Kisah Ketujuh - Rahasia | 2018

Aku menahan napas. Ketersiapanku membuat dia sadar bahwa ada orang lain di sana.

"Siapa?!" serunya membuatku merapatkan diri di balik batang pohon, berharap aku bisa menghilang saat itu juga.

Jantungku berdetak kencang bercampur dengan bunyi dedaunan kering yang terinjak oleh langkah-langkah sosok itu. Aku memegang dada, berusaha meredam bunyi detak karena takut dia juga bisa mendengarnya.

Langkah-langkah itu mendekat, membuatku semakin takut. Aku dapat mendengar bunyi gesekan sekop yang dia bawa dengan lantai hutan. Kubekap mulutku agar aku tidak berteriak ketika sosoknya sejajar denganku. Beruntung, dia tidak sedang menoleh ke samping dan menyadari keberadaanku. Dia berhenti sejenak, sebelum lanjut berjalan. Aku melihat punggungnya menjauh dan aku menarik napas lega. Dia sudah lewat.

"Alyssa!"

Aku spontan menjerit. Dia ternyata sudah berada di sampingku. Mataku terbelalak menatapnya bergantian dengan sekop dengan bercak darah yang tergenggam di tangan.

"A--aku janji tidak akan bercerita!" cicitku berusaha agar dia tidak membunuhku.

"Untunglah kau yang kutemukan," ucapnya lega. "Kalau orang lain, dia akan mengira aku yang membunuh."

Aku mengangkat kepala dan melihatnya menjatuhkan sekop itu. Kelegaan mengalir dalam diriku. Gerald, pemuda itu, tidak bermaksud jahat terhadapku.

"Aku menemukan Steph sudah tidak bernyawa dengan sekop ini di sampingnya." Gerald bercerita dengan wajah pucat. "Saat mendengar bunyi gemerisik kukira pembunuhnya masih di sini."

Dia membantuku berdiri, tubuhku masih gemetar dan kakiku terasa lemas.

"Ayo kita kembali dan melaporkannya ke polisi."

Aku mengangguk tapi masih belum bergerak. Gerald berbalik dan mulai berjalan. Aku mengambil sekop di tanah dan menghantam kepala Gerald dengan benda itu. Ketika dia jatuh, aku memukulkan benda itu berkali-kali ke kepalanya hingga dia tidak bergerak dan darah membasahi tanah.

Napasku terengah dan aku menyingkirkan rambut yang menghalangi pandanganku. Tidak ada seorang pun yang boleh tahu kalau tempat itu adalah tempat berburuku dan aku tidak memercayai siapa pun untuk berbagi rahasia. Rahasia dua orang hanya bisa terjaga bila salah satunya mati. Gerald, dia tahu terlalu banyak dan berencana melakukan lebih banyak.

Aku menarik kaki Gerald dan menyeretnya hingga dekat dengan Stephany. Kuambil napas sebelum mulai menggali lubang. Setelah dua orang itu kutimbun tanah, aku letakkan setumpuk batu di atasnya, sebagai tanda agar aku bisa menemukan mereka lagi dan mengingat saat-saat nyawa mereka melayang.

Sebuah senyum puas muncul di wajahku. Koleksiku bertambah lagi.

=============================

Ga terasa seminggu sudah aku mengikuti event ini. Ternyata sanggup juga aku mengetik tiap hari hahahahaha~

Makasih bagi yang sudah mengikuti sejauh ini. Semoga masih terus bisa dinikmati sampai epilog ya :D hehehehe

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top