucapnya seraya kami melintas. "Aku sudah lapor ke koloni tempat keluargaku tinggal, mereka setuju untuk menerima kita. Akan tetap ada pemeriksaan tapi setidaknya kau tidak akan dibedah hidup-hidup."

Derek tidak membuang waktu dan segera berjalan keluar bunker. Kami menaiki tangga sebelum dia membuka pintu besi yang mengarah ke dunia luar yang kejam.

Angin berpasir segera menyapa wajahku. Derek segera menarik tanganku dan kami mulai berlari.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top